KERANGKA PENELITIAN DAN VARIABEL PENELITIAN
Oleh: Dr. Sutarto, M.Si., M.M.
Dosen Pascarsajana STAI Nida El-Adabi Bogor
A.
Proses Penelitian
Setiap
penelitian selalu berangkat
dari masalah. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti
harus sudah jelas. Setelah diidentifikasikan, dan dibatasi, maka
selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah
pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka
akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
maka peneliti menggunakan berbagai
teori untuk menjawabnya. Jadi teori dalam penelitian kuantitatif ini digunakan
untuk menjawab rumusan
masalah penelitian tersebut. Jawaban terhadap rumusan
masalah yang baru menggunakan teori tersebut
dinamakan hipotesis, maka hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian.
Masalah adalah segala sesuatu yang
membuat peneliti risau, tidak puas, dan
membutuhkan jalan keluar untuk mengatasinya. Secara singkat, masalah diartikan juga sebagai tidak selarasnya
antara harapan dengan kenyataan. Ide masalah dapat ditelaah kembali
dari sumber kerisauan
atau ketidakpuasan peneliti. Sumber kerisauan atau ketidakpuasan itu bisa diperoleh
melalui pengalaman langsung
atau pengamatan langsung peneliti. Selain itu bisa juga dari pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman tidak langsung
bisa berasal dari informasi
melalui media masa, ataupun pendapat pakar dalam sebuah temu ilmiah. Dapat juga ide itu ditangkap setelah membaca hasil penelitian atau artikel tertentu. Kemudian hasil pengkajian atas dokumen
laporan, dapat pula menjadi
dasar untuk mengenali dan menangkap permasalahan penelitian.
Penelitian sebagai suatu kegiatan
mencari kebenaran dengan menggunakan
metode ilmiah dituntut untuk memulai segala sesuatu dengan permasalahan yang nyata. Permasalahan yang
dipilih untuk dasar penelitian harus memiliki
relevansi dengan keilmuan
peneliti. Disamping itu permasalahan yang dipilih juga sebaiknya memenuhi
karakteristik umum, antara lain:
1) Aktual, artinya masalah tersebut merupakan masalah yang sedang hangat dirasakan atau bersifat kekinian.
2) Menarik, artinya penelitian yang dilakukan mengundang hasrat dan keinginan untuk mengetahui permaslahan secara mendalam dan mengetahui penyelesaian masalah yang memungkinkan untuk dilakukan.
3) Hasil kajiannya akan bermanfaat dan memiliki dampak solutif terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masayarakat, serta memiliki dampak yang berarti terhadap keilmuan peneliti.
4)
Orisinal, artinya
penelitian yang dilakukan
menjanjikan kebaruan (novelty) bukan
pengulangan dari penelitian sebelumnya.
Jadi setiap penelitian yang akan
dilakukan perkembangan harus selalu berangkat
dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit
dalam proses penelitian. Bila dalam penelitian
telah dapat menemukan masalah yang betu-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah
dalam penelitian merupakan
pekerjaan yang tidak mudah,
tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.
Hipotesis yang masih merupakan
jawaban sementara tersebut, selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiri/nyata. Untuk itu peneliti
melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi terlalu luas, sedangkan
peneliti memiliki keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Bila peneliti diambil harus bermaksud membuat
generalisasi, maka sampel yang representative, dengan teknik random sampling.
Meneliti adalah mencari data yang
teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan
instrumen penelitian. Dalam ilmu-ilmu alam, teknik, dan ilmu - ilmu empirik lainnya,
instrumen penelitian seperti
thermometer untuk mengukur
suhu, timbangan untuk mengukur berat semuanya sudah ada, sehingga tidak perlu membuat instrumen.
Tetapi dalam penelitian sosial, sering instrumen
yang akan digunakan untuk meneliti belum ada, sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan sendiri.
Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan
reliabilitasnya.
Setelah instrumen teruji validitas dan reliabilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk pengumpulan data dapat berbentuk test dan nontest. Untuk instrumen yang berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan demikian teknik pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner, obeservasi dan wawancara.
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan
untuk menjawab rumusan
masalah dan hipotesis
yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan
dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik
parametris dan statistik
nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan
pada sampel yang diambil
secara random.
Data hasil analisis
selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan
pictogram. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan
penjelasan yang mendalam
dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.
Gambar 2.1. Komponen dan proses penelitian
kuantitatif
Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan,
maka selanjutnya dapat disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat
terhadap setiap rumusan
masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Jadi kalau rumusan
masalah ada lima, maka kesimpulannya
juga ada lima. Karena peneliti melakukan penelitian
bertujuan untuk memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk
memberikan saran-saran. Melalui
saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan. Saran yang diberikan
harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian. Jadi jangan membuat
saran yang tidak berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Apabila hipotesis penelitian yang
diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instumen, pengumpulan, analisis data, atau rumusan masalah yang diajukan.
B.
Kerangka Teoritis
Pada hakekatnya penelitian adalah suatu kegiatan
ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian terdiri dari fakta, konsep,
generalisasi dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami
fenomena untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Masalah dalam penelitian muncul karena adanya kesulitan
yang menganggu kehidupan
manusia atau karena
dorongan ingin tahu sebagai sifat naluri manusia.
Pada bagian landasan
teori memuat sari-sari
hasil penelitian literatur
yaitu berupa teori-teori. Uraian teori yang disusun dapat dengan kata-kata
penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut atau
dalam bentuk kutipan dari tulisan
orang lain. Teori-teori tersebut harus relevan
dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Landasan teori
sangat perlu ditegakkan agar
penelitian tersebut mempunyai dasar yang kuat, bukan sekedar penelitian coba-coba. Dengan adanya landasan
teori ini menjadi
penanda bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data.
Kerangka teoritis merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Teori merupakan kumpulan proporsisi umum yang saling berkaitan dan digunakan untuk menjelaskan sebuah hubungan timbal balik antara beberapa variabel. Teori secara logis mencermati dokumentasi dari riset sebelumnya yang terdapat pada area masalah yang sama secara umum.
Membangun sebuah kerangka konseptual akan dapat membantu
kita dalam mengendalikan maupun menguji suatu hubungan serta meningkatkan pengetahuan atau pengertian kita terhadap sebuah fenomena. Karena teori merupakan bagian dalam proses mendapatkan
ilmu, bab ini diawali dengan uraian
tentang hakekat dan esensi dari ilmu. Dilanjutkan dengan menyoroti bangunan
dasar teori, menyusun
kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis
(Kuncoro, 2003).
Landasan teori adalah salah satu bagian yang ada didalam suatu penelitian
yang berisi tentang teori-teori dan juga hasil penelitian yang berasal dari studi kepustakaan. Bagian ini berfungsi
sebagai kerangka teori yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai
pekerjaan penelitian. Landasan teori juga
dapat disebut sebagai kerangka teori. Secara umum, kerangka teori ini terdiri dari beberapa konsep beserta
dengan definisi dan juga refrensi yang akan digunakan untuk literatur ilmiah yang sangat relevan, teori yang digunakan
untuk studi ataupun penelitian.
1.
Fungsi Teori dalam Penelitian
Teori yang digunakan dalam penelitian
memiliki beberapa fungsi, yaitu diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Berfungsi untuk meringkas dan juga menyusun pengetahuan yang ada didalam suatu bidang tertentu.
b. Berperan untuk memberikan keterangan secara sementara tentang peristiwa dan juga hubungan-hubungan yang sedang diamati, hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan variabel-variabel yang saling berhubungan satu sama lain.
c. Berfungsi untuk merangsang adanya perkembangan pengetahuan baru dengan cara memberikan arahan ke penyelidikan yang selanjutnya.
Selain tiga fungsi teori diatas,
menurut Nang Martono, teori dalam penelitian mempunyai kegunaan atau fungsi sebagai
berikut:
1). Memberikan pola dalam interpretasi data. Teori menyediakan berbagai argumentasi yang dapat digunakan untuk menganalisis atau memberikan penafsiran atas hasil penelitian yang telah diolah. Argumentasi akan lebih kuat apabila didukung dengan teori yang ada.
2). Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya
3). Teori membantu peneliti menemukan suatu kerangka konseptual untuk menjelaskan hubungan antara hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.
4). Menyajikan kerangka. Teori memberikan penjelasan mengenai definisi atau makna sebuah konsep atau variabel. Definisi konsep bermanfaat untuk membatasi studi yang dilakukan serta memberikan informasi bagi orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian kita, sehingga ia dapat melakukan studi lanjutan.
5).
Memungkinkan peneliti menginterpretasikan data yang lebih
besar dari temuan yang diperoleh
dari suatu penelitian.
Terdapat tiga macam teori yang
berhubungan dengan data empiris, diantaranya
adalah:
1). Teori deduktif: memberi keteranganyang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2). Teori induktif: cara menerangkannya dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positif.
3). Teori Fungsional: adanya interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data (Sugiyono, 2012).
Dalam
metode penelitian kuantitatif, teori berguna sebagai
dasar penelitian untuk diuji.
Oleh karena itu, sebelum pengumpulan data, peneliti menjelaskan teori secara komprehensif. Teori menjadi kerangka
kerja untuk keseluruhan proses
penelitian, mulai dari bentuk dan rumusan pertanyaan atau hipotesis hingga prosedur pengumpulan data. Peneliti melakukan
verifkasi teori dengan cara menjawab hipotesis atau pertanyaan
penelitian yang diperoleh
dari teori. Pertanyaan penelitian tersebut mengandung variabel untuk ditemukan jawabannya. Oleh karena itu, metode
penelitian kuantitatif berangkat dari teori.
2.
Cara Menuliskan Landasan Teori
Dalam menuliskan landasan teori, terdapat beberapa hal yang perlu harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu diantaranya sebagai berikut:
a. Terdapat nama dari penemu teori
b. Menuliskan tahun dan tempat pertama kali
c. Berikan uraian ilmiah teori
d. Hubungkan teori-teori yang ada dengan upaya penelitian guna mencapai tujuan atau target penelitian
Selain empat hal tersebut di atas,
dalam menyusun sebuah landasan teori
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti, beberapa diantaranya adalah:
1)
Dalam penyusunan sebuah landasan teori, sebaiknya
seorang peneliti memakai panduan yang
berhubungan dengan berbagai permasalahan yang
sedang diteliti dan juga panduan yang berisikan hasil penelitian sebelumnya.
2) Penulisan antar bab dan sub bab yang lainnya harus tetap saling terhubung dengan jelas serta harus memperhatikan aturan-aturan dari penulisan pustaka.
3) Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan benar, studi pustaka harus memenuhi prinsip keterbaruan dan juga harus berhubungan dengan masalah penelitian.
Jika
menggunakan refrensi dengan beberapa edisi, maka yang harus
digunakan adalah edisi terbaru, sedangkan apabila refrensi sudah tidak diterbitkan lagi maka refrensi yang
dipakai adalah yang terakhir diterbitkan. Untuk penggunaan jurnal sebagai bahan refrensi, maka pemabatasan tahun penerbitan tidak berlaku.
1)
Semakin banyak sumber bacaan yang dibaca maka akan
membuat kualitas penelitian yang
dilakukan semakin baik, terlebih lagi sumber
bacaan yang berasal
dari teks book atau sumber lainnya yang misalnya
dari jurnal, koran, artikel atau majalah ilmiah, internet dan yang lainnya.
2) Teori yang ada dalam sebuah penelitian bukanlah sebuah pendapat pribadi dari seseorang, keculali jika pendapat tersebut sudah tertulis didalam buku
3) Untuk penelitian korelasional, pada bagian akhir dari kerangka teori telah disajikan model teori, model konsep (jika diperlukan) dan juga model hipotesis pada sub bab tersendiri. Namun jika untuk penelitian studi kasus, hanya cukup dengan menyusun sebuah model teori dan juga memberi keterangannya.
Model teori yang dimaksudkan di atas adalah sebuah kerangka pemikiran dari seorang penulis didalam suatu penelitian yang
dilakukan olehnya. Kerangka
tersebut bisa berupa kerangka ahli yang sudah ada, ataupun kerangka yang berdasarkan dengan
teori pendukung yang ada.
Landasan teori umumnya berfungsi
untuk meringkas dan juga menyusun
pengetahuan yang ada di dalam suatu bidang tertentu. Landasan teori harus ada dalam sebuah
penelitian sebab landasan teori kerap
dijadikan sebagai acuan atau pedoman ketika hendak melakukan suatu penelitian didalam sebuah karya
tulis. Landasan teori dianggap sangat
penting karena memberikan konsep-konsep yang sudah relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan serta dapat membantu
dalam memberikan makna terhadap sebuah data yang ada.
3.
Tingkatan dan Fokus Teori
a.
Tingkatan Teori
Terdapat tiga tingkatan teori menurut Neuman,
2003 (dalam Sugiyono, 2011) yaitu ada tingkatan mikro,
meso dan macro. Teori tingkatan mikro
adalah sedikit ruang waktu, tempat atau urutan orang- orang. Konsep tersebut pada umumnya bukan abstrak. Kedua yaitu teori tingkatan meso, dimana teori ini mengukur
suatu teori yang mencoba untuk menghubungkan tingkatan
mikro dan makro pada suatu tingkatan dasar. Teori yang ketiga
adalah teroi tingkatan makro, dimana
teori ini merupakan perhatian operasi yang lebih besar dari jumlah
keseluruhan seperti sistem
kultur dan gerakan sosial.
b.
Fokus Teori
Menurut
Neuman, 2003 (dalam Sugiyono, 2011) juga membedakan fokus teori menjadi
tiga yaitu teori subtantif, teori
formal, dan middle range teori. Subtantif teori dikembangkan untuk suatu
keprihatinan sosial seperti
hubungan RAS. Formal teori dikembangkan untuk suatu konsep yang luas dalam teori umum. Middle range teori merupakan
teori penyamarataan empiris
atau hipotesis spesifik.
Teori ini digunakan untuk perumusan hipotesis
yang akan diuji melalui
pengumpulan data.
4.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah sebuah model atau gambaran yang berupa konsep yang didalamnya menjelaskan tentang hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Sebaiknya kerangka berpikir dibuat dalam bentuk diagram atau skema, dengan tujuan untuk mempermudah memahami beberapa variabel data yang akan dipelajari pada tahap selanjutnya. Kerangka berpikir dapat dikatakan sebagai rumusan-rumusan masalah yang sudah dibuat berdasarkan dengan proses deduktif dalam rangka menghasilkan beberapa konsep dan juga proposisi yang digunakan untuk memudahkan seorang peneliti merumuskan hipotesis penelitiannya.
Uma Sekaran
dalam bukunya Business
Research, 1992 dalam (Sugiyono,
2010) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. erangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan
diteliti. Secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila
dalam penelitian ada variabel moderator
dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan
antar variabel tersebut,
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada
setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010)
a. Ciri Kerangka Berpikir:
Perlu diketahu beberapa ciri-ciri dari
kerangka berpikir, seperti yang dapat dilhat di bawah ini:
1)
Dapat dikatakan sebagai pemikiran dari susunan
instruksi logika yang sudah diatur dalam rangka menjelaskan variabel yang diteliti.
2)
Kerangka dibuat untuk menjelaskan instruksi dari aliran logika secara
sistemastis.
3)
Ditujukan untuk memperjelas variabel data yang
sedang diteliti sehingga
pengukurannya dapat dirinci secara relevan.
4)
Dalam kerangka berpikir harus menerangkan: mengapa
penelitian ini dilakukan, bagaimana
proses penelitian ini dilakukan, apa yang akan
diperoleh melalui penelitian
tersebut, dan untuk apa hasil penelitian tersebut jika sudah diperoleh.
b.
Kerangka Berpikir Hendaknya Memenuhi
Kriteria Berikut Ini:
1)
Teori yang digunakan untuk berargumentasi sebaiknya
yang sudah dikuasai sepenuhnya serta mengikuti perkembangan teori yang terkini.
2)
Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang
diarahkan pada cara berpikir keilmuan
yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan secara tersurat semua asumsi, prinsip
yang mendasarinya.
Kerangka berfikir sangat diperlukan dalam proses pembuatan
penelitian ilmiah, baik skripsi, Tasis, karya tulis ataupun dalam pembuatan
tugas akhir. Kerangka berpikir menjadi panduan dalam penyelesaian dari
awal hingga akhir.
c.
Langkah-langkah Penyusunan Kerangka Berpikir
Sebelum
membahas lebih jauh mengenai kerangka
berpikir, ada baiknya jika kita terlebih dahulu
memahami bagaimana cara membuat skema dari kerangka berpikir ini, berikut
langkah-langkahnya:
1) Menentukan sebuah variabel
yang lebih detail
Langkah pertama yang harus dilakukan
oleh seorang peneliti adalah
menetapkan sebuah variabel data yang lebih rinci. Apabila seorang peneliti ingin mendapatkan
berbagai macam teori yang nantinya akan dicari untuk mendukung terbentuknya kerangka berpikir yang lebih jelas. Maka dari itu seorang
peneliti harus menentukan variabel data terlebih
dahulu. Berikut beberapa cara untuk menentukan variabel data yang lebih detail, yaitu:
a)
Perhatikan terlebih dahulu
judul yang kalian buat
b)
Tentukan variabel-variabel data dari judul
tersebut
c)
Lalu tuliskan semua
variabel data yang sudah kamu tentukan
2)
Membaca buku-buku hasil penelitian
Apabila hal yang pertama sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti harus membaca buku-buku dari hasil penelitian yang relevan. Buku yang dimaksud disini dapat berupa ensiklopedia, kamus, atau buku teks yang lainnya. Sedangkan untuk mempelajari tentang hasil penelitian yang dibaca dapat meiputi jurnal ilmiah, laporan penelitian, tesis, skripsi maupun disertasi.
3) Deskripsikan teori dan hasil penelitian
Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa seorang peneliti
harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka
pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala-gejala yang menjadi
obyek permasalahan. Jika membaca buku-buku dari hasil penelitian sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti dapat
mengungkapkan teori- teori yang berhubungan dengan
variabel data yang akan diteliti.
4) Menganalisis teori dan juga hasil
penelitian secara kritis
Tahap keempat yang harus dilakukan adalah
menganalisis teori serta hasil penelitian secara kritis. Namun dalam proses
menganalisis, seorang peneliti dapat mengkaji teori yang sudah ditetapkan sesuai dengan objek penelitian tersebut
atau tidak. Karena
seringkali terdapat teori yang berasal
dari luar negeri
yang tidak sesuai dengan penelitian yang terdapat di dalam negeri.
5) Menganalisis komparatif tentang
teori dan hasil penelitian
Pada tahap yang kelima ini, peneliti harus melakukan sebuah analisa serta perbandingan dengan cara
membandingkan teori yang satu dengan
yang lainnya. Seseorang peneliti dapat menggabungkan
teori yang satu dengan yang lainnya ataupun dengan
cara mereduksi jika hasil analisis tersebut dipandang terlalu luas.
6)
Sintesa kesimpulan
Setelah melakukan beberapa tahap di atas, selanjutnya yang harus dilakukan adalah peneliti dapat melakukan sebuah sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan antar variabel akan menghasilkan beberapa kerangka berpikir yang kemudian dapat digunakan untuk merumuskan sebuah hipotesis. Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang
telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,
sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel
tersebut, selanjutnya digunakan
untuk merumuskan hipotesis
(Sugiyono, 2010).
7) Kerangka berpikir
Apabila sintesa kesimpulan tersebut
sudah dilakukan, maka tahap yang
terakhir adalah peneliti sudah dapat menyusun skema dari kerangka
berpikir, terdapat dua macam
kerangka berpikir yaitu kerangka
asosiatif atau komparatif. Kerangka berfikir asosiatif
dapat menggunakan kalimat.
8) Hipotesis
Setelah kerangka
berpikir selanjutnya disusunlah hipotesis.
d. Macam-macam Kerangka
Berpikir
Ketika ingin menuliskan kerangka
berpikir terdapat tiga jenis dari kerangka ini yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut:
1) Kerangka teoritis
Kerangka teoritis merupakan salah satu
jenis kerangka yang didalamnya menegaskan tentang teori yang dijadikan sebagai
landasan serta digunakan
untuk menjelaskan fenomena
yang sedang diteliti.
2) Kerangka operasional
Kerangka operasional adalah sebuah kerangka yang didalamnya menjelaskan tentang variabel yang diperoleh dari konsep-konsep
yang sudah dipilih dan juga menunjukkan adanya
hubungan antara variabel data tersebut serta menjelaskan hal apa saja yang bisa dijadikan sebagai indikator
yang digunakan untuk mengukur variabel
yang berhubungan.
3) Kerangka konseptual
Kerangka konseptual adalah sebuah kerangka yang didalamnya menjelaskan konsep yang terdapat
pada asumsi teoritis, yang kemudian digunakan
untuk mengistilahkan unsur yang
terdapat dalam objek yang akan diteliti serta menunjukkan adanya hubungan
antara konsep tersebut.
Kerangka berfikir dalam suatu
penelitian perlu dikemukakan apabila
dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila
penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan
peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel,
juga argumentasi terhadap
variasi besaran variabel
yang diteliti (Sapto
Haryoko, 1999, dalam Sugiyono, 2010). Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel
atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk
komparasi maupun hubungan.
Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis
penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka
perlu dikemukakan kerangka berfikir.
C.
Jenis Variabel Penelitian
Dalam penelitian, selain mendefinisiskan
masalah dalam penelitian, hal berikutnya
yang sangat penting dalam menjaga sistematika dan menjaga agar penelitian tetap berada di rel yang tepat
adalah menentukan variabel penelitian yang kemudian
akan di break down menjadi indikator-indikator dalam instrumen penelitian. Variabel menunjukkan suatu arti yang dapat membedakan antara suatu dengan yang lain dan dapat diukur (Kountour, 2005). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2003).
Dalam melakukan penelitian tentunya harus ada objek yang diteliti. Objek penelitian dapat berupa orang, benda, transaksi, atau kejadian. Selanjutnya, sekumpulan objek yang dipelajari tadi dinamakan populasi. Dalam mempelajari populasi, peneliti berfokus pada satu atau lebih karakteristik atau sifat dari objek. Karakteristik semacam itu disebut sebagai variabel. Nama variabel sesungguhnya berasal dari fakta bahwa karakteristik tertentu bisa bervariasi diantara objek dalam suatu populasi. Misalnya berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan merupakan karakteristik dari orang yang menjadi objek penelitian. Nilai atau ukuran berat badan sekelompok orang bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya. Demikian juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variabel karena persepsi dari sekelompok orang tertentu bervariasi. Jadi kalau peneliti akan memilih varaibel penelitian, baik yang dimiliki orang, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya.
Variabel adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan atau menggambarkan
suatu karakteristik atau ciri, yang menggambarkan suatu nilai atau suatu gugus nilai. Variabel tersebut sering diberi lambang X,
Y dan Z. Karakteristik tersebut
bervariasi sehingga disebut Variabel,
Chance Variabel, Random Variabel.
Variabel terbagai dua golongan,
variabel kuantitatif dan kualitatif. Variabel
kuantitatif adalah penggambaran karakteristik yang dinyatakan dengan data yang diperoleh melalui pengukuran. Sedangkan variabel kualitatif adalah
penggambaran karakteristik yang dinyatakan dengan data yang diperoleh melalui
pengamatan yang dikatagorikan oleh pengamat, tidak dihasilkan oleh pungukuran.
Selanjutnya variabel kuantitatif
berifat kontinu dan diksret. Variabel kontinu adalah variabel yang secara
teoritis dapat bernilai sembarang bilangan baik
pecahan maupun bilangan bulat. Contoh
tinggi badan, tinggi pohon, dan hasil
panen. Sedangkan variabel diskret
atau diskontinu adalah variabel yang memiliki nilai bulat, contohnya jumlah keluarga.
Pentingnya mengenali variabel dalam penelitian adalah, untuk:
1. Menemukan fokus
kajian agar peneliti
tetap konsisten pada tujuan dan fokus penelitian,
2. Untuk menemukan
keterkaitan logis dengan
variabel lain berdasarkan teori dan paradigma
ilmu yang mendasarinya, dan
3. Merumuskan indikator, dimensi, dan pilihan
instrumen keilmuan yang
akan digunakan dala
penelitian beserta turunannya.
Variabel perlu diidentifikasikan, diklasifikasikan
dan didefinisikan secara operasional dengan jelas dan tegas oleh peneliti. Bisa jadi pengoperasionalannya berbeda
antara peneliti satu dengan lainnya,
karena selain tujuan penelitian berbeda,
karakteristik data yang dihadapi juga berlainan. Dari hal itu maka dapat disimpulkan bahwa satu variabel
yang digunakan oleh beberapa
peneliti, bisa memiliki pemahaman operasional yang berbeda tergantung maksud dan tujuan yang ingin
dicapainya.
Menurut hubungan antara satu variabel
dengan variabel yang lain maka macam- macam variabel dalam penelitian dapat
dibedakan menjadi:
1. Variabel Independent. Variabel ini sering di sebut sebagai variabel
stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).
Misal:
• Pengaruh disiplin
(X) terhadap kinerja
petugas pelayanan restoran (Y).
• Pemberian insentif
(X) mempengaruhi prestasi
kerja (Y).
2. Variabel Dependen.
Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel output kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai
variabel terikat. Variable
terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variable
bebas.
Misal:
• Model pelayanan (X) mempengaruhi kreativitas (Y).
• Pendidikan dan pelatihan (X) mempengaruhi kompetensi (Y).
3. Variabel Moderator
adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat
dan memperlemah) hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Misal:
• Model pelayana (X) memengaruhi kreativitas (Y), akan diperkuat dan diperlemah oleh fasilitas yang ada atau durasi waktu (M).
•
Pendidikan dan pelatihan (X)
memengaruhi kompetensi seseorang (Y), akan diperkuat dan diperlemah oleh kebijakan pimpinan
(M).
4.
Variabel Intervening adalah variabel yang secara
teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel indenpenden dengan dependen menjadi
hubungan yang tidak
langsung dan dapat diamati
dan diukur.
Misal:
•
Model pelayanan (X) memengaruhi kreativitas pimpinan (I), dan kreativitas pimpinan memengaruhi
kreativitas karyawan (Y), akan diperkuat dan diperlemah oleh fasilitas kerja yang ada.
•
Pendidikan dan pelatihan (X)
memengaruhi keterampilan kerja (I), dan keterampilan memengaruhi kompetensi (Y).
5. Variabel Kontrol
yaitu variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel
indenpenden terhadap dependen
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti.
Variabel kontrol sering dipergunakan peneliti,
bila akan melakukan
penelitian yang bersifat
membandingkan. Misal, pada kasus Model pelayanan (X) memengaruhi kreativitas karyawan (Y). Peneliti
menetapkan variabel pengalaman, atau jenis kelamin
karyawan. Artinya kepengaruhan X terhadap Y berbeda tidak pada kelompok
pengalaman dan jenis kelamin yang berbeda? Demikian
pula pada contoh
kasus, pendidikan dan pelatihan
(X) memengaruhi kompetensi seseorang (Y). Peneliti menetapkan variabel lamanya diklat, atau jenis tugas. Artinya kepengaruhan X terhadap Y berbeda tidak pada kelompok lamanya diklat dan jenis tugas yang berbeda.
Masalah
yang sering muncul adalah bagaimana
menggolongkan apakah sebuah variabel menjadi
variabel intervering atau variable moderating.
D.
Skala Penelitian
Penentuan skala dalam penelitian adalah
untuk mengetahui ciri-ciri atau karateristik sesuatu
hal berdasarkan suatu ukuran tertentu
sehingga dapat dibedakan
golongan dan urutan atau karateristik suatu objek penelitian. Dikenal empat macam ukuran yang dapat digunakan dalam mengukur
sebuah variabel. Keempat
ukuran yang ditujukan
kepada variabel adalah skala nominal,
ordinal, interval dan rasio.
Skala
nominal adalah bentuk pengukuran yang sangat simple karena hanya semata-mata membedakan kategori
satu dengan yang lain, tanpa ada perbedaan strakta antara kategori. Sebagai
contoh pada variable
jenis kelamin,
1.
Laki – laki
2.
Perempuan
Walaupun secara nilai 2 lebih besar dari pada 1, tetapi tidak ada perbedaan
strakta antara 2 dan 1, hal ini karena 2 dan 1 hanya menunjukkan kategori.
Skala Ordinal, hampir sama dengan skala
nominal, skala ordinal juga membedakan
antara satu ketegori dengan kategori yang lain, hanya saja sudah terdapat perbedaan strakta perkategori,
tetapi jarak antara tingkatan bias jadi tidak sama. Sebagai contoh menilai kualitas pembelajaran,
1. Buruk
2. Kurang Baik
3. Cukup
4. Baik
5. Sangat Baik
Dikatakan terdapat strakta antara kategori sebagai
contoh antara 1 (buruk)
dan 2 (kurang baik) hingga 5 (sangat baik), tetapi perbedaan “rasa” antara sangat baik dan baik, atau baik dan
cukup, atau cukup dan kurang baik tidak
dapat didefinisikan secara tepat dan setiap orang mungkin saja memiliki “rasa” yang berbeda.
Skala interval memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala ordinal, hanya saja skala interval, jarak antara kategori dapat diukur secara jelas dan setiap orang memiliki persepsi yang sama. Sebagai contoh dalam sebuah ujian terdapat 10 soal, jika si A menjawab salah sebanyak 2 maka nilai yang didapat A adalah 8, sedangkan si B menjawab salah sebanyak 6, maka nilai yang didapat B adalah 4. Dalam hal ini terdapat jarak yang jelas antara nilai.
Skala
rasio merupakan skala pengukuran tertinggi. Pada skala pengukuran ini ditentukan nilai nol sejati dan jarak interval harus sama. Perbandingan (rasio) dapat dilakukan
terhadap dua nilai tertentu. Contohnya adalah,
penggaris dengan satuan cm atau inci, kita dapat mengatakan bahwa penggaris panjang 60cm adalah dua kali lipat
dari penggaris dengan panjang 30 cm.
Tabel 1 Perbandingan sifat skala
Sifat |
Nominal |
Ordinal |
Interval |
Rasio |
Membedakan
(=,=) |
YA |
YA |
YA |
YA |
Urutan (<,>) |
- |
YA |
YA |
YA |
Jarak (+,-) |
- |
- |
YA |
YA |
Nol Mutlak
(x,: ) |
- |
- |
- |
YA |
Sumber : Rangkuti, 2015
Pengukuran data dapat dilakukan
dalam berbagai cara, antara lain melalui
pembuatan skala pengukuran. Dalam pembuatan skala, asumsi yang digunakan adalah sesuatu berada dalam
keadaan kontinyu, misalnya sesuatu memiliki keadaan baik, kurang baik, tidak
baik dsb. Begitu juga dalam hal pendapat, maka dapat digambarkan dalam
keadan setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Dalam membuat skala pengukuran
dilakukan pada items. Dan items yang diukur biasanya
berasal dari sampel,
dari sampel ini ingin ditarik
kesimpulan terhadap sebuah populasi, oleh karena itu sampel harus betul- betul mewakili
populasi.
Skala harus memiliki validitas, yaitu skala tersebut harus benar-benar mengukur apa yang dikehendaki untuk diukur. Disamping itu harus memiliki reliabilitas, artinya skala harus menghasilkan ukuran serupa jika digunakan pada sampel yang sama lainnya.
Dalam membuat skala, pertama-tama
tentukan variabelnya, kalau masih memungkinkan
daat dibuat sub variabel, kemudian disusun items-itemsnya beserta
indikator-indikatornya.
Metode
penggunaan skala dipergunakan apabila seluruh skala-skala tersebut diatas ingin digabungkan untuk mendapatkan variable
baru. Untuk itu digunakan teknik
skala Likert, Guttman, Thurstone, Skala jarak sosial, Skala penilaian
(rating scale), Skala membuat ranking, Skala konsistensi internal.
Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Skala Likert digunakan
untuk mengukur sesuatu yang jelas baik dan jelas buruk. Skor respon responden
dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor dan total skor inilah ditafsirkan sebagai posisi
responden dalam Skala Likert. Skala Likert menggunakan ukuran ordinal, karenanya
hanya dapat membuat
ranking.
Prosedur Penyusunan Skala Likert adalah sebagai
berikut:
1) Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, yang relevan dengn masalah yang sedang diteliti yang
terdiri dari item yang cukup terang disukai dan yang cukup terang tidak disukai.
2) Kemudian item-item
tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif
dari populasi yang ingin diteliti
3) Responden di atas diminta
untuk mencek tiap item apakah ia membenarkan atau menyetujuinya (+) atau
tidak membenarkannya atau menyenaginya atau menyetujuinya (-). Respon dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi
skor tertinggi, tidak ada masalah
msalnya untuk memberikan angka lima untuk skor
tertinggi dan 1 skor terendah, yang paling penting konsistensi arah
sikpa yangdiperlihatkan.
4) Total skor dari
masing-msing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut.
5) Respon responden
dianalisis untuk mengetahu
item-item mana yang sangat nyata antara batsan antara skor tertinggi dan skorvv terendah
dalam skala total.
Setiap pertanyan akan diberi skala pengukuran Likert,
dengan lima skala
pengukuran. Skala pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Sangat Setuju (SS),
2)
Setuju (S),
3) Ragu-ragu (R)
4) Tidak Setuju
(TS)
5) Sangat Tidak
Setuju (STS) .
Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable
(positif) bersifat bersifat
unfavorable (negatif).
Skala Guttman adalah skala pengukuran
dengan tipe ini, akan di dapat jawaban
yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positf atau negatif,
dan lain-lain. Data yang diperoleh
dapat berupa data interval
atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan.
Sebagai contoh penelitian terkait kualitas layanan
sebuah destinasi wisata.
Pertanyaan : Ragunan
memberikan layanan yang baik
a. Setuju
b. Tidak Setuju
Skala Thurstone adalah skala yang
disusun dengan memilih butir yang berbentuk
skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai yang
berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam
bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variabel yang hendak diukur kemudian sejumlah
ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten
atau konstruk yang hendak diukur. Adapun contoh skala penilaian
model Thurstone adalah seperti data berikut:
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan
sangat tidak relevan,
sedangkan nilai 10 menyatakan sangat relevan.
Tabel 2 Contoh Model
Thurstone
Petanyaan |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
Minat terhadap mata kuliah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
eksakta |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kualitas Dosen pengajar sangat respesentatif |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kurikulum yang ditetapkan cukup berkualitas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Skala semnatik diferensial yaitu skala
untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya
bukan pilihan ganda maupun checklist,
tetapi tersusun dalam satu garis
kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat
negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data
yang diperoleh melalui
pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval.
Skala bentuk ini biasanya digunakan
untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki
seseorang.
Contoh: Penggunaan skala Semantik Diferensial mengenai kualitas
salesman
Pertanyaan:
Kemampuan berbicara salesman
Berkualitas 7 6 5 4 3 2 1 Tidak Berkualitas Pemahaman terhadap produk
Berkualitas 7 6 5 4 3 2 1 Tidak Berkualitas Kemampuan dalam mengelola data
base
Berkualitas 7 6 5 4 3 2 1 Tidak Berkualitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar