PENELITIAN KUANTITATIF
Oleh: Dr. Sutarto, M.Si., M.M.
Dosen Pascarsajana STAI Nida El-Adabi Bogor
A.
Jenis-Jenis Data Penelitian
Data merupakan bentuk jamak dari dantum yang berarti
keterangan yang menggambarkan
persoalan atau hasil pengamatan dari ciri atau karakteristik populasi atau sampel dan seringkali dalam
bentuk angka. Syarat data dari suatu penelitian
harus bersifat mampu menggambarkan
seluruh persoalan sampel (reprsentatif) dan tepat
waktu (up to date).
Klasifikasi data penelitian didasarkan pada:
1.
Sifat/wujud datanya
a. Data Kuantitatif menunjukkan kuantitas, bentuk angka absolute
(parametric) sehingga
dapat ditentukan magnitudenya (besarannya), misalnya 5 kg.
b. Data Kualitatif
Menunjukkan kualitas, bentuk angka non parametric (ordinal dan nominal),
misalnya: pintar, bodoh, sedang.
Data kualitatif memiliki ciri terdiri
dari dua atau lebih atribut, tidak mempunyai rangking
atau peringkat, misalnya:
laki-laki, perempuan, golongan darah. sedangkan data yang memiliki
dua atribut: dikotome/binary, misalanya: Yes-No, Hidup-Mati,
Plus-Minus.
2. Cara memperoleh data
Data numerik terbagi menjadi dua yaitu data discreate dan data continuous
a. Data discreate diperoleh dengan (perhitungan), sebagai
contohnya adalah nilai mahasiswa, jumlah mahasiswa.
b. Data kontinyu
continuous diperoleh dari hasil pengukuran, sebagai contohnya
adalah hasil pengukuran tinggi badan, berat badan dan lain sebagainya.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer dalam suatu penelitian
diperoleh langsung dari sumbernya dengan melakukan
pengukuran, menghitung sendiri
dalam bentuk angket,
observasi, wawancara dan lain-lain
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh secara tidak
langsung dari orang lain, kantor yang berupa laporan,
profil, buku pedoman, atau pustaka.
4. Waktu Pengambilan Data
a. Data Cross Sectional: sesaat
atau dipotret sekali
b. Data Time Series: dipotret
beberapa kali dengan jangka waktu berbeda.
5.
Skala Pengukuran Data:
nominal, ordinal, interval
dan rasio
B.
Jenis-Jenis Penelitian
1. Jenis Penelitian Menurut
Pendekatan Analitik
a.
Penelitian Kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang diolah dengan metoda statistik.
v Penelitian Deskriptif menganalisis data secara
sistematik.
Analisis yang digunakan: analisis persentase dan analisis kecenderungan. Kesimpulan yang dihasilkan
tidak bersifat umum. Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian survei.
v Penelitian Inferensial analisis hubungan antar variabel dengan pengujian
hipotesis. kesimpulan penelitian jauh melebihi sajian data kuantitatif saja
b.
Penelitian Kualitatif menekankan analisis proses berfikir
secara deduktif dan induktif
yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar
fenomena yang diamati, dan menggunakan logika ilmiah. ditekankan pada kedalaman berfikir
formal dalam menjawab
permasalahan. bertujuan untuk mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah, menerangkan realitas yang berkaitan
dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory), dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih
dari fenomena yang dihadapi.
2.
Jenis Penelitian Menurut Tujuan
a. Penelitian Eksploratif untuk menemukan sesuatu
yang baru dapat berupa
pengelompokkan suatu gejala, atau fakta tertentu. Penelitian ini banyak
memakan waktu dan biaya
b.
Penelitian Pengembangan untuk mengembangkan aspek ilmu pengetahuan.
Misalnya: penelitian yang meneliti tentang
pemanfaatan terapi gen untuk penyakit-penyakit menurun
c.
Penelitian Verifikatif untuk menguji kebenaran
suatu fenomena.
3. Jenis Penelitian Menurut
Waktu
a.
Penelitian Longitudinal
Secara langsung mengukur sifat (nature) dan tingkat (rate) perubahan dalam satu sampel yang sama pada tingkatan (stages) yang berbeda. Ciri-ciri
penelitian longitudinal: waktu penelitian lama, memerlukan biaya yang relatif besar, melibatkan
populasi yang mendiami wilayah tertentu, dipusatkan pada perubahan variabel
amatan dari waktu ke waktu.
b.
Penelitian Cross Sectional
Secara tidak langsung mengukur sifat dan tingkat yang sama
dengan mengambil sampel yang berbeda
dari tingkatan (levels);
atau studi kecenderungan (trend) yang dirancang
untuk menentukan pola-pola
perubahan masa lalu dalam rangka meramalkan pola kondisi masa depan. Penelitian cross-sectional memiliki tiga ciri distingtif, yaitu: tidak
berdimensi waktu; bergantung pada perbedaan-perbedaan yang ada daripada perubahan
akibat intervensi (dalam eksperimen); kelompok
didasarkan pada perbedaan
yang ada daripada
pengelompokan acak.
4.
Jenis Penelitian Menurut Rancangan
a.
Penelitian Korelasional (correlational research)
b.
Penelitian Kausal-Komparatif (causal-comparative research)
c.
Penelitian Eksperimental-Sungguhan (true-experimental research)
d.
Penelitian Eksperimental-Semu (quasi-experimental research)
e.
Penelitian Tindakan (action research)
C. Paradigma dalam Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Secara umum penelitian dibagi atas dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research). Penelitian dasar merupakan penyelidikan terhadap sesuatu objek karena keingintahuan, kepedulian peneliti dan penerapan terhadap penemuan tidak menjadi prioritas utama. Sedangkan penelitian terapan atau penelitian praktikal merupakan penyelidikan yang sistematis, terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan praktis dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Metode
penelitian sebagai alat untuk mencari
jawaban terhadap pemecahan permasalahan menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Kedua pendekatan tersebut menggunakan paradigma
yang berbeda. Imran Manan
(1993: 1) menjelaskan paradigma positivistic
menggunakan metodologi kuantitatif dan paradigma naturalistic
menggunakan metodologi kualitatif.
Paradigma positivistik berkembang di
Perancis dan Jerman pada Abad 19 seperti
tercermin dari karya John Stuart Mill berjudul “A System of Logic” terbit
tahun 1843. Stuart
Mill mengemukakan asumsi
dasar sebagai berikut
:
(1) ilmu sosial dan ilmu alamiah mempunyai
tujuan yang identik,
yaitu menemukan hukum-hukum
umum yang berguna untuk penjelasan gejala alam
untuk meramalkan peristiwa–peristiwa, (2) ilmu sosial dan ilmu alamiah memiliki metodologi yang identik, (3) ilmu-ilmu sosial lebih komplek dari ilmu alamiah, (4) konsep-konsep dapat
didefinisikan dari referensi langsung kategori-kategori empiris
yaitu objek-objek yang kongkrit, (6) uniformitas alam dalam hal waktu dan ruang, (7)
hukum-hukum alam secara alamiah atau secara induktif
diperoleh dari data, (8) sampel yang besar mengurangi keanehan (ideosincrasy) dan akan menggungkapkan sebab-sebab yang umum (hukum
alam).
Penerapan asumsi positivisme telah mendorong perkembangan ilmu alamiah, namun penerapannya di bidang ilmu sosial menimbulkan kritikan. Imran Manan (1993: 3) menjelaskan salah satu kritik mendasar yang dikemukakan Lincoln dan Guba berhubungan erat dengan asumsi dasar positivistik yang sukar dipergunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial. Kelima asumsi dasar itu adalah : (1) asumsi ontologis yang menganggap hanya ada satu realitas nyata yang dapat dipecah-pecah menjadi bagian-bagian yang dapat dikaji secara independent; keseluruhan merupakan penjumlahan bagian- bagian, (2) asumsi epistimologis tentang kemungkinan pemisahan antara pengamat dengan yang diamati, (3) asumsi tentang independensi temporal dan kontekstual dari pengamatan, sehingga apa yang benar pada satu waktu dan tempat, dengan keadaan yang cocok, akan juga sama di waktu dan tempat yang lain, (4) asumsi kausalitas yang bersifat linier, tak ada akibat tanpa sebab dan tak ada sebab tanpa akibat, (5) asumsi aksiologis menyangkut bebas nilai, yaitu
metodologi yang ilmiah akan menjamin
bahwa hasil suatu penelitian seyogianya bebas dari pengaruh sistem nilai
(Lincol and Guba, 1985:28).
Lebih lanjut Imran Manan (1993: 3)
menjelaskan karena kelima asumsi dasar
tersebut tidak tepat digunakan dalam bidang ilmu sosial, disebabkan hakekat
objeknya berbeda, maka aksioma yang menjadi paradigma
dari penelitian naturalistik
diperlukan paradigma baru, yeng merupakan paradigma pasca positivistik, dengan asumsi (1) argument hakekat perilaku
penelitian yang menunjukkan peneliti
tak dapat menggunakan model yang berbeda bagi
dirinya dengan model bagi yang ditelitinya, (2) argumen intensionalitas (maksud) yang menunjukan perlunya pengecekkan maksud-maksud yang
ada pada subjek yang diteliti dengan interpretasi yang dibuat oleh peneliti, (3) argumen bahasa menunjukan peneliti harus
sama dengan bahasa dari yang diteliti,
(4) argument epistimologi yang diperluas menunjukkan proses penyelidikan
ilmiah melibatkan tidak hanya pengetahuan proposional, tetapi juga pengetahuan praktis dan pengetahuan
pengalaman, (5) argument aksiologi menunjukkan kebenaran
sebuah proposisi tergantung pada nilai yang disepakati bersama
dan argumen moral dan politik.
Perbedaan paradigma penelitian kuantitatif dengan kualitatif menyebabkan perbedaan proses penelitian yang dilaksanakan dari kedua pendekatan tersebut.
D. Pengertian Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk mengungkapkan
gejala secara holistik-konstektual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri
peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian
kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis pendekatan induktif. Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menonjol disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan
mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh dengan nilai-nilai otentik.
Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menitikberatkan pada pengukuran dan analisis hubungan
sebab-akibat antara bermacam
macam variabel, bukan prosesnya, penyelidikan dipandang berada
dalam kerangka bebas nilai.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya yang kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di laporan.
Penelitian kualitatif adalah penekanan
pada proses dan makna yang tidak dikaji
secara ketat atau belum diukur, menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan
erat antara yang diteliti dengan peneliti, tekanan
situasi yang membentuk penyelidikan, sarat nilai, menyoroti cara
munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.
E. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif berbeda dengan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif
menghasilkan informasi yang lebih terukur. Hal ini karena ada data yang dijadikan landasan untuk menghasilkan
informasi yang lebih terukur. Penelititan kuantitatif tidak mempermasalahkan hubungan
antara peneliti dengan subyek penelitian karena hasil penelitian lebih banyak tergantung dengan instrumen yang digunakan dan terukur variabel yang
digunakan, dari pada intim
dan keterlibatan emosi
antara peneliti dengan
subyek yang diteliti.
Borg dan Gall (1989) mengidentifikasi
bahwa penelitian kuantitatif terdiri dari penelitian eksploratif dan penelitian sebab akibat (causal). Penelitian eksplioratif lebih menekankan kepada upaya menggabarkan situasi.
Kerlinger (1986) membedakan
penelitian kuantitatif menjeadi penelitian eksperimen dan penelitian non-eksperimen. Dengan
menggunakan kerangka yang digunakan oleh
Borg dan Gall, nampaknya Kerlinger tidak mempertimbangkan penelitian eksploratif sebagai salah satu bentuk
penelitian kuantitatif. Pembahasan ini akan mengkategorikan penelitian kuantitatif menjadi
dua, yaitu penelitian eksploratif dan penelitian causal. Lebih lanjut penelitian sebab
akibat menjadi penelitian eksperimen dan non eksperimen. Sebagai dikemukakan di atas, meskipun
penelitian kuantitatif berbeda
jenisnya, akan tetapi
diantara penelitian
kuantitatif yang berbeda tersebut mempunyai beberapa ciri yang sama, yaitu sampel merupakan dasar dalam menggambil kesimpulan dan kedua ketepatan dalam penggunaan instrumen
dan dalam mengukur variabel merupakan indikator utama untuk mengukur.
1. Penelitian Eksploratif
Penelitian eksploratif merupakan sarana yang efektif
untuk memberikan gambaran
keadaan sosial tertentu. Meskipun demikian, para peneliti yang bertujuan untuk melakukan pembuktian hipotesis
penelitian eksploratif bukan merupakan sarana yang tepat, karena kecenderungan pada penelitian eksploratif hanya mendeskripsikan kecenderungan satu variabel tanpa
mempertimbangkan atau mengontrol variabel lainnya. Di lain pihak penelitian yang dimaksud untuk menguji hipotesis,
analisis data tidak hanya dilakukan dengan memperkirakan hubungan
antar dua variabel. Pembuktian hipotesis pada
dasarnya didasarkan kepada hubungan non-spurious. Hal ini bisa dilakukan dengan proses elaborasi
yaitu mengontrol beberapa
variable lainnya. Dilain pihak penelitian yang dimaksudkan untuk
menguji hipotesa, analisis data tidak saja dilakukan dengan hanya memperkirakan hubungan antar dua variabel.
Pembuktian hipotesa pada dasarnya
didasarkan pada hubungan non sprious. Hal ini bisa dilakukan dengan proses elaborasi yaitu mengontrol beberapa
variable yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap hubungan dua variable yaitu
variabel independen dan variabel dependen.
Pada penelitian eksploratif metode yang digunakan
adalah analsis frekwensi
satu variabel. Dengan demikian, hasil analisis adalah kecendrungan
satu variabel. Meskipun demikian, masih banyak penelitian di Indonesia tentang coherence antara lain analisis data dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan pada hasil
analisis. Akibatnya, adalah peneliti tersebut
mengambil kesimpulan melebihi daripada informasi berdasarkan temuan penelitian. Analisis data dengan
menggunakan data tabulasi silang pada
derajat tertentu dapat digunakan untuk mengukur sebab akibat, tetapi daya prediksinya tidak sekuat hasil analisis statistik.
2. Penelitian Kausal
Meskipun ada salah satu bentuk penelitian yang di desain untuk menjelaskan hubungan antar variabel, tetapi kesimpulan yang bersifat kausal tidak bisa didasarkan pada simplicity. Artinya bahwa dengan hanya berdasarkan pada perhitungan statistik yang signifikan kemudian peneliti bisa mengambil kesimpulan kausalistik dari dua variabel atau lebih. Kesimpulan tentang hubungan kausalistik dari dua variabel atau lebih berlangsung melalui empat tahap yaitu : (1) tahap konseptual, (2) tahap pengukuran variabel, (3) tahap seleksi sampel dan (4) tahap manipulasi matematis. Keempat tahap ini merupakan satu kesatuan yang harus dipenuhi kalau kesimpulan kausalistik menjadi tujuan.
Oleh karena itu meskipun penelitian berikut ini tergolong
pada penelitian kausal, namun
dalam mengambil kesimpulan bersifat kausalistik harus mempertimbangkan keempat
tahap tersebut. Tanpa mempertimbangkan keempat
tahap tersebut, peneliti
telah mengambil oversimplified
conclusion. Kesimpulan semacam ini kurang mempunyai arti bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Seperti telah
disebutkan di atas, penelitian yang tergolong pada penelitian kausal adalah penelitian eksperimen dan penelitian non eksperimen. Lebih populernya
penelitian non eksperimen ini disebut sebagai
penelitian survey.
Perbedaan prinsip antara penelitian
eksperimen dan non eksperimen adalah
terletak pada kemampun peneliti dalam mengontrol perlakuan yang diberlakukan pada subjek penelitian. Pada
penelitian eksperimen. Peneliti mempunyai kontrol
terhadap perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian. Sedangkan pada penelitian
suvey tidak. Jika ada hipotesa yang menyebutkan
bahwa jika X dan Y, maka ada penelitian non eksperimen peneliti hanya mengumpulkan data tentang kecende-rungan pada X
dan Y dan kemudian memperkirakan
derajat kovariasi yang tinggi, maka peneliti
mempunyai satu prasyarat untuk mengatakan jika X dan Y. Di lain pihak, bagi penelitian eksperimen, dalam menguji
hipotesa tersebut, maka peneliti akan mengukur
variasi pada variabel
Y dan kemudian memanipulasi variable X dan kemudian melihat derajat
kovariasi antara X dan Y. Jika terdapat derajat
kovariasi yang tinggi maka perlakuan
yang dikenakan kepada variabel X yang menyebabkan
terjadinya kovarias antara X dan Y. Perbedaan
lain yang membedakan antara keduanya adalah pada penelitian eksperimen didasarkan pada asumsi equality dari kelompok-kelompok yang akan dibandingkan. Bahwa sebelum
diberikan perlakuan kelompok- kelompok yang akan diteliti
harus dalam kondisi
sederajat, yang menjadikan mereka tidak sederajat adalah
karena perlakuan yang diberikan oleh peneliti.
Pada penelitian non eksperimen perlakuan
sudah diasumsikan terjadi, jadi
asumsi equality tidak berlaku. Hasil analisis yang menunjukkan bahwa kelompok yang satu mempunyai
karakteristik tertentu, sedangkan
kelompok lainnya.
F. Masalah Penelitian Kuantitatif
Masalah penelitian merupakan suatu
pernyataan yang mempersoalkan keberadaan suatu variabel atau mempersoalkan hubungan
antara variabel pada suatu fenomena.
Variabel merupakan suatu arti yang dapat membedakan antara sesuatu dengan yang lain (Kountour, 2005). Pada penelitian-penelitian yang behubungan
dengan ilmu sosial sumber masalah penelitian
dapat diperoleh dari 4P (Kumar, 1996), yaitu People, Problem, Program dan
Phenomena. People berarti masalah penelitian dapat bersumber dari manusia baik secara individu maupun
komunal, problem berarti masalah dapat bersumber dari setiap permasalahan
yang dihadapi manusia, sedangkan program berarti bahwa masalah penelitian dapat bersumber dari
program yang akan sedang atau telah
dilaksanakanm Dan phenomena berarti
bahwa variabel yang berhubungan
dengan tempat, kejadian, waktu, siklus dimana
sesuatu hal berlangsung.
Setiap
penelitian selalu berangkat
dari masalah. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas. Setelah diidentifikasikan, dan dibatasi, maka selanjutnya masalah
tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka
akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai teori
untuk menjawabnya. Jadi teori dalam
penelitian kuantitatif ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut. Jawaban terhadap
rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan
hipotesis, maka hipotesis
dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian.
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasamya
penelitian itu dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk
itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah.
Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian mumi maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah,
hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung
dapat digunakan untuk membuat
keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian. Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenamya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan
Masalah
yang diidentifikasikan dalam penelitian akan berhubungan dengan judul dan tujuan penelitian, hal
ini kembali lagi pada pernyataan bahwa
sebuah penelitian harus dijalankan secara sistematik dan setiap tahap tidak dapat berdiri
sendiri, sehingga akan berkorelasi dengan tahapan berikutnya.
Masalah timbul karena adanya tantangan,
adanya kesangsian ataupun kebingungan
kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity),
adanya halangan dan rintangan adanya celah (gap)
baik antar kegiatan atau antar
fenomena, baik yang telah ada maupun yang akan ada. Penelitian diharapkan
dapat memecahkan masalah-masalah itu
atau sedikit- sedikitnya menutup celah yang terjadi.
Perumusan masalah merupakan hulu dari
penelitian dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah.
1. Ciri-ciri Masalah yang Baik
a. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian
1) Masalah haruslah
mempunyai keaslian
2) Masalah harus menyatakan suatu hubungan
3) Masalah harus
merupakan hal yang penting
4) Masalah harus
dapat diuji
5) Masalah harus
dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan
b. Masalah yang dipilih harus mempunyai fisibilitas
1) Data serta metode untuk memecahkan masalah
harus tersedia
2) Biaya relatif
tersedia
3) Waktu untuk
memecahkan masalah tersedia
4) Tidak bertentanghan dengan norma-norma yang berlaku
c. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan
kualifikasi si peneliti.
1) Masalah menarik
perhatian si peneliti
2) Masalah harus sesuai dengan
kualifikasi
2.
Sumber Masalah
a.
Pengamatan terhadap kegiatan
manusia
b. Pengamatan terhadap
alam sekelilingnya
c. Bacaan
d. Ulangan serta perluasan penelitian
e. Cabang studi yang sedang dikembangkan
f. Catatan dan Pengalaman Pribadi
g. Praktek serta keinginan
mayarakat
h.
Bidang spesialisasi
i. Pelajaran yang sedang diikuti
j. Dikusi ilmiah
k. Perasaan intuisi
3.
Cara Merumuskan Masalah
a.
Masalah biasanya
dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan
b. Rumusan hendaklah
jelas dan padat
c.
Rumusan masalah haru berisi implikasi adanya data untuk
memecahkan masalah
d. Rumusan masalah
harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
e. Masalah harus menjadi dasar judul penelitian
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
baik keputusan yang bersifat strategic
maupun oprasional. Permasalahan berikut adalah topik-topik pengambilan keputusan ekonomi
dan bisnis apa saja yang dapat memberi
manfaat dari sebuah penelitian. Berikut adalah beberapa topi penelitian
Pendidikan Agama Islam yang umum dilakukan khususnya oleh peneliti bidang pendidikan,
Masalah adalah segala sesuatu yang
membuat peneliti risau, tidak puas, dan
membutuhkan jalan keluar untuk mengatasinya. Secara singkat, masalah diartikan
juga sebagai tidak
selarasnya antara harapan dengan
kenyataan.
Ide masalah dapat ditelaah kembali
dari sumber kerisauan
atau ketidakpuasan peneliti.
Sumber kerisauan atau ketidakpuasan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung
peneliti atau pengamatan langsung. Selain
itu dapat juga dari pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman tidak langsung dapat berasal dari informasi
melalui mass media, ataupun pendapat pakar dalam sebuah temu ilmiah.
Dapat pula ide itu ditangkap
setelah membaca hasil
penelitian atau artikel tertentu. Kemudian hasil pengkajian atas dokumen laporan,
dapat juga menjadi
dasar untuk mengenali
dan menangkap permasalahan penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar