Judul:
Buku Ajar
Metodologi Penelitian
Penulis:
Dr.
Sutarto, M.Si.,M.M.
Editor:
Dr.
Misno, SHI.,SE., MEI.
Desai Sampul dan Lay Out:
Abu
Aisyah
Diterbitkan Oleh:
Pustaka
Amma Amalia
Sukaharja, Ciceruk, Bogor, Jawa Barat
Telp 085885753838
Email: ammaamalia@gmail.com
Cetakan Pertama: Juni 2022
ISBN: 978-623-96823-9-2
Dilarang memperbanyak, menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku
ini dalam Bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit atau penulis
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
rasa syukur kami panjatkan kepada Allah تعالى
shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi Muhmmad shalallahu
‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, para sahabat, hingga kepada seluruh
ummatnya sampai akhir zaman.
Suatu
kebenaran dapat ditemukan melalui proses ilmiah dan non-ilmiah. Kebenaran yang
ditemukan dengan proses non-ilmiah meliputi: akal sehat, intuitif (melalui
proses yang tak disadari atau tanpa berfikir terlebih dahulu), trial and
error (secara coba-coba tanpa kesadaran akan pemecahan masalah tertentu/
kebetulan), otoritas (kewibawaan seorang ilmuan/ pejabat tertentu, pendapat
mereka umumnya sering diterima orang tanpa diuji karena dipandang sudah benar),
prasangka dan wahyu.
Dalam
sejarah peradaban, jalan menuju kepada kebenaran dan pengetahuan sangat
panjang. Sedikit demi sedikit dengan susah payah, akhirnya manusia berhasil
juga mengungkapkan tabir yang gelap selama berabad-abad. Pendorong yang kuat ke
arah usaha yang tidak mengenal lelah ini adalah kodrat manusia yang selalu
mencari dan mencari, hasrat ingin tahu yang dimiliki setiap orang.
Hasrat
inilah yang menyebabkan orang ingin mendapatkan kebenaran, Hasrat ingin tahu
ini kemudian dilakukan melalui penelitian, maka apa yang sekarang dianggap soal
biasa mungkin beberapa abad yang lalu masih merupakan rahasia yang banyak
menimbulkan spekulasi.
Telah
banyak rahasia alam yang menakjubkan yang diketahui oleh ilmu pengetahuan.
Namun demikian setiap hari masih banyak juga peristiwa yang belum terpecahkan,
baik yang lama, maupun yang baru muncul, yang tadinya belum pernah ada. Semua
itu merupakan tantangan bagi penelitian.
Penelitian
selalu diperbaharui untuk mengatasi sikap hidup dan cara berpikir yang tidak
sesuai dengan perkembangan kebutuhan zaman. Dan sesungguhnya sikap hidup dan
cara berpikir yang tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan zaman dan cara
berpikir yang spekulatif-aksiomatis tidak dapat dipertahankan lagi. Bagi mereka
yang baru mempelajari dasar-dasar dan metodologi penelitian, ada baiknya untuk
mengenal taraf berfikir dalam mencari kebenaran, agar dapat membedakan mana
yang dapat dikatakan berfikir spekulatif-aksiomatis dan mana yang ilmiah.
Dengan demikian metode penelitian sangat diperlukan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Dalam
penerbitan buku ini tak lupa penulis sampaikan terimakasih yang
setinggi-tinginya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga buku ini
dapagt terbit. Kepada pembaca yang budiman, masukan dan kritik konstruktif
selalu penulis harapkan. Kepada Allah تعالى
jualah penulis bermohon semoga kehadiran buku ini menjadi bagian pengabdian
penulis terhadap ilmu pengetahuan dan menjadi jariyah yang bermanfaat, Amien.
Bogor,
12 Septemnber 2022
Dr. Sutarto, M.Si.,
M.M.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vii
BAB I DASAR PENGETAHUAN
1
A.
Manusia
Ingin Tahu Dalam Mencari Kebenaran 1
B. Penalaran 2
C. Berpikir 4
D. Logika 18
E. Pengetahuan 20
F. Metode Ilmiah 21
G.
Macam-macam
Kegiatan Ilmiah Dasar 22
BAB II PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN 25
A. Pengertian Metode Penelitian 25
B. Jenis-Jenis Penelitian 33
C. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif 36
D. Perbedaan Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif 38
BAB III PENELITIAN KUANTITATIF 51
A. Jenis-Jenis Data Penelitian 51
B. Jenis-Jenis Penelitian 52
C. Paradigma dalam Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif 53
D. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif 55
E. Penelitian Kuantitatif 56
F. Masalah Penelitian Kuantitatif 59
BAB IV KERANGKA PENELITIAN DAN
VARIABEL PENELITIAN 63
A.
Proses
Penelitian 63
B. Kerangka Teoritis 66
C. Jenis Variabel Penelitian 75
D.
Skala
Penelitian 78
BAB V HIPOTESIS, POPULASI DAN SAMPEL
PENELITIAN 85
A.
Hipotesis
85
B. Merumuskan Hipotesis 87
C. Pengajuan Hipotesa 89
D. Populasi, Sampel Dan Ukuran Sampel 94
E.
Teknik
Sampling 97
BAB VI SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN
PENELITIAN 101
A.
Skala
Pengukuran 101
B. Macam-macam Skala Pengukuran 104
C. Instrumen Penelitian 116
D.
Contoh
Bentuk Instrumen Penelitian 123
BAB VII TEKNIK PENGUMPULAN DATA 125
A. Sifat Penelitian Kuantitatif 125
B. Definisi Variabel Terikat dan
Variabel Bebas 125
C. Sumber Data Primer dan Sekunder 126
D. Strategi Pengumpulan Data
Kuantitatif 129
BAB VIII ANALISIS DAN INTERPRETASI
DATA 133
A. Analisis Data Pada Penelitian
Kuantitatif 133
B.
Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif 138
C. Interpretasi Data 141
BAB IX MACAM-MACAM DATA 143
A.
Pengertian Data 143
B.
Macam Data 144
BAB X DASAR PENELITIAN KUALITATIF 149
A.
Karakteristik
Penilaian Kualitatif 149
B. Beberapa Pertanyaan Tentang
Penelitian Kualitatif 152
C. Rancangan Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif 155
D. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan
Penelitian Kuantitatif 160
E.
Istilah
Hipotesis dan Variabel Dalam penelitian Kualitatif 168
BAB XI LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN 171
A. Proses penelitian 171
B. Sistematika Tahapan Penelitian 174
BAB XII PENYUSUNAN PROPOSAL
A.
Penelitian
Kuantitatif 207
B. Penelitian Kualitatif 207
1. Pengertian 209
2. Lingkungan Penelitian Kualitatif 209
3.
Komponen
dan Sistematika Proposal 210
DAFTAR PUSTAKA 223
RIWAYAT HIDUP PENULIS 227
BAB I
DASAR PENGETAHUAN
Suatu
kebenaran dapat ditemukan melalui proses ilmiah dan nonilmiah. Kebenaran yang
ditemukan dengan proses nonilmiah meliputi: akal sehat, intuitif (melalui
proses yang tak disadari atau tanpa berfikir terlebih dahulu), trial and
error (secara coba-coba tanpa kesadaran akan pemecahan masalah
tertentu/kebetulan), otoritas (kewibawaan seorang ilmuan/pejabat tertentu, pendapat
mereka umumnya sering diterima orang tanpa diuji karena dipandang sudah benar),
prasangka dan wahyu.
A.
Manusia Serba Ingin Tahu
Dalam Mencari Kebenaran
Dalam sejarah
peradaban, jalan menuju kepada kebenaran dan pengetahuan sangat panjang.
Sedikit demi sedikit dengan susah payah, akhirnya manusia berhasil juga
mengungkapkan tabir yang gelap selama berabad-abad. Pendorong yang kuat ke arah
usaha yang tidak mengenal lelah ini adalah kodrat manusia yang selalu mencari
dan mencari, hasrat ingin tahu yang dimiliki setiap orang.
Hasrat inilah yang
menyebabkan orang ingin mendapatkan kebenaran, apakah yang sebetulnya
menyebabkan adanya petir, adanya angin, gerhana, berkembangnya penyakit,
cara-cara menyembuhkan penyakit, terjadinya inflasi, meningkatnya kenakalan
remaja, apa yang terdapat di ruang angkasa, dan masih banyak peristiwa alam
lainnya dalam masyarakat. Hasrat ingin tahu ini kemudian dilakukan melalui
penelitian, maka apa yang sekarang dianggap soal biasa mungkin beberapa abad
yang lalu masih merupakan rahasia yang banyak menimbulkan spekulasi.
Telah banyak rahasia
alam yang menakjubkan yang diketahui oleh ilmu pengetahuan. Namun demikian
setiap hari masih banyak juga peristiwa yang belum terpecahkan, baik yang lama,
maupun yang baru muncul, yang tadinya belum pernah ada. Semua itu merupakan tantangan
bagi penelitian.
Penelitian selalu
diperbaharui untuk mengatasi sikap hidup dan cara berpikir yang tidak sesuai
dengan perkembangan kebutuhan zaman. Dan sesungguhnya sikap hidup dan cara
berpikir yang tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan zaman dan cara
berpikir yang spekulatif-aksiomatis tidak dapat dipertahankan lagi. Bagi mereka
yang baru mempelajari dasar-dasar dan metodologi penelitian, ada baiknya untuk
mengenal taraf berfikir dalam mencari kebenaran, agar dapat membedakan mana
yang dapat dikatakan berfikir spekulatif-aksiomatis dan mana yang ilmiah.
B. Penalaran
Penalaran
(reasoning) dapat didefinisikan dalam
dua pengertian, yakni: Pertama, Penalaran merupakan suatu proses berpikir
dengan menghubungkan petunjuk, bukti dan fakta atau pun sesuatu yang dianggap sebagai
bahan bukti, untuk dapat ditarik menjadi suatu kesimpulan. Kedua, Penalaran merupakan
proses berpikir yang logis dan sistematis untuk memperoleh sebuah pengetahuan
atau keyakinan sebagai suatu kesimpulan.
Penalaran merupakan aktivitas pikiran pada sesuatu yang masih abstrak, untuk mewujudkannya kepada suatu pemahaman memerlukan suatu simbul. Simbol atau lambang
yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan
berupa argumentasi. Kemudian suatu pernyataan
atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata-kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah suatu kalimat berita dan penalaran
menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklosi dari suatu premis (asumsi).
Pemikiran manusia adalah aktivitas penalaran yang saling berkait. Tidak ada
proposisi (pernyataan) tanpa
pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama–sama dengan
terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula prposisi dan dari proposisi akan digunakan
sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar
dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Kemampuan
menalar merupakan faktor yang membedakan manusia dengan binatang. Penalaranlah
manusia mampu mengembangkan pengetahuan, sedangkan pada binatang pengetahuannya
terbatas pada instink dan hanya
digunakan untuk survive. Manusia menggunakan nalar untuk mengembangkan
pengetahuan dan mengembangkan kebudayaan.
Penalaran adalah proses
berfikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan berfikir bukan dengan perasaan. Dengan demikian berfikir merupakan kegiatan
utama untuk menemukan pengetahuan.
Pengetahuan
yang tidak didasarkan pada penalaran adalah: intuisi, wahyu, perasaan.
Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran
mengembangkan faham yang disebut faham
Rasionalisme. Sedangkan mereka yang
menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan
sumber kebenaran mengembangkan faham Empirisme.
Seseorang yang melakukan penalaran, bertujuan untuk menemukan suatu kebenaran. Kebenaran dapat
dicapai jika syarat– syarat dalam menalar dapat dipenuhi, diantaranya yaitu: 1) Suatu penalaran
bertolak dari pengetahuan
yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang
memang salah; 2) Dalam
penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua
premis harus benar. Benar disini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun aterial.
Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari
aturan–aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan
yang dijadikan sebagai premis tepat.
Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek, yaitu:
1. Aspek keterkaitan
Aspek
keterkaitan adalah hubungan antarbagian yang satu dengan yang lain dalam suatu
karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu
sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus
berkaitan dengan bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan
harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
2. Aspek urutan
Aspek
urutan adalah pola urutan tentang sesuatu yang harus didahulukan atau
ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat
pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir
tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum.
Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk
membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di
akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup
karangan ilmiah.
3. Aspek argumentasi
Yaitu
bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta,
pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan.
Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa
masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat/temuan-temuan
dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4. Aspek teknik penyusunan
Yaitu
bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini
bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan
ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun
karangan ilmiah.
5. Aspek bahasa
Yaitu
bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut, baik dan benar, serta
menggunakan bahasa baku. Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar
dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar
keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
Beberapa ciri bahasa ilmiah: kalimat pasif, sedapat mungkin menghindari kata
ganti diri (saya, kami, kita), susunan kalimat efektif/hindari kalimat-kalimat
dengan klausa-klausa yang panjang.
C. Berpikir
1. Pengertian Berfikir
Pikir dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan,
angan–angan, kata dalam hati, kira, dan sangka. Berfikir mencakup segala
aktivitas mental, ketika berfikir saat memutuskan sesuatu, berfikir saat
menulis artikel, menulis makalah, puisi, membaca buku, menulis surat,
merencanakan liburan, atau menghawatirkan suatu problema yang harus dihadapi.
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.
Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia yang melibatkan
perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada
objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadir-kannya
dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan atau wawasan tentang objek tersebut.
Berfikir juga berarti berjerih–payah secara mental untuk memahami
sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang
dihadapi. Dalam berfikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan,
merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah–milah,
atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan–kemungkinan
yang ada, membuat analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan dari
premis – premis yang ada, menimbang dan memutuskan.
Kegiatan berfikir, biasanya dimulai ketika muncul keraguan dan
pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang
memerlukan pemecahan. Kegiatan berfikir juga dirangsang oleh kekaguman dan
keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan menimbulkan pertanyaan–pertanyaan
untuk dijawab.
Setiap individu pasti memiliki cara berfikir yang berbeda.
Perbedaan dalam cara berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal yang nyata
dan penting. Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan oleh faktor pembawaan
sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang.
Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan
informal sangat mempengaruhi gaya berfikir seseorang di kemudian hari, di
samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya (Leavitt, 1978 ).
Para ahli melihat ihwal berfikir ini dari perspektif yang
berlainan. Ahli–ahli psikologi asosiasi, misalnya, menganggap bahwa berfikir
adalah kelangsungan tanggapan–tanggapan ketika subjek berfikir pasif. Plato
beranggapan bahwa berfikir adalah berbicara dalam hati.
Piaget menciptakan teori bahwa cara berfikir logis berkembang
secara bertahap, kira–kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Ia
menunjukkan bahwa pada anak-anak tidak seperti bejana yang menuggu untuk diisi
penuh dengan pengetahuan. mereka secara aktif membangun pemahamanya akan dunia
dengan cara berinteraksi dengan dunia.
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu
seseorang.¢ Secara
sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara
kognitif.¢ Secara lebih
formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik
informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term
memory.
Dalam Islam, seruan berfikir memperhatikan dan mengetahui tidak
dikhawatirkan akan membawa dampak negatif yang bertolak
belakang dengan kebenaran agama, sebab Islam beranggapan bahwa kebenaran agama
tidak akan bertentangan dengan kebenaran rasio. Akidah haruslah berdasarkan
ilmu bukan dengan penyerahan diri secara buta.
Jadi, pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia
untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain. Dengan dasar berfikir ini,
manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir
juga disebut sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berfikir karena
manusia berakal. Akal merupakan intinya sebagai sifat hakikat, sedangkan
makhluk sebagai genus yang merupakan dhat, sehingga manusia dapat
dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Akal merupakan salah
satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, disamping
rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal
inilah, manusia dapat berfikir untuk mencari jalan yang hakiki.
Ada berbagai macam definisi yang bisa dijadikan sebagai rujukan
untuk memahami definisi berpikir. Diantaranya;
1) Philip
L. Harriman mengungkapkan, bahwa berpikir adalah suatu aktivitas dalam
menanggapi suatu situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panca indera.
2) Drever mengemukakan masalah berpikir sebagai berikut:
“thinking is any course or train of ideas; in the narrower and stricter
sense, a course of ideas initiated by a problem”. Artinya, bahwa berpikir bertitik tolak dari
adanya persoalan atau problem yang dihadapi secara individu.
3) Menurut Floyd L. Ruch, berpikir merupakan
manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan
lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak.
4) Drever, berpikir adalah melatih ide-ide dengan
cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah.
5) Solso, berpikir adalah sebuah proses dimana
representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan
interaksi yang komplek antara atribut-atribut mental seperti penilaian,
abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah
Definisi
yang paling umum dari berfikir adalah perkembangan ide dan konsep. Berfikir
adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah
pada suatu tujuan. Manusia berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian
yang diinginkan.
Berfikir
merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan
manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa,
sedangkan hewan tidak. “Bahasa” hewan adalah bahasa insting yang tidak
perlu dipelajari dan diajarkan, sedangkan bahasa manusia adalah hasil
kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Dengan
bahasa, manusia bisa memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan
maupun yang tidak kelihatan. Semua benda, sifat, pekerjaan, dan lain–lain yang
abstrak, diberi nama. Dengan begitu, segala sesuatu yang pernah diamati dan
dialami dapat disimpan, menjadi tanggapan–tanggapan dan pengalaman–pengalaman,
kemudian diolah (berfikir) menjadi pengertian– pengertian.
Dengan
menggunakan bahasa yang lebih sederhana, berpikir dapat didefinisikan sebagai
proses yang intens untuk memecahkan masalah dengan meghubungkan satu hal dengan
yang lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan Anita Taylor, bahwa berpikir adalah
proses penarikan kesimpulan (thinking is a inferring process).
Namun
bagaimanapun berpikir adalah proses. Berpikir muncul ketika melihat realitas
dan fenomena yang ada di sekitar. Selama berada dalam keadaan jaga,
gagasan-gagasan akan tercampur dengan ingatan, gambaran, fantasi, persepsi, dan
asosiasi-asosiasi. Dalam proses berpikir orang menghubungkan pengertian satu
dengan pengertian lain untuk mendapatkan pemecahan dari persoalan yang
dihadapi. Pengertian-pengertian itu merupakan bahan atau materi yang digunakan
dalam proses berpikir yang dapat dinyatakan dengan kata-kata, gambar,
simbol-simbol atau bentuk-bentuk lainnya.
Sementara
itu, berpikir sangat bergantung terhadap situasi dan kondisi, konsep dan
lambang, serta bahasa yang dipergunakan. Karena warga masyarakat dari
kebudayaan tertentu akan membentuk konsep-konsep dan menemukan kecocokan dengan
situasi tertentu.
2. Sistematika Berfikir
a. Metode Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan
dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang
disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diteliti. Generalisasi adalah
bentuk dari metode berpikir induktif.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
∴ Jika dipanaskan, logam memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan
hidup.
Metode berpikir induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data,
pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum. Proses
penalaran induktif dapat berupa generalisasi atau perampatan, analogi, dan
hubungan kausal.
1) Generalisasi atau perampatan adalah proses
penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala yang bersifat khusus,
serupa, atau sejenis yang disusun secara logis dan diakhiri kesimpulan yang
bersifat umum.
2) Analogi adalah proses penalaran berdasarkan
pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu
objek yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan
sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum.
3) Hubungan kausal (sebab–akibat/ akibat–sebab)
adalah proses penalaran berdasarkan hubungan ketergantungan antargejala yang
mengikuti pola sebab−akibat, akibat−sebab, sebab–akibat–akibat.
Karangan ilmiah
kualitatif induktif dilandasi penalaran
(1) observasi data, (2) estimasi desain, (3) verifikasi analisis, (4)
pembenaran komparasi, (5) konfirmasi keluaran, dan (6) generalisasi/induksi.
Karangan ilmiah, yang merupakan penelitian kuantitatif induktif, proses
penalarannya dapat diawali dengan (1) observasi estimasi atas masalah, (2)
verifikasi hipotesis formulasi, (3) pembenaran hipotesis, (4) konfirmasi
signifikansi, (5) generalisasi/induksi.
b. Metode Deduktif
Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Metode berpikir
deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang
bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri kesimpulan khusus yang
berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Penalaran deduktif dapat
berupa silogisme atau entimem.
1) Silogisme adalah suatu proses penalaran yang
menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah
kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Sementara itu, proposisi merupakan
pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena
kesalahan yang terkandung di dalamnya (Keraf, 1982). Silogisme terdiri atas
tiga bagian, yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Contoh:
Semua tumbuhan
membutuhkan air (premis mayor).
Akasia adalah
tumbuhan (premis minor).
∴Akasia membutuhkan air (konklusi).
a) Premis Mayor
Premis mayor
mengandung term mayor dari silogisme,
merupakan generalisasi atau proposisi yang dianggap benar bagi semua unsur atau
anggota kelas tertentu.
Premis adalah
proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi, sedangkan term adalah suatu kata atau frasa yang menempati fungsi subjek atau
predikat.
b) Premis Minor
Premis minor
mengandung term minor dari silogisme,
berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menunjuk sebuah kasus atau
persitiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu.
c) Kesimpulan
Kesimpulan
adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas akan
berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
2) Entimem adalah bentuk silogisme yang tidak
lengkap; bagian silogisme yang dianggap sudah dipahami dihilangkan.
Karangan ilmiah
kualitatif deduktif sering digunakan dalam pembahasan masalah-masalah
humaniora. Selain itu, jenis karangan ini juga digunakan untuk mengupas
masalah-masalah yang berkaitan dengan kualifikasi produk yang bernilai ekonomi,
seperti keindahan pakaian, kecantikan, dan keserasian dapat pula menggunakan
jenis karangan ini. Tidak ketinggalan, karangan jenis ini pun dapat pula berisi
pembahasan produk teknologi yang dipadukan dengan seni, misalnya keindahan
rumah, kemewahan mobil, dan kenyamanan menumpang pesawat terbang.
3. Jenis-jenis Berpikir
Menurut Morgan, ada dua
macam berpikir yaitu: berpikir austistik
dan berpikir realistik.
a. Berpikir autistik adalah proses
berpikir yang biasa dikenal dengan melamun, seperti fantasi, menghayal, dan
lain sebagainya. Berpikir autistik menjadikan seseorang lari dari kenyataannya
dan memandang semua yang anda sebagai gambar-gambar fantastis. Pada kondisi
seperti ini, berpikir autistik merupakan kegiatan mental yang melantur dan
tidak mempunyai tujuan serta arah tertentu.
b. Berpikir realistis adalah proses
berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata dan diharapkan
dengan itu akan mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi, disebut juga
dengan nalar (reasoning).
Floyd L. Ruch membagi berpikir realistik menjadi tiga bagian yaitu:
Deduktif, Induktif, dan Evaluatif.
a. Berpikir deduktif, merupakan proses
berpikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum pada hal-hal yang
bersifat khusus. Berfikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua
pernyataan, yang pertama merupakan pernyataan umum, dalam logika, disebut dengan
silogisme.
b. Berpikir induktif, merupakan
kebalikan dari berpikir deduktif yaitu proses pengambilan keputusan dimulai
dari hal-hal yang bersifat khusus menuju umum. Istilah ini dikenal dengan
generalisasi. Ketepatan berpikir induktif bergantung pada memadainya kasus yang
dijadikan dasar. Berpikir induktif adalah proses berfikir yang bertolak dari
satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan
(inferensi). Berfikir induktif ialah menarik kesimpulan umum dari berbagai
kejadian (data) yang ada disekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses
berfikirnya adalah sintesis. Tingkatan berfikirnya adalah induktif. Pada
hakikatnya,, semua pengetahuan yang dimiliki manusia berasal dari proses
pengamatan (observasi) terhadap data.
c. Berpikir evaluatif, yaitu proses
berpikir secara kritis untuk menilai baik atau buruk, tepat atau tidak, bahkan
bermanfaat atau tidaknya sebuah gagasan. Karena proses ini merupakan proses
berpikir yang bebas, maka seseorang bisa saja untuk menambah atau mengurangi gagasan.
Perlu
diingat bahwa jalannya berfikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam faktor,
antara lain yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut,
situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman–pengalaman
orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang tersebut.
Menurut Robert J. Sternberg, menambahkan dengan jenis berpikir analogi,
yaitu berpikir yang didasarkan pada pengenalan kesamaan. Biasanya, hal ini
dengan menggunakan perbandingan atau kontras. Ungkapanya:“kita berpikir secara analogis setiap kali
kita menetapkan keputusan tentang sesuatu yang baru dalam pengalaman kita,
dengan menghubungkannya pada suatu yang sama pada masa lalu kita”.
Kemudian jenis-jenis berpikir yang dijabarkan oleh Sarlito ada dua
jenis yaitu:
a. Berpikir asosiatif, adalah proses berpikir
dimana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Cara berpikir asosiatif dibagi
menjadi dua macam;
1) Asosiasi bebas: satu ide akan menimbulkan ide
mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada batasannya. Misalnya ide
tentang makan, dapat menimbulkan ide tentang restoran atau dapur.
2) Asosiasi terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan
ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya ide tentang “membeli
mobil” akan memunculkan ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaan-nya,
mereknya, atau mungkin modelnya.
b. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan
sebelumnya dan diarahkan kepada sesuatu, biasanya diarahkan kepada pemecahan
persoalan. Ada dua macam berpikir terarah, yaitu;
1) Berpikir kritis, adalah berpikir yang bertujuan untuk
membuat keputusan atau pemelihan terhadap suatu keadaan.
2) Berpikir kreatif, adalah berpikir untuk menemukan hubungan
baru antara berbagai hal.
Pikiran sendiri ada dua macam yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Manusia hanya memanfaatkan 12%
kekuatan pikiranya, sementara 88% ada pada kekuatan bawah sadar, yg semacam
"perasaan". Diantara pikiran sadar dan bawah sadar ada Reticular
Activating System (RAS) atau filter, yang untuk membuka, pintu otak mesti
berada pada gelombang Alfa. Pikiran bawah sadar (yang 88% tadi) menyimpan:
Memori, Self-image, Personality & Habits (kebiasaan).
Menurut Kartono (1996) ada enam pola berpikir, yaitu:
1) Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan
tempat tertentu
2) Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab
bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
3) Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau
pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
4) Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antar
peristiwa atas dasar kemiripannya.
5) Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan
pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian- pembuktian.
6) Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara
lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
Kegiatan
berfikir memiliki dua ciri, yaitu 1) menggunakan logika dan 2) berfikir
analitis. Adanya suatu pola berfikir disebut logika, atau dapat dikatakan pula
bahwa penalaran merupakan pola berfikir logis, yang berarti suatu pola berfikir
menurut pola tertentu. Proses berfikir
analitis pada hakekatnya merupakan suatu
kegiatan berfikir berdasarkan pada langkah-langkah tertentu. Langkah tertentu
tersebut merupakan konsekwensi dari logika penalaran.
4.
Berbagai Cara Berpikir Dalam
Mencari Kebenaran
Ada beberapa taraf dalam usaha manusia untuk mendapatkan kebenaran dan
untuk dapat menempatkan pentingnya kedudukan “penelitian” di antara berbagai
taraf tersebut. Kiranya perlu diterangkan bagaimana proses berpikir dalam
taraf-taraf tersebut dilakukan:
a. Taraf
Kebetulan: dalam taraf ini sebenarnya diperoleh secara
kebetulan. Banyak peristiwa penting dan penemuan yang berharga di dunia ini
yang diilhami oleh sifat kebetulan, tidak sengaja dilakukan penelitian secara
ilmiah. Karena itu cara penemuan semacam ini tidak dapat dogolongkan pada
proses berpikir secara ilmiah. Sebagai contoh dalam sejarah ialah ditemukannya
obat malaria secara kebetulan oleh seorang pengembara di daerah tropik yang
terserang oleh penyakit demam yang datangnya dalam waktu-waktu tertentu.
Kalau ia sedang terserang suhu badannya naik
dan merasa kedinginan dan menggigil, begitulah ketika sedang terserang penyakit
tersebut ia merasa haus sekali, tetap sulit memperoleh air, terpaksa ia minum
air rawa, walaupun rasanya pahit dan berwarna merah karena di dalamnya terendam
pohon besar yang telah lama tumbang. Tetapi heran, air rawa yang kotor tersebut
rupanya menyebabkan ia menjadi sembuh, dengan peristiwa secara kebetulan tadi,
kemudian orang menggunakan air kulit pohon yang serupa dengan batang yang
tumbang itu untuk mengobati penyakit demam.
Walaupun cerita ini
sulit dibuktikan, sebagai kisah kejadian kiranya diterima sebagai gambaran, apa
yang dimaksud dengan kebenaran yang diperoleh dengan penemuan secara kebetulan.
b. Taraf Trial dan Error: proses
berpikir dalam taraf ini menggunakan sikap untung-untungan, tetapi ada
kelebihannya dibandingkan dengan bekerja dalam taraf kebetulan, karena orang
tidak hanya menerima nasib dengan pasif, tetapi sudah ada usaha yang aktif,
biarpun sifatnya masih membabi buta dan serampangan, tidak ada kesadaran yang
pasti untuk melakukan pemecahan masalah.Trial dan error sebagai dasar dan
metode penelitian sangat berbelit-belit, tidak teratur dan tidak pernah pasti,
karena itu tidak dapat disebut sebagai metode ilmiah dalam penelitian.
c. Taraf Otoritas dan Tradisi:
dalam hal ini pendapat-pendapat badan atau orang-orang tertentu yang berwibawa
merupakan kebenaran yang mutlak. Pendapat-pendapat itu dijadikan doktrin yang
diikuti dengan tertib tanpa sesuatu kritik, dan orang-orang tidak lagi berusaha
menguji kebenaran tersebut, “the master
always says the truth”. Hal ini sering kita jumpai dalam rapat-rapat.
Masalah otoritas dalam kerja ilmiah sangat berbahaya karena itu harus kita
hadapi dengan hati-hati kadang-kadang otoritas dapat mengandung kebenaran.
Otoritas yang disebabkan pengalaman, sering dipakai sebagai penuntun mencari
langkah yang pertama untuk penelitian dan selanjutnya tidak lebih dari itu.
Dalam kehidupan kemasyarakatan sering kita jumpai pemujaan rakyat kepada
pemimpin yang berkelebihan. Tradisi dalam kehidupan manusia memegang peranan
yang sangat penting. Pada saat sekarangpun masih banyak kenyataan yang
bersumber pada tradisi, sebagai contoh “selamatan bersih desa” untuk menolak
penyakit yang akan menyerang desa tersebut. Taraf berpikir otoritas dan tradisi
tidak dapat dianggap sebagai metode ilmiah dalam mencari kebenaran, karena
tidak dilandasi suatu sistem dan metode tertentu. Begitu pula kebenarannya
tidak diadakan pengujian.
d. Taraf Spekulasi: di dalam
sifat-sifatnya proses berpikir pada taraf spekulasi banyak persamaannya dengan
trial dan error, bedanya hanya sifatnya lebih sistematis. Dalam melakukan
tindakan ia berspekulasi atas suatu kemungkinan yang dipilihnya dari beberapa
kemungkinan lain. Disini tampak bahwa usahanya tak dapat disebut membabi buta.
Ia memilih satu dari beberapa kemungkinan, walaupun ia sendiri masih belum
yakin apakah pilihannya itu telah merupakan cara yang setepat-tepatnya. Di
dalam memilih dan menetapkan suatu jalan ia hanya dibimbing oleh
pertimbangan-pertimbangan yang tidak masak, atas dasar kira-kira yang kurang
diperhitungkan. Dalam pekerjaan keilmuan, kita harus berusaha menjauhkan diri
dari cara berpikir spekulasi.
e. Taraf Berpikir Kritis: proses
berpikir dalam taraf ini dilandasi oleh pemikiran dedukatif, artinya mula-mula
menempatkan pangkal kebenaran umum atau premise-premise dalam susunan yang
teratur dari situasi dan ditarik suatu kesimpulan. Contoh: semua manusia akan
mati. Ahmad adalah manusia. Kesimpulan: sebab itu ahmad akan mati. Cara
berfikir deduktif ini banyak kelemahannya. Memang kesimpulan-kesimpulan yang
ditarik dari premise-premise itu pasti benar, sekiranya premise-premise itu
merumuskan kebenaran. Kembali kepada contoh: dari manakah dapat diketahui bahwa
semua orang akan mati? Berapakah jumlah orang yang harus mengalami melihat
orang mati untuk dapat merumuskan bahwa semua orang akan mati. Premise-premise
umum pada galibnya jelas masih ditandai oleh pemikiran secara otoritas, tanpa
diadakan penyelidikan akan kebenarannya. Cara berpikir deduktif akhirnya
berkembang kearah permainan lidah saja dalam mencari kebenaran. Kebalikan dari
berpikir deduktif adalah berpikir induktif. Disini kebenaran diperoleh dengan
meneliti terlebih dahulu segala fakta yang diperoleh dari pengalaman langsung.
Dari segala fakta inilah ditarik kesimpulan umum. Cara berpikir induktif inipun
ada kelemahannya, sebab pengumpulan data sebanyak-banyaknya bukanlah jaminan
adanya kesimpulan umum. Perkembangan ilmu pada taraf ini sangat berbahaya,
karena orang terlalu mendewakan akal dan ketangkasan lidahnya, seolah-olah
kebenaran adalah apa yang dapat dicapai oleh akal atau pikir, lepas dari
kenyataan, karena itu proses berpikir pada taraf ini belum bisa dimasukkan
sebagai proses berfikir ilmiah.
f. Taraf Berpikir Ilmiah: dalam
taraf ini proses berpikir dapat dikatakan ilmiah apabila:
1) Kebenaran tersebut telah diuji dan dibuktikan dengan taraf-taraf
berpikir bukan ilmiah.
2) Dalam mencari kebenaran dengan penelitian tersebut harus ada obyek
studi yang jelas dengan sistem-sistem dan metode-metode tertentu.
Jhon Dawey membagi
garis-garis besar berfikir secara ilmiah dalam lima taraf:
1) The felt need.
2)
The problem.
3)
The hypothesis.
4)
Collection of data as evidence.
5)
Concluding belief.
The felt need : Dalam taraf permulaan orang merasakan sesuatu kesulitan untuk
menyesuaikan alat dengan tujuannya, untuk menemukan ciri-ciri sesuatu obyek,
atau untuk menerangkan sesuatu kejadian yang tidak terduga.
The problem : Menyadari persoalan atau masalahnya seorang pemikir ilmiah dalam
langkah selanjutnya berusaha menegaskan persoalan itu dalam bentuk perumusan
masalah.
The hypothesis : Langkah yang ketiga adalah mengajukan kemungkinan pemecahannya atau
mencoba menerangkannya. Ini boleh didasarkan atas terkaan-terkaan,
kesimpulan-kesimpulan yang sangat sementara, teori-teori, kesan-kesan umum atau
atas dasar apapun yang masih belum dipandang sebagai kesimpulan yang terakhir.
Collection of data
as evidence : selanjutnya bahan-bahan,
informasi-informasi atau bukti-bukti dikumpulkan dan melalui
pengolahan-pengolahan yang logik mulai diuji sesuatu gagasan beserta-beserta
implikasinya.
Concluding belief : Bertitik tolak dari bukti-bukti yang sudah diolah sesuatu gagasan
yang semula mungkin diterima, mungkin juga ditolak. Dengan jalan analisa yang
terkontrol terhadap hipotesa-hipotesa diajukan disusunlah suatu keyakinan
sebagai kesimpulan.
Kelley (dalam Hadi, 1987) melengkapi lima taraf
berfikir Dawey dengan satu lagi ialah:
General value of
the conclusion : Akhirnya, jika suatu pemecahan
telah dipandang tepat, maka disimpulkan implikasiimplikasi untuk masa depan.
Ini disebut “refleksi” yang bertujuan untuk menilai pemecahan-pemecahan baru
dari segi kebutuhankebutuhan mendatang pertanyaan yang ingin dijawab disini
adalah “kemudian apa yang harus dilakukan?”. Ini kerap kali dikemukakan pada
taraf yang terakhir dalam suatu pemecahan.
5. Ciri dalam Taraf Berpikir Ilmiah
Dalam taraf berfikir
ilmiah kebenaran harus dibuktikan dengan penelitian yang membedakan dengan cara
berfikir non ilmiah seperti dalam taraf kebetulan, trial and error, otoritas
dan tradisi, spekulasi dan berfikir kritis. Penelitian adalah penyaluran hasrat
ingin manusia dalam taraf keilmuan.
Penyaluran sampai taraf
ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa
setiap gejala yang nampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Sebab
akibat bukan suatu masalah gaib, bukan suatu permainan kira-kira, bukan pula
sesuatu yang diterima atas otoritas. Dengan sikap yang berbeda ini, manusia
telah berhasil menerangkan berbagai gejala yang menampak dan menunjukkan pada
kita sebab musabab yang sebenarnya dari satu atau serentetan akibat. Sejalan
dengan sikap itu, maka metode penelitian hanya akan menarik dan membenarkan
suatu kesimpulan apabila telah dibentengi dengan bukti-bukti yang meyakinkan,
jadi bila didalam penelitian diperhitungkan pula ide seseorang yang
berkewibawaan, maka kebenaran ide ini kelak perlu diuji dan bukan saja terhadap
ide yang serupa hal ini berlaku, tetapi juga terhadap penelitian yang
terdahulu, baik sebagai verivikasi maupun sebagai follow-up atau susulan. Ini bukanlah didasarkan atas satu pandangan
hidup yang negatif, yang tidak menerima pendapat luar sebagai suatu yang dapat
diperhitungkan atau yang “apriori” dianggap salah.
Sebaliknya untuk
menemukan kebenaran penelitian memperhitungkan segala sesuatu secara wajar.
Penelitian diadakan bukan untuk membuktikan kesalahan suatu pendapat; tetapi
untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Ciri dalam taraf berfikir ilmiah
melalui penelitian harus adanya obyek studi yang jelas, dengan penggunaan
sistem-sistemdan metode-metode tertentu (Koentjaraningrat, 2007).
Suatu cabang ilmu tentu
mempunyai obyek, dan obyek yang menjadi sasaran itu umumnya dibatasi.
Sehubungan dengan itu, maka setiap ilmu lazimnya mulai dengan merumuskan suatu
definisi (batasan) perihal apa yang hendak dijadikan obyek studinya. Setelah
itu maka obyek studi ditempatkan dalam suatu susunan tertentu sehingga nyata
keduanya yang relatif dengan obyek-obyek lainnya yang ditinjau dari cabang ilmu
yang bersangkutan diletakkan di luar batasan yang dirumuskan itu. Hubungan
cabang-cabang ilmu yang berada di luar obyek studi dengan obyek studi dikenal
sebagai kerjasama interdisipliner atau multi disipliner.
Metode dalam dunia
keilmuan sangat erat hubungannya dengan sistem dan menyangkut masalah cara
kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Sehubungan dengan itu, maka cabang-cabang ilmu itu memperkembangkan
metodologinya yang disesuaikan dengan obyek studi ilmu yang bersangkutan.
Metode itu merupakan cara yang nantinya akan ditempuh guna lebih mendalami
obyek studi itu. Perlu dicatat, bahwa suatu metode dipilih dengan
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan obyek studi. Karena itu obyeklah yang
menentukan metode dan bukan sebaliknya.
D. Logika
1. Pengertian Logika
Secara
Etimologis, Logika berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sebagai hasil
pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan melalui kata yang dinyatakan
dalam bentuk bahasa. Jadi logika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari jalan
pikiran seseorang yang dikemukakan/dinyatakannya dalam berbahasa. Logika juga
merupakan salah satu cabang dari filsafat. Sebagai ilmu, Logika disebut sebagai
salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari kecakapan untuk bisa berpikir
secara lurus, tepat dan teratur.
Ilmu
yang dimaksud mengacu pada kemampuan rasional untuk dapat mengetahui kecakapan
pada kesanggupan akal budi dalam mewujudkan pengetahuan sebagai sebuah
tindakan. Kata logis digunakan sebagai artian yang masuk akal. Logika sebagai
cabang filsafat yang sebenarnya bersifat praktis, sumber dari penalaran dan
sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena itu merupakan
jembatan antara filsafat dan ilmu.
Secara
terminologis logika didefinisikan sebagai teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan
pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal pikir tertentu yang kemudian
ditarik suatu kesimpulan. Artinya hal ini akan sesuai dengan pertimbangan akal
dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar yang
berartti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isinya.
Tiap-tiap
orang tentu selalu berfikir dalam menyimpulkan segala sesuatu secara ilmiah
ataupun juga dalam meyakinkan orang lain. Jadi tiap-tiap pernyataan itu harus
dibuktikan, sehingga dalam logika kemudian terdapat pemikiran yang mampu untuk
membuktikan suatu pernyataan atau juga ucapan yang dikeluarkan. Logika ini juga
termasuk cabang dari filsafat yang membahas mengenai kesimpulan serta juga
proses pemikiran dalam mendapatkan suatu kebenaran.
Logika
ini berguna dalam melakukan penyelidikan/menganalisa, merumuskan, serta juga
menerapkan peraturan, sehingga logika ini bukan merupakan teori saja melainkan
merupakan suatu keterampilan dalam menerapkan peraturan mengenai pemikiran
dalam prakterk atau juga tindakan. Ilmu logika ini diartikan juga yakni sebagai
ilmu yang mempelajari cara berfikir lurus, tepat, serta juga teratur.
Agar
pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses
berfikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap
sahih apabila proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara
tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini
disebut logika. Dengan demikian “Logika secara luas didefinisikan sebagai pengkajian
untuk berfikir secara sahih”.
Logika berfikir dapat terbagi atas Logika Induktif, Logika deduktif. Logika Induksi merupakan cara berfikir dimana
menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Logika Deduksi adalah cara
berfikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola, berfikir silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Contoh:
Semua mahluk mempunyai
mata (Premis mayor)
Si Fulan adalah seorang mahluk (Premis minor)
Jadi Si Fulan mempunyai
mata (Kesimpulan)
2. Kriteria kebenaran:
a.
Koherensi dan konsistensi. Suatu pernyataan
dianggap benar apabila pernyatan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan sebebelumnya yang dianggap benar.
Seperti Si Fulan mempunyai mata adalah koheren dengan pernyataan
sebelumnya. Selanjutnya matematika merupakan pengetahuan yang penyusunannya
dilakukan pembuktiannya berdasarkan
teori koheren.
b.
Korespondensi.
Suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju
oleh pernyataan tersebut. Misalnya Ibu
Kota Indonesia adalah Jakarta.
c. Teori Pragmatisme. Pernyataan dianggap benar
apabila pernyataan tersebut fungsional
dalam kehidupan praktis. Artinya pernyataan tersebut dianggap benar
apabila memiliki kegunaan praktis dalam kehidupan.
E. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui tentang
sesuatu objek, misalnya pengetahuan tentang syurga dan
neraka, cara nenanam padi, cara
memupuk padi, mengunci pintu, cara menjual barang, menulis
artkel dan sebagainya. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan
mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan.
Objek surga dan neraka adalah urusan agama, cara nenanam padi dan cara memupuk padi didapatkan
melalui ilmu pertanian. Sedangkan cara menjual barang
diperoleh dari ilmu marketing dan cara menulis artikel melalui ilmu belajar menulis.
Dengan demikian ilmu merupakan bagian dari pengetahuan, namun tidak
semua pengetahuan adalah ilmu.
Ilmu diperoleh melalui proses tertentu, yang
disebut dengan metode ilmiah. Pengetahuan yang diproses oleh metode ilmiah tersebut digunakan untuk
menjawab permasalahan kehidupan sehari-hari. Dan untuk mencari kemudahan dalam
kehidupan. Dengan demikian ilmu
pengetahuan merupakan alat untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
manusia. Pemecahan tersebut meliputi
meramalkan dan mengendalikan keadaan.
Sebelum melakukan peramalan dan pengendalian, maka sesuatu harus
difahami mengapa sesuatu dapat terjadi.
Penjelasan sesuatu terjadi merupakan sederet hubungan berbagai
faktor. Hubungan antar faktor yang
kompleks tersebut sering disederhankan, menjadi sebuah model hubungan sederhana
yang sering diwujudkan dalam hubungan matematika (rumus).
2. Sumber Pengetahuan
a. Idealisme
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif
dalam menyusun pengetahuannya. Premis
yang digunakan dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya
jelas dapat diterima. Dan ide tersebut
bukan ciptaan pikiran manusia. Faham ini
dikenal dengan Idealisme. Kebenaran berdasarkan rasionalisme didapatkan
bermacam-mascam pengetahuan mengenai suatu objek tertentu tanpa adanya
konsensus yang dapat diterima oleh semua pihak.
Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistik
(hanya benar dalam kerangka tertentu yang berada dalam bentuk orang yang
berfikit tersebut) dan subyektif.
b. Empirisme
Kaum empiris sangat bersebrangan dengan kaum
rasionalisme, mereka berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukanlah lewat
penalaran yang abstrak namun lewat pengalaman yang kongkrit. Gejala
alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat kongkrit dan dapat
dinyatakan lewat tangkapan panca indera manusia.
Wahyu
adalah cara lain untuk memperoleh pengetahuan, yang bersumber dari Allah yang
disampaikan oleh Malaikat kepada utusan-Nya, yang mana pengetahuan tersebut
tidak buat berdasarkan penalaran.
Pengetahuan melalui wahyu meliputi kabar yang telah terjadi, sekarang
dan akan datang. Pengetahuan dari wahyu
menuntut suatu kepercayan.
c.
Instuisi
Instusi
adalah pengetahuan yang tiba-tiba datang pada orang yang sedang memusatkan
fikirannya pada suatu masalah. Instusi
adalah sangat pribadi (personal) dan tidak dapat diproyeksikan. Sebagai dasar untuk menyusun suatu
pengetahuan instuisi tidak dapat diandalkan.
Namun demikian intuisi dan analitik dapat dikombinasikan untuk menemukan
kebenaran
F. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu. Jadi Ilmu merupakan pengetahuan
yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Dengan demikian tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat harus dipenuhi agar pengetahuan disebut ilmiah
tercantum apa yang dinamakan Metode
Ilmiah.
Metode adalah suatu suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah sistematis.
Sedangkan Metodologi merupakan suatu kajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan dalam metode ilmiah.
Dengan pengertian lain. Metode
Ilmiah adalah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya fikiran, sehingga
pengetahuan yang dihasilkannya mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu
yang dapat diuji kebenarannya.
Metode ilmiah menggabungkan cara berfikir deduktif dan berfikir induktif
untuk membangun tubuh pengetahuan.
Dengan demikian pengetahuan yang ilmiah memiliki sifat a) konsisten
dengan teori-teori sebelumnya b) harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab
jika tidak didukung oleh data yang diuji secara empiris tidak akan diterima
sebagai kebenaran ilmiah.
Alur berfikir dalam metode ilmiah dapat dirumuskan sebagai berikut: Logico-Hypothetico-Verifikasi. Dengan langkah-langkah
terperinci sebagai berikut:
1. Perumusan masalah, yang umumnya dinyatakan dalam pertanyaan mengenai
objek empiris yang jelas batasannya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor
yang terkait di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis.
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Penarikan kesimpulan.
G. Macam-macam
Kegiatan Ilmiah Dasar
Proses kegiatan disebut sebagai kegiatan ilmiah
diantaranya adalah: kegiatan penelitian (research), pengembangan (development)
dan evaluasi (evaluation) apabila yang dipermasalahkan berada dikawasan ilmu
dan menggunakan metode berfikir ilmiah dalam pengkajiannya.
1. Penelitian
(research)
Suatu kegiatan pengkajian terhadap suatu
permasalahan yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah yang bertujuan untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah dari hasil yang dipermasalahkan.
Karya tulis dapat dikatagorikan menjadi tiga
macam:
- Laporan
hasil penelitian
- Tulisan/
makalah ilmiah ringkasan hasil penelitian
- Tulisan
ilmiah populer kegiatan penelitian
2. Pengembangan
(development)
Suatu kegiatan yang dapat berupa perancangan
atau rekayasa yang dilakukan dengan berdasar metode berfikir ilmiah guna
memecahkan: permasalahan yang nyata terjadi, sehingga hasil kerja pengembangan
berupa pengetahuan ilmiah atau teknologi yang digunakan memecahkan masalah
tersebut.
Karya Ilmiah dapat dibedakan menjadi:
- Laporan
hasil Pengembangan.
- Tulisan
makalah ringkasan hasil pengembangan
3. Evaluasi
(evalution)
Suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperoleh melalui tata
cara tertentu berdasar pada metode berfikir ilmiah. Hasil kerja evaluasi adalah
pengetahuan ilmiah yang digunakan untuk pengambilan kebijakan terhadap hal yang
dipermasalahkan.
Ada perbedaan antara pengetahuan (knowledge)
dan pengetahuan ilmiah (ilmu, science). Pengetahuan adalah
segala sesuatu yang kita ketahui, sedangkan ilmu pengetahuan bagian dari
pengetahuan yang mempunyai ciri khusus.
Proses kerja ilmiah dicirikan dengan
digunakannya metode keilmuan yang ditandai dengan adanya:
1) Argumentasi
teoritik yang benar, sahih dan relefan.
2) Dukungan
faktor empiris
3) Analisa
kajian yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan faktor empirik
terhadap masalah yang dikaji.
Sedangkan ciri khas suatu karya tulis ilmiah
yaitu: kebenarannya, metode kajiannya dan tata cara penelitiannya bersifat
keilmuan. Kemudian bentuk dan format penelitian ilmiah sangat beragam mulai
dari laporan ilmiah yang berbentuk buku atau artikel sampai dengan gagasan yang
ditulis melalui media massa.
Tidak semua karya tulis itu merupakan karya tulis ilmiah.
(ilmiah artinya mempunyai sifat keilmuan). Suatu karya tulis disebut karya
tulis ilmiah apabila sedikitnya memiliki 3 syarat:
1)
Isi kajiannya pada lingkup pengetahuan ilmiah.
2)
Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan
metode ilmiah (berfikir ilmiah).
3)
Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi
persyaratan sebagai tulisan keilmuan.
SOAL LATIHAN BAB I
1. Bagaimanakah suatu
kebenaran dapat ditemukan?
2. Kemampuan menalar
merupakan faktor yang membedakan manusia dengan binatang.
Coba jelaskan bagaimana
manusia menggunakan nalar untuk mengembangkan pengetahuan dan mengembangkan
kebudayaan?
3. Jelaskan perbedaan menalar dengan berfikir?
4. Tiap-tiap orang
tentu selalu berfikir dalam menyimpulkan segala sesuatu secara ilmiah ataupun
juga dalam meyakinkan orang lain. Jadi tiap-tiap pernyataan itu harus
dibuktikan, Jelaskan peran logika dalam hal ini?
5. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu. Jadi Ilmu merupakan pengetahuan
yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Dengan demikian tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu.
Jelaskan syarat-syarat harus dipenuhi agar pengetahuan disebut ilmiah?
BAB II
PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Pengertian Metode Penelitian
Penelitian adalah
suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, menganalisis dan menyusun laporan hasil
(Saputra, 2013). Secara umum, penelitian merupakan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan dan memecahkan permasalahan yang ada (Kurniawan &
Puspitaningtyas, 2016). Penelitian berisikan serangkaian upaya dengan tata cara
yang tersusun secara sistematis dan bertujuan untuk memecahkan permasalahan
serta melaporkan hasil penelitian.
Penelitian merupakan
sebuah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu secara kritis
dan teliti serta dalam mencari fakta-fakta dengan menggunakan langkah-langkah
tertentu. Keinginan untuk mengetahui sesuatu tersebut secara teliti, muncul
karena adanya suatu masalah yang membutuhkan jawaban yang benar. Berbagai
alasan yang menjadi sebab munculnya sebuah penelitian. Misalnya, mengapa setiap
musim hujan di di Daerah tertentu sering banjir?, mengapa kualitas pelayanan di
suatu kantor tertentu masih rendah?, mengapa disiplin pegawai masih rendah?,
mengapa kepuasan masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah rendah? mengapa
motivasi belajar pererta didik rendah? mengapa prestasi pererta didik rendah?. Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah
masalah yang dituangkan dalam pertanyaan penelitian, masalah yang muncul dalam
pikiran peneliti berdasarkan penelaahan situasi yang meragukan (a perplexing
situation).
Diantara berbagai
alasan, mengapa membutuhkan jawaban yang benar dari sejumlah permasalahan
tersebut adalah karena (1) permasalahan tersebut dirasakan saat ini, dan (2)
dirasakan oleh banyak orang. Oleh karena itu, agar jawaban yang diperoleh
tersebut baik, maka diperlukan proses berpikir yang sesuai dengan kaidah-kaidah
ilmiah.
Metodologi
penelitian merupakan serangkaian tata cara yang digunakan dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah atau ilmu (Suryana, 2010). Dalam hal ini adalah tujuan yang
ingin dicapai dalam suatu penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah
berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri ilmiah, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan
penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau
oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati
oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Sistematis
artinya proses yang
diguanakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersiafat
logis.
Berpikir adalah
menyusun kata-kata menjadi saling berhubungan satu sama lain. Berpikir juga
berarti menghubungkan suatu fenomena dengan fenomena lainnya dalam pikiran.
Berpikir berarti menempatkan kesadaran kepada suatu objek sampai pikiran
bergerak untuk menyadari bagian-bagian lain dari objek yang disadari itu.
Seperti seseorang yang sedang berlatih mengemudikan mobil. Setelah
memperhatikan tata cara mengemudikan mobil, ia dapat menemukan bahwa terdapat
fungsi dari masing-masing alat yang ada dimobil tersebut. Kemudian ia melakukan
suatu pencatatan dan dapat menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya.
Adanya bahasa lisan dan tulisan, menandai adanya aktifitas berpikir.
Ada berbagai macam
cara seseorang berpikir. Diantaranya adalah berpikir analitik dan berpikir
sintetik. Berpikir analitik berarti menghubungkan satu objek dengan objek
lainnya yang merupakan kemestian bagi objek yang pertama. Seperti misalnya,
“air” dengan “basah”. Setiap air memiliki sifat basah . Contoh lainnya “api”
dengan “panas”, dan “jatuh” dengan “ke bawah”. Setiap api itu panas. Setiap
benda atau sesuatu yang jatuh pasti ke bawah. Oleh karena itu menghubungkan
objek yang menjadi kemestian bagi objek lainnya disebut dengan berpikir
analitik. Sedangkan cara berpikir sintetik, berarti menghubungkan satu objek
dengan objek lainnya yang bukan merupakan kemestian bagi objek yang pertama.
Semacam "rambut" dan "basah". Sifat "basah"
merupakan kemestian bagi "air" tapi bukan kemestian bagi
"rambut". Seseorang yang berkata, "rambutku basah", berarti
dia telah berpikir dengan cara sintetik.
Cara berpikir
lainnya adalah deduktif dan induktif. Deduksi berasal dari bahasa Inggris
deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum,
menemukan yang khusus dari yang umum. Dengan demikian deduksi adalah cara
berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan
pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Data yang diperoleh
melalui penelitian adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria
tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan derajad ketepatan antara data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat disimpulkan oleh
peneliti. Misalnya dalam kasus korupsi, jumlah yang dikorupsi sebenarnya 100
milyar, sementara peneliti melaporkan jauh dibawah atau diatas 100 milyar, maka
derajat validitas hasil penelitian itu rendah. Untuk mendapatkan data yang
langsung valid dalam penelitian seriang sulit dilakukan, oleh karena itu data
yang terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat diuji melalui pengujian
reliabilitas dan obyektivitas. Pada umumnya kalau data itu reliabel dan
obyektif, maka terdapat kecenderungan data tersebut akan valid.
Data yang valid pasti
reliabel dan obyektif. Reliabel berkenaan derajad konsistensi keajegan data
dalam interval waktu tertentu. Misalnya pada hari pertama wawancara, sumber
data mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi sebanyak 1000 orang,
maka besok atau lusa pun sumber data tersebut kalau ditanya akan tetap
mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi tetap sebanyak 1000 orang.
Data yang relaibel belum tentu valid.
Obyektivitas berkenaan dengan interpersonal agreement (kesepakatan antar banyak orang). Bila banyak orang yang
menyetujui bahwa karyawan yang berdemonstrasi sebanyak 1000 orang, maka data
tersebut adalah data yang obyektif (obyektif lawanya subyektif). Kalau ada
beberapa kelompok peneliti memberikan data yang berbeda-beda pada satu obyek penelitian,
maka data penelitian tersebut tidak obyektif, sehingga tidak valid.
Validitas data hasil
penelitian dapat diperoleh dengan cara menggunakan instrumen penelitian yang
valid, menggunakan sumber data yang tepat dan cukup jumlahnya serta menggunakan
metode pengaumpulan dan analisis data yang benar. Untuk mendapatkan data yang
reliabel, maka instrumen penelitian harus reliabel. Selanjutnya untuk
mendapatkan data yang obyektif, maka perlu digunakan sampel yang besar atau
sumber data yang mendekati jumlah populasi. Dalam prakteknya, sebelum
pengumpulan data dilakukan maka instrumen penelitian harus diuji terlebih
dahulu validitasnya dan reliabilitasnya.
Setiap penelitian
mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam
yaitu:
1. Penemuan
Penemuan berarti data yang diperoleh dalam
penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah
diketahui.
2. Pembuktian.
Pembauktian berarti
data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan
terhadap informasi atau pengetahuan tertentu.
3. Pengembangan.
Pengembangan berarti
untuk memperdalam dan memeperluas pengetahuan yang telah ada.
Melalui penelitian manusia dapat menggunakan
hasilnya. Secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas
suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu.
Memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah,
dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.
Dengan demikian metode penelitian dapat didefinisikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan
suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Hakikat metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data/informasi sebagaimana
adanya dan bukan sebagaimana seharusnya, dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data,
tujuan, kegunaan tertentu (Sugiono, 2006). Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan,
yaitu:
1) Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk
akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia;
2) Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
(Bedakan cara yang tidak ilmiah misalnya, mencari anak yang hilang saat
memanjat gunung, atau ingin mencari mobil yang hilang datang ke para normal,
atau ingin menjadi kepala sekolah datang ke dukun dan sejenisnya);
3) Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Walaupun langkah-langkah
penelitian antara metode kuantitatif, kualitatif, dan R & D berbeda, tetapi
semuanya sistematis.
Metoda penelitian
pada prinsipnya menceritakan cara yang merupakan alat (tool) mencapai
tujuan. Cara yang dilakukan dalam penelitian bervariasi dan tidak kaku serta
tergantung dari objek formal ilmu pengetahuan tersebut, tujuan serta jenis data
yang akan diungkapkan. Penelitian umumnya mengandung dua ciri, yaitu logika dan
pengamatan emperis (Babbie, 1986 : 16).
Data yang diperoleh melalui
penelitian adalah data empiris (teramati) yang valid, reliabel dan obyektif.
Untuk mendapatkan data-data tersebut, maka instrumen penelitiannnya harus
valid, dan reliabel, pengumpulan data dilakukan dengan cara yang benar pada
sampel yang representative. Pada umumnya jika data tersebut reliable dan
objektif, maka data tersebut memiliki kecenderungan data valid. Data yang valid
pasti reliable dan objektif. Data yang reliable belum tentu valid, demiakn pula
dengan data yang objektif belum tentu juga valid.
Setiap penelitian
mempunyai tujuan dan kegunaan
tertentu. secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu bersifat:
1) Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah data yang
sebelumnya belum pernah diketahui/data baru.
2) Pembuktian berarti data yang diperoleh tersebut digunakan untuk membuktikan dugaan
sementara dari penelitian tersebut
3) Pengembangan berarti memberikan informasi baru dari hasil penelitian yang telah
dilakukan untuk memperluas ilmu pengetahuan yang ada.
Penelitian
ditujukan memecahkan masalah yang dihadapi untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan permasalahan umat manusia. Jawaban masalah tersebut menggunakan pendekatan
ilmiah (scientific approach) yang pada gilirannya melahirkan metode
ilmiah (scientific method). Upaya yang dilakukan dengan menggunakan
metoda ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
Penelitian ilmiah
adalah suatu bentuk upaya penyelidikan (investigation) terhadap suatu
pernyataan (proposisi) hipotesis yang dijadikan sebagai jawaban
sementara suatu masalah. Membedakan dengan bentuk penyelidikan lain, ada
beberapa ketentuan pokok yang harus dipenuhi oleh pelakunya, Pertama,
penelitian itu harus dilakukan secara sistematis, terkontrol, dan kritis. Kedua,
penelitian ilmiah menghasilkan kebenaran ilmiah, bersifat menerangkan (explanatory),
memprediksi (predictive) dan mengontrol (controlling).
Penelitian ilmiah
adalah kegiatan yang bersifat indrawi (empirical) maksudnya, jawaban
masalah yang diperoleh melalui kegiatan ini merupakan keyakinan subyektif
peneliti namun telah teruji dengan kenyataan-kenyataan objektif di luar
dirinya. Dengan kata lain, setiap pernyataan peneliti haruslah selalu
didasarkan pada kebenaran yang diperoleh melalui pengujian dan penjelajahan
yang bersifat empiris (empirical inquiry and test).
Keyakinan terhadap
jawaban suatu masalah memerlukan upaya pengujian di luar dirinya sendiri. Dengan
kata lain sesuatu yang dianggap benar secara subyektif dan teoritis perlu
diverifikasi seberapa jauh kebenaran yang diduga itu ditemui pada kenyataan
objektif (objective reality) di lapangan. Bila proposisi hipotesis teoritis
itu didukung oleh data yang ditemukan di lapangan barulah proposisi itu
diterima sebagai jawaban masalah secara relatif meyakinkan. Namun bagaimanapun
juga temuan tersebut masih tetap terbuka untuk diujikan lagi pada kesempatan
lain. Barulah kemudian setelah menempuh ujian berkali-kali, proposisi tersebut
dapat dijadikan sebagai teori keilmuan yang baru. Karena itu tidak mustahil
temuan suatu penelitian akan ditolak oleh data pada kesempatan lain. Bila
terjadi demikian maka kemungkinan tertolaknya temuan yang semula diharapkan
akan menjadi unsur baru khasanah pengetahuan tidak dapat dihindarkan.
Berdasakan
pendekatan yang digunakan, setidaknya penelitian dibagi menjadi dua, yaitu
penelitian kualitatif dan kuantitatif (Saputra, 2013; Kurniawan &
Puspitaningtyas, 2016) Pada masa lalu, metode kualitatif dan metode kuantitatif
juga sering digunakan sebagai penciri, penanda, dan pembeda antara antropologi
dan sosiologi. Perbedaan yang sangat mencolok dari kedua pendekatan tersebut
terletak pada tujuan atau target penelitiannya. Pada penelitian kualitatif,
focus penelitian untuk mencapai tujuan melalui uji teori, sedangkan pada
penelitian dengan pendekatan kuantitatif arah dan fokus penelitiannya adalah
untuk membangun teori dari data atau fakta yang ada (Kurniawan &
Puspitaningtyas, 2016).
Dalam metode
penelitian kuantitatif, umumnya masalah yang diteliti memiliki cakupan yang
lebih luas serta variasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan penelitian
kualitatif (Siyoto & Sodik, 2015). Penelitian kuantitatif lebih sistematis,
terencana, terstruktur, jelas dari awal hingga akhir penelitian dan tidak
dipengaruhi oleh keadaan yang ada pada lapangan. Namun demikian, tidak berarti
bahwa penelitian kualitatif tidak tersusun secara sistematis dan teratur, hanya
saja penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat berubah sesuai dengan
keadaan di lapangan.
Dikarenakan
spesifikasi penelitian kuantitatif adalah pada strukur yang tegas dan teratur,
maka tahapan dari awal hingga akhir penelitian sudah dapat diramalkan. Disisi
lain, disebutkan bahwa penelitian kuantitatif banyak menuntut penggunaan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penyajian
hasil. Penyajian hasil dalam bentuk gambar, tabel, grafik atau tampilan lain
yang representative akan meningkatkan serapan pembaca serta mempermudah
penyampaian informasi.
Dalam lingkup yang
lebih sempit, penelitian kuantitatif diartikan sebagai penelitian yang banyak
menggunakan angka, mulai dari proses pengumpulan data, analisis data dan
penampilan data (Siyoto & Sodik, 2015). Penelitian dengan pendekatan
kuantitatif menekankan analisis pada data numerik (angka) yang kemudian
dianalisis dengan metode statistik yang sesuai. Biasanya, penelitian
kuantitatif digunakan dalam penelitian inferensial untuk menguji hipotesis.
Hasil uji statistik dapat menyajikan signifikansi hubungan yang dicari.
Sehingga, arah hubungan yang diperoleh bergantung pada hipotesis dan hasil uji
statistik, bukan logika ilmiah.
Metode kuantitatif
sering juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode
kuantitatif dikatakan sebagai metode tradisional karena penggunaan yang sudah
cukup lama dan menjadi tradisi sebagai
metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena
berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai metode
ilmiah (scientific) karena metode ini
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur,
rasional dan sistematis. Kaidah-kaidah ini sangat sesuai dengan spesifikasi
yang ada dalam penelitian kuantitatif. Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Peneliti dapat mengembangkan
suatu ide dasar menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dan bersifat baru. Metode
ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik. (Siyoto & Sodik, 2015). Data yang digunakan
pada penelitian kuantitatif tidak harus berupa data kuantitatif, tetapi dapat
juga menggunakan data kualitatif maupun gabungan dari keduanya.
Penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model matematis, teori dan/atau hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian krusial dalam
penelitian kuantitatif. Hal ini memberikan gambaran atau jawaban akan hubungan
yang fundamental dari hubungan kuantitatif (Siyoto & Sodik, 2015).
Penelitian dengan
pendekatan kuantitatif biasanya dilakukan dengan jumlah sampel yang ditentukan
berdasarkan populasi yang ada. Penghitungan jumlah sampel dilakukan dengan
menggunakan rumus tertentu. Pemilihan rumus yang akan digunakan, kemudian
disesuaikan dengan jenis penelitian dan homogenitas populasi (Priyono, 2008).
Penelitian
kuantitatif menitikberatkan pada masalah disain, pengukuran serta perencanaan
yang dirinci secara jelas sebelum pengumpulan sampel dan analisa data (Sutinah,
2007). Dikarenakan proses penyusunan sebuah penelitian kuantitatif dan besaran
sampel yang digunakan dianggap mewakili populasi, maka hasil dari penelitian
ini dapat digunakan sebagai dasar untuk generalisasi terhadap populasi yang
diwakilkan.
Tak jarang pembaca
maupun peneliti menilai bahwa penelitian kuantitatif lebih baik dibandingkan
penelitian kualitatif. Namun, perlu diingat bahwa kedua jenis penelitian
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Penelitian kuantitatif
tidak dapat dinilai dengan standar penelitian kualitatif, begitu pula
sebaliknya (Priyono, 2008). Ada kalanya suatu topik penelitian akan lebih baik
dan bagus apabila dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, begitu pula dengan
pendekatan kualitatif. Pemilihan rancangan penelitian akan sangat dipengaruhi
oleh topik yang akan diteliti dan tujuan yang ingin dicapai.
Masalah yang sering
terjadi dalam kehidupan masyarakat menutut seorang peneliti mampu meningkatkan
kepekaan dan kemauannya untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah. Sebelum
melaksanakan penelitian, peneliti dibekali dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan serta teori teori sesuai dengan bidang kajian yang ditekuninya.
Istilah metodologi (methodology) dengan metoda (methods) tidak
jarang tumpang tindih penggunaannya. Sebenarnya metodologi (methodology)
merupakan studi yang logis dan sistematis tentang prinsip-prinsip yang
mengarahkan penelitian ilmiah, yang intinya terdiri dari: masalah, tinjauan
pustaka, kerangka teori (jika ada), hipotesis (jika ada) dan cara penelitian.
Sedangkan metoda (methods) merupakan cara untuk melakukan penelitian,
menyangkut dengan bahan, alat, jalan penelitian, variabel penelitian dan
analisis hasil.
B. Jenis-Jenis Penelitian
1. Menurut Tujuan
Terdiri dari:
a. Penelitian murni, yaitu penelitian yang dilakukan
atau diarahkan sekedar untuk memahami masalah organisasi secara mendalam (tanpa
ingin menerapkan hasilnya), hasil penelitian yang diperoleh akan berguna untuk
pengembangan ilmu administrasi atau manajemen.
b. Penelitian terapan, yaitu penelitian diarahkan
untuk mendapatkan informasi yang dapat diagunakan untuk memecahkan masalah.
2. Menurut Metode.
Terdiri dari:
a. Penelitian
Survey, adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,
tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan
hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis, (Kerlinger:
1973).
Penelitian
survey umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan
yang tidak mendalam, (David Kline: 1980)
b. Ex Post
Facto, adalah suatu penelitian yang
dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke
belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan logika dasar yang sama dengan
penelitian eksperimen yaitu jika x maka y, hanya saja dalam penelitian ini
tidak ada manipulasi langsung terhadap varibel independen.
c. Penelitian eksperimen, adalah penelitian yang
berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam
kondisi yang tekontrol secara ketat.
d. Penelitian
Naturalistik (sering disebut metode kualitatif), adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah (lawan ekperimen), dimana
peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian
menekankan makna dari pada generalisasi.
e. Penelitian Kebijakan (Policy Research),
dimulai karena adanya masalah, dan masalah ini pada umumnya dimilikim oleh para
administrator/ manajer atau pengambil keputusan pada suatu organisasi.
Majchrzak (1984) mendefinisikan Policy Research adalah suatu proses
penelitian yang dilakukan pada, atau anailsis terhadap masalah-masalah sosial
yang mendasar sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat
keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaiakn masalah.
f. Penelitian
Tindakan (Action Research), merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan meode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat
ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian dapat melibatkan
peneliti dan karyawan untuk mengkaji bersama-sama tentang kelemahan dan kebaikan
prosedur kerja, metode kerja dan alat-alat kerja yang digunakan selama ini dan
selanjutnya mendapatkan metode kerja baru yang dipandang efisien.
g. Penelitian evaluasi, berarti akan berfungsi untuk
menjelaskan fenomena.
h. Penelitian Sejarah, berkenaan dengan analisis
yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Sumber
data bisa primer, yaitu orang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau
sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu. Tujuan penelitian
ini menurut Isac (1981) adalah untuk merekontruksi kejadian-kejadian masa
lampau secara sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan, evaluasi,
verifikasi dan sintesa data diperoleh, sehingga dapat ditetapkan fakta-fakta
untuk membuat suatu kesimpulan.
3. Menurut Tingkat Ekplanasinya, adalah tingkat
penjelasan, yaitu bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang
diteliti serta hubungan antara satu variaberl dengan variabel yang lain.
Terdiri
dari:
a. Penelitian Deskriptif, adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara
variabel satu dengan variabel lainnya.
b. Penelitian Komparatif, adalah suatu penelitian
yang bersifat membandingkan. Variabelnya sama denga variabel penelitian
mandiri, tetapi untuk sampel lebih dari satu sata dalam waktu yang berbeda.
c. Penelitian hubungan/asosiatif, merupak penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antar dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkat yang
tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian diskriptif dan komparatif. Dengan
penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk
menjelsakan, mermalakan dan mengontrol suatu gejala. Penelitian ini minimal
terdapat dua variabel yang dihubungkan. Bentuk hubungan antara variabel ada
tiga, yaitu: (1) simetris, adalah suatu bentuk hubungan karena munculnya
bersama-sama; (2) kausal, adalah hubungan sebab akibat; dan (3)
interaktif/timbal balik, adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
4. Menurut
Jenis Data dan Analisis, pada dasarnya
penelitian ini adalah ingin mendapatkan data yang valid, reliabel dan obyektif
tentang gejala tertentu.
Jenis data dan anailisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan
menjadi tiga hal: (1) data kualitatif adalah data berbentuk kata, kalimat,
skema dan gambar; (2) data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka; dan
(3) data gabungan keduanya.
Berdasarkan jenis-jenis penelitian seperti tersebut di
atas, maka dapat dikemukakan di sini bahwa, yang
termasuk dalam metode kuantitatif adalah metode penelitian eksperimen dan
survey, sedangkan yang termasuk dalam metode kualitatif yaitu
metode naturalistik. Penelitian untuk basic research
pada umurnnya menggunakan metode
eksperimen dan kualitatif, applied
research menggunakan
eksperimen dan survey, dan R & D
dapat menggunakan survey,
kualitatif dan
eksperimen.
C. Pengertian Metode
Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif
Metode kuantitatif dan kualitatif sering dipasangkan dengan nama
metode yang tradisional dan metode baru; metode positivistik dan metode
postpositivistik; metode scientific dan metode artistik, metode konfirmasi dan
temuan; serta kuantitaif dan interpretif. Jadi metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistik, scientific dan
metode discovery. Selanjutnya metode kualitatif sering dinamakan sebagai metode baru,
postpositivistik, artistik dan interpretive research, (Sugiyono, 2016).
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode
ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.
Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada
filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa' angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.
Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berdasarkan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena
proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai
metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi
terhadap data yang ditemukan di lapangan.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena
itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan
hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumya dilakukan pada
populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab
rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan
hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data
lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang
telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang
dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang
diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digenaralisasikan
pada populasi dimana sampel tersebut diambil.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya
metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;
disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya
lebih bersifat kualitatif.
Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif
dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistic (utuh),
komplek
, dinamis, penuh makna dan hubungan
gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang
alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi
dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang
luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi
situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang
diteliti,. maka teknik
pengumpulan data bersifat trianggulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data secara gabungan (simultan). Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan
fakta-fakta yang
ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau
teori. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu
data yang'
mengandung
makna. Makna adalah data
yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada
generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian
kualitatif dinamakan transferability.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dim ana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil pcnelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Metode penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar dan data yang
dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Metode penelitian
kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat
fenomenologis yang mengutamakan penghayatan. Metode penelitian
kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif
peneliti sendiri.
Responden dalam metode penelitian kualitatif berkembang terus
secara bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Alat
pengumpul data atau instrument penelitian metode penelitian kualitatif ialah si
peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah observasi
partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik angket tidak digunakan dalam pengumpulan
data.
D. Perbedaan Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif
Untuk memahami metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif secara lebih mendalarn, maka harus diketahui perbedaannya. Perbedaan antara metode kuantitatif dengan kualitatif meliputi tiga hal, yaitu perbedaan tentang aksioma, proses penelitian, dan karakteristik penelitian itu sendiri, (Sugiyono, 2016).
1. Perbedaan Aksioma
Aksiorna adalah pandangan dasar. Aksiorna penelitian kuantitatif dan kualitatif meliputi aksioma tentang realitas, hubungan
peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai,
(Sugiyono, 2016).
a. Sifat Realitas
Dalam memandang realitas,
gejala, atau obyek yang diteliti, terdapat perbedaan
antara metode kuantitatif dan kualitatif. Dalam metode kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisrne, realitas dipandang sebagai
sesuatu yang kongkrit, dapat diamati dengan panca indera, dapat
dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna, dan
perilaku, tidak berubah, dapat
diukur dan diverivikasi.
Dengan demikian dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat rnenentukan hanya beberapa variabel saja dari obyek yang diteliti, dan kemudian dapat membuat
instrurnen untuk mengukurnya.
Dalarn penelitian kualitatif yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme atau paradigrna interpretive, suatu realitas atau obyek tidak
dapat dilihat
secara parsial dan dipecah ke dalam
beberapa variabel. Penelitian kualitatif
memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi
pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diarnati, serta utuh (holistic) karena
setiap aspek dari
obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ibarat meneliti performance suatu
mobil, peneliti kuantitatif dapat meneliti rnesinnya saja, atau
bodynya saja, tetapi peneliti kualitatif akan meneliti semua komponen dan
hubungan satu dengan yang lain, serta kinerja pada
saat mobil dijalankan.
Realitas dalam penelitian kualitatif
tidak hanya yang tampak (teramati), tetapi sampai
dibalik yang tampak tersebut. Misalnya melihat ada orang
yang sedang mancing, penelitian kuantitatif akan menganggap bahwa
mancing itu merupakan
kegiatan mencari ikan, scdangkan dalarn penelitian kualitatif akan melihat yang lebih dalam mengapa ia
rnancing. Ia mancing mungkin
untuk menghilangkan stress, daripada nganggur, atau
rnencari teman. Jadi realitas itu merupakan konstruksi atau interprestasi dari pemahaman
terhadap semua data yang tampak di lapangan.
b. Hubungan Peneliti dengan yang diteliti
Dalam penelitian kuantitatif,
kebenaran
itu di luar dirinya, sehingga
hubungan antara peneliti dengan yang
diteliti harus
dijaga jaraknya
sehingga bersifat
independen. Dengan menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data, maka peneliti kuantitatif hapir tidak mengenal siapa yang diteliti atau responden yang memberikan data. Dalam penelitian kualitatif
penelitisebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data
participant observation
(observasi berperan
serta) dan in depth interview (wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Dengan
demikian peneliti
kualitatif harus mengenal
betul orang yang memberikan
data.
c.
Hubungan antar Varia bel
Peneliti kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Contoh: pengaruh iklan terhadap nilai penjualan, artinya semakin banyak iklan yang ditayangkan maka akan semakin banyak nilai penjualan. Iklan sebagai variabel independen (sebab) dan nilai penjualan sebagai variabel dependen (akibat).
Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi (reciprocal/interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya. Contoh: hubungan antara iklan dan nilai penjualan. Dalam hal ini hubungannya interaktif, artinya makin banyak uang yang dikeluarkan untuk iklan maka akan
semakin banyak nilai penjualan, tetapi juga sebaliknya makin banyak nilai penjualan maka alokasi dana untuk iklan juga akan semakin tinggi.
d. Kemungkinan
generalisasi
Pada umumnya penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan informasi, (bukan kedalaman) sehingga metode ini coeok digunakan untuk populasi yang luas dengan variabel yang terbatas. Selanjutnya data yang diteliti adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut dengan teknik probability sampling (random). Berdasarkan data dari sampel tersebut, selanjutnya peneliti membuat generalisasi (kesimpulan sampel diberlakukan ke populasi di mana sampel tersebut diambil).
Penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi tetapi lebih menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna, makna adalah data dibalik yang tampak.
Walaupun penelitian kualitatif tidak rnembuat generaliasi, tidak berarti hasil penelitian kualitatif tidak dapat diterapkan di tempat lain. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut dengan transferability dalam bahasa Indonesia dinamakan keteralihan. Maksudnya adalah bahwa, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan
atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian.
d. Peranan Nilai
Dalam penelitian kuantitatif, karena peneliti tidak berinteraksi dengan sumber data, maka akan terbebas dari nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data. Karena ingin bebas nilai, maka peneliti menjaga jarak dengan sumber data, supaya data yang diperoleh obyektif. Quantitative research belive that research should value free. (Stainback: 2003). Sedangkan Peneliti kualitatif dalam melakukan pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti data dengan sumber data. Dalam interaksi ini
baik peneliti maupun sumber data memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi berbeda-beda, sehingga dalam pengumpulan data, analisis, dan pembuatan laporan akan terikat oleh nilai-nilai masing-masing.
2. Proses Penelitian
Perbedaan antara metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif
juga dapat dilihat dari
proses penelitian. Proses dalam metode penelitian kuantitatifbersifat linier dan kualitatifbersifat sirkuler, (Sugiyono, 2016).
a.
Proses Penelitian Kuantitatif
Proses penelitian kuantitatif pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Masalah merupakan
penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Penyimpangan antara
aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktek, perencanaan dengan pelaksanaan dan sebagainya. Penelitian kuantitatif bertolak
dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan yang betul-betul masalah. Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja, oleh karena itu harus digali melalui studi
pendahuluan melalui fakta-fakta empiris. Supaya peneliti dapat menggali masalah dengan baik, maka peneliti harus menguasai teori melalui
membaca berbagai referensi. Sclanjutnya supaya masalah dapat dijawab maka dengan baik masalah tersebut dirumuskan secara spesifik, dan pada umumnya dibuat dalam
bentuk kalimat tanya, (Sugiyono, 2016).
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis).
Jadi kalau jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori
dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode atau strategi atau pendekatan atau desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan ideal untuk
memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan
konsisten yang dikehendaki.
Sedangkan pertimbangan praktis, adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Dalam penelitian kuantitatif metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey, ex post facto, eksperimen, evaluasi, action research, policy research (selain metode
naturalistik dan sejarah).
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk test, angket atau kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas
dan reliabilitasnya.
Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuannya, maka sampel yang diambil harus representatif (mewakili).
Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Berdasarkan analisis ini apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak.
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Berdasarkan proses penelitian kuantitatif di atas maka narmpak bahwa proses penelitian
kuantitatif bersifat linier, di mana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteori, berhipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan dan saran.
Penggunaan konsep dan teori yang relevan serta pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang mendahului guna menyusun hipotesis merupakan aspek logika (logico-hypothetico), sedangkan pemilihan metode penelitian, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan analisisnya adalah merupakan aspek metodologi untuk menverifikasikan hipotesis yang diajukan
b. Proses Penelitian Kualitatif
Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan, seperti orang mau piknik, sehingga ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi tentu belum tahu pasti apa yang di tempat itu. Ia akan tahu setelah mernasuki obyek, dengan cara membaca berbagai informasi tertuIis, gambar-gambar, berfikir dan
melihat obyek dan aktivitas orang yang ada di sekelilingnya, melakukan wawancara dan sebagainya. Proses penelitian kualitatif juga dapat diibaratkan seperti orang asing yang
mau melihat pertunjukkan wayang kulit atau kesenian, atau peristiwa lain. Ia belum tahu apa,
mengapa,
bagaimana
wayang kulit itu. Ia akan tahu setelah ia
melihat,
mengamati
dan menganalisis dengan serius, (Sugiyono, 2016).
Berdasarkan ilustrasi tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun peneliti kualitatif belum memiliki masalah, atau keinginan yang jeIas, tetapi dapat langsung memasuki obyek/lapangan. Pada
waktu memasuki obyek, peneliti tentu masih merasa asing terhadap obyek tersebut, seperti halnya orang asing yang masih asing terhadap pertunjukkan wayang kulit. Setelah memasuki obyek, peneliti kualitatif akan melihat
segala sesuatu yang ada di tempat itu, yang masih
bersifat umum. Misalnya dalam pertunjukan wayang pada tahap awal, ia akan melihat penontonnya, panggungnya, gamelannya, penabuhnya (pernain gamelannya), wayangnya, dalangnya, pesindennya (penyanyi) aktivitas penyelenggaranya. Pada tahap
ini disebut tahap orientasi atau deskripsi, dengan grand
tour question. Pada tahap ini peneliti
mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan
dan ditanyakan. Mereka baru mengenal serba sepintas terhadap informasi yang
diperolehnya.
Proses penelitian kualitatif
pada tahap ke 2 disebut tahap reduksi/fokus.
Pada tahap ini peneliti mereduksi segala
informasi yang telah diperoleh pada tahap
pertama. Pada proses reduksi ini, peneliti mereduksi
data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan
pada masalah tertentu. Pada
tahap reduksi ini peneliti menyortir data dengan
cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna, dan
baru. Data yang dirasa tidak dipakai
disingkirkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data
tersebut selanjutnya dikelompok menjadi berbagai kategori yang
ditetapkan sebagai fokus penelitian.
Bila dikaitkan dengan melihat contoh pertunjukkan
wayang, maka peneliti telah memfokuskan pada
masalah tertentu, misalnya masalah wayang dan dalangnya saja.
Proses penelitian kualitatif, pada
tahap ke 3, adalah tahap selection.
Pada tahap ini peneliti menguraikan
fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Ibaratnya
pohon, kalau fokus itu baru pada aspek cabang, maka
kalau pada tahap selection peneliti sudah mengurai
sampai ranting, daun dan buahnya. Kalau
diibaratkan pertunjukkan wayang tadi, kalau fokusnya pada wayangnya, maka
peneliti ingin tahu lebih dalam tentang wayang, mulai
dari nama wayang dan perannya,
bentuk dan ukuran wayang,
cara membuat wayang, makna setiap pahatan pada wayang, jenis cat yang digunakan, cara mengecatnya dan sebagainya.
Pada penelitian tahap ke 3 ini, setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan tema dengan cara mengkostruksikan data yang diperoleh menjadi sesuatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru.
Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data
atau informasi yang sulit dicari melalui metode kuantitatif, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia. Data atau informasi yang diperoleh dapat berbentuk informasi yang bersifat deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Informasi deskriptif adalah gambaran lengkap tentang keadaan obyek yang diteliti (A B C, X Y Z, $ & @ ). Inforrnasi komparatif adalah gambaran informasi lengkap tcntang perbedaan atau persamaan gejala pada obyek yang diteliti (Al : A2); (Xl : X2); (Sl : S2), dan informasi asosiatif adalah garnbaran inforrnasi lengkap tentang hubungan antara variabel satu dengan gejala lain (Xl berhubungan
interaktif dengan X2 dan Y), (Sugiyono, 2016).
Proses memperoleh data atau informasi pada setiap
tahapan (deskripsi, reduksi, seleksi) tersebut
dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Dalam setiap proses pcngumpulan data dilakukan melalui lima tahapan. Setelah peneliti memasuki obyek penelitian atau sering disebut sebagai situasi sosial (yang terdiri atas, tempat, aktor/pelaku/orang-orang, dan aktivitas), pcneliti berfikir apa yang akan ditanyakan (1). Setelah berfikir sehingga memukan apa yang akan ditanyakan, maka peneliti sclanjutnya bcrtanya pada orang-orang yang dijumpai pada tempat tersebut (2). Setelah pertanyaan diberi jawaban,
peneliti akan menganalisis apakah jawaban yang diberikan itu betul atau tidak (3). Kalau jawaban atas pertanyaan dirasa betul, maka dibuatlah kesimpulan (4).
Pada tahap ke lima, peneliti mencandra (5) kembali terhadap
kesimpulan yang telah dibuat. Apakah kesimpulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak. Untuk memastikan kesimpulan yang telah dibuat
tersebut,
maka
peneliti masuk lapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda, tetapi tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang tinggi, maka pengumpulan
data dinyatakan selesai.
Metode penelitian kuantitatif berangkat dari tehoretical frame work sesuatu yang
bersifat abstrak, difokuskan dengan formal theory, midle range theori, subtantive theory, selanjutnya
dirumuskan hipotesis untuk diuji sehingga, menuju ke empirical social reality atau
kejadian-kejadian yang konkrit. Selanjutnya gambar yang sebelah kanan adalah proses penelitian kualitatif
yang bersifat induktif Metode penelitian kualitatif berangkat dari pengamatan
yang mendetail konkrit pada empirical social reality, sehingga terbangun grounded theory, selanjutnya
berkembang menjadi subtantive theory, midle-range theory, formal theory, dan akhimya menjadi tehoretical frame work (also call paradigm or theoritical system), (Sugiyono,
2016).
3. Karakteristik Penelitian
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan
and Biklen (1982) adalah seperti berikut
a. Qualitative research
has the natural setting
as the direct source of data and researcher is
the key instrument
b. Qualitative research
is descriptive. The data
collected is
in the
form of words
of pictures rather
than number
c. Qualitative research
are concerned with process rather
than simply with outcomes or products
d. Qualitative research
tend to analyze their
data inductively
e. "Meaning" is of
essential to the qualitative approach
Berdasarkan
karakteristik tersebut dapat
dikemukakan di
sini bahwa penelitian kualitatif itu:
a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah
instrumrn kunci.
b. Penelitian
kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata
atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada
proses daripada produk atau outcome
d. Penelitian
kualitatif melakukan analisis data secara induktif
e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna
(data dibalik yang teramati).
Erickson dalam Susan Stainback (2003) menyatakan
bahwa ciri-ciri
penelitian kualitatif adalah dilakukan secara intensif, peneliti ikut
berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan
analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan
di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.
Selanjutnya untuk memahami secara
lebih jelas dan rinci tentang metode kualitatif, maka perlu
memahami perbedaan antar kedua metode tersebut. Perbedaan antara penelitian kualitatif dan
kuantitatif dapat dilihat dengan cara membandingkan antara kedua metode
tersebut.
Perbedaan
istilah dalam Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
ASPEK |
KUANTITATIF |
KUALITATIF |
Nilai Kebenaran |
Validitas internal |
Kredibilitas |
Penerapan aplikasi |
Validitas ekternal (generalisasi) |
Fittingness transferability
(mampu mentransfer kesesuaian) |
Konsistensi |
Reliabilitas |
Auditability, dependability
(mampu mengaudit, dapat dipercaya) |
Netralitas |
objektivitas |
Confirmability (dapat dibenarkan) |
Keterangan:
Kredibilitas
ialah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep responden.
Transferabilitas:
apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan atau diterapkan pada
kasus atau situasi lainya.
Dependabilitas:
apabila hasil penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang
diulangi pihak lain.
Ciri-Ciri
Metode Kualitatif
1.
Sumber data berada dalam situasi yang wajar,
tidak dimanipulasi oleh angket dan tidak dibuat-buat sebagai kelompok
ekperimen.
2.
Laporannya sangat deskriptif.
3.
Mengutamakan proses dan produk
4.
Peneliti sebagai instrument penelitian
5.
Mencari makna, dipandang dari pikiran dan
persasaan responden.
6.
Mementingkan data langsung (tangan pertama),
oleh sebab itu pengumpulan datanya mengutamakan observasi partisipasi,
wawancara dan dokumentas.
7.
Menggunakan triangulasi, yaitu
memeriksakan kebenaran data yang diperoleh kepada pihak lain.
8.
Menonjolkan rincian yang kontekstual, yaitu
menguraikan sesuatu secara rinci tidak terkotak-kotak.
9.
Obyek yang diteliti dianggab berkedudukan yang
sama dengan peneliti, peneliti bahkan belajar kepada respondennya.
10. Mengutamakan
perspektif emic yaitu pendapat responden dari pada pendapat peneliti
sendiri (eteic).
11. Mengadakan
verivikasi melalui kasus yang bertentangan
12. Sampel
dipilih secara porposif.
13. Menggunakan
audit trail yaitu memeriksa data mentah, analisis dan kesimpulan kepada pihak
lain biasanya pembimbing.
14. Parisispasi
peneliti tidak mengganggu natural seting situasi yang wajar
15. Analisis
data dilakukan sejak awal sampai penelitian berakhir
16. Disain
penelitian tampil selama proses penelitian.
Perbedaan Metode Kuantitafif dengan kualitatif
|
Kuantitatif |
Kualitatif |
Latar belakang masalah |
Nomotetis |
Ideografis |
Tujuan |
·
Menguji teori ·
Mendapatkan hubungan antara variabel ·
Atomistic Generalisasi |
·
Mengembangkan teori ·
Mencari makna
·
Wholistic Khusus |
Teori yang digunakan |
Tetap |
sementara |
Hipotetesis |
Tetap |
sementara |
Penyususnan teori |
Logika deduktif |
Logika induktif |
Waktu penelitian |
Cepat atau terbatas |
Lama atau bebas |
Sampel |
·
Banyak ·
Tetap ·
Umumnya acak ·
Representatif |
·
Sedikit ·
Snowball ·
Purposive ·
Tidak representatif |
Teknik pengumpulan data |
·
Umumnya angket ·
Wawancara berstruktur |
·
Observasi partisipasi ·
Tidak berstruktur |
Instrumen penelitian |
Angket, wawancara, dokumentasi, observasi |
Peneliti sendiri |
Analisis data |
·
Statistic ·
Deduktif ·
Setelah data terkumpul |
·
Non statistic ·
Induktif ·
Terus menerus |
Hubunagan dengan responden |
·
Kurang intim ·
Hubungan peneliti-responden ·
Jangka pendek |
·
Intim ·
Setara ·
jangka panjang |
Usulan Desain |
·
Tetap ·
Projektif ·
Langkahnya jelas |
·
Emergent ·
Retrospektif ·
Bebas |
SOAL LATIHAN BAB II
1. Mengapa manusia harus melakukan penelitian? Jelaskan
apa yang dimaksud metode penelitian?
2.
Hakikat metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data/informasi sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana seharusnya,
dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Sebutkan dan
jelaskan kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penelitian?
4. Jelaskan perbedaan metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif?
BAB
III
PENELITIAN KUANTITATIF
A.
Jenis-Jenis Data Penelitian
Data merupakan bentuk
jamak dari dantum yang berarti keterangan yang menggambarkan persoalan atau
hasil pengamatan dari ciri atau karakteristik populasi atau sampel dan
seringkali dalam bentuk angka. Syarat data dari suatu penelitian harus bersifat
mampu menggambarkan seluruh persoalan sampel (reprsentatif) dan tepat waktu
(up to date).
Klasifikasi data
penelitian didasarkan pada:
1. Sifat/wujud datanya
a. Data Kuantitatif menunjukkan
kuantitas, bentuk angka absolute (parametric) sehingga dapat ditentukan
magnitudenya (besarannya), misalnya 5 kg.
b. Data Kualitatif
Menunjukkan kualitas, bentuk angka non
parametric (ordinal dan nominal), misalnya: pintar, bodoh, sedang.
Data kualitatif memiliki ciri terdiri
dari dua atau lebih atribut, tidak mempunyai rangking atau peringkat, misalnya:
laki-laki, perempuan, golongan darah. sedangkan data yang memiliki dua atribut:
dikotome/binary, misalanya: Yes-No, Hidup-Mati, Plus-Minus.
2. Cara memperoleh data
Data numerik
terbagi menjadi dua yaitu data discreate dan data continuous
a. Data discreate
diperoleh dengan (perhitungan), sebagai contohnya adalah nilai mahasiswa,
jumlah mahasiswa.
b. Data kontinyu continuous diperoleh dari hasil pengukuran, sebagai
contohnya adalah hasil pengukuran tinggi badan, berat badan dan lain sebagainya.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer dalam suatu penelitian
diperoleh langsung dari sumbernya dengan melakukan pengukuran, menghitung
sendiri dalam bentuk angket, observasi, wawancara dan lain-lain
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh secara tidak
langsung dari orang lain, kantor yang berupa laporan, profil, buku pedoman,
atau pustaka.
4. Waktu Pengambilan Data
a. Data Cross Sectional: sesaat atau dipotret sekali
b. Data Time Series: dipotret beberapa kali dengan jangka waktu berbeda.
5. Skala Pengukuran Data: nominal, ordinal, interval dan rasio
B. Jenis-Jenis Penelitian
1. Jenis
Penelitian Menurut Pendekatan Analitik
a.
Penelitian Kuantitatif menekankan
analisisnya pada data-data numerikal yang diolah dengan metoda statistik.
v
Penelitian Deskriptif menganalisis
data secara sistematik.
Analisis yang digunakan:
analisis persentase dan analisis kecenderungan. Kesimpulan yang dihasilkan
tidak bersifat umum. Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian survei.
v
Penelitian Inferensial analisis
hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis. kesimpulan penelitian jauh
melebihi sajian data kuantitatif saja
b.
Penelitian Kualitatif menekankan
analisis proses berfikir secara deduktif dan induktif yang berkaitan dengan
dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan menggunakan logika ilmiah.
ditekankan pada kedalaman berfikir formal dalam menjawab permasalahan.
bertujuan untuk mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah, menerangkan
realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory), dan mengembangkan
pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.
2. Jenis Penelitian Menurut Tujuan
a. Penelitian Eksploratif untuk menemukan sesuatu yang baru dapat berupa
pengelompokkan suatu gejala, atau fakta tertentu. Penelitian ini banyak memakan
waktu dan biaya
b. Penelitian Pengembangan untuk mengembangkan aspek ilmu pengetahuan.
Misalnya: penelitian
yang meneliti tentang pemanfaatan terapi gen untuk penyakit-penyakit
menurun
c. Penelitian Verifikatif untuk menguji
kebenaran suatu fenomena.
3. Jenis Penelitian Menurut Waktu
a. Penelitian Longitudinal
Secara langsung mengukur
sifat (nature) dan tingkat (rate)
perubahan dalam satu sampel yang sama pada tingkatan (stages) yang berbeda. Ciri-ciri penelitian longitudinal: waktu
penelitian lama, memerlukan biaya yang relatif besar, melibatkan populasi yang
mendiami wilayah tertentu, dipusatkan pada perubahan variabel amatan dari waktu
ke waktu.
b. Penelitian Cross Sectional
Secara tidak langsung
mengukur sifat dan tingkat yang sama dengan mengambil sampel yang berbeda dari
tingkatan (levels); atau studi kecenderungan (trend) yang dirancang untuk
menentukan pola-pola perubahan masa lalu dalam rangka meramalkan pola kondisi
masa depan. Penelitian cross-sectional memiliki tiga ciri distingtif, yaitu:
tidak berdimensi waktu; bergantung pada perbedaan-perbedaan yang ada daripada
perubahan akibat intervensi (dalam eksperimen); kelompok didasarkan pada
perbedaan yang ada daripada pengelompokan acak.
4. Jenis Penelitian Menurut Rancangan
a.
Penelitian Korelasional (correlational
research)
b.
Penelitian Kausal-Komparatif (causal-comparative
research)
c.
Penelitian Eksperimental-Sungguhan
(true-experimental research)
d.
Penelitian Eksperimental-Semu (quasi-experimental
research)
e.
Penelitian Tindakan (action
research)
C. Paradigma dalam Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif
Secara umum penelitian
dibagi atas dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic research) dan
penelitian terapan (applied research). Penelitian dasar merupakan
penyelidikan terhadap sesuatu objek karena keingintahuan, kepedulian peneliti
dan penerapan terhadap penemuan tidak menjadi prioritas utama. Sedangkan
penelitian terapan atau penelitian praktikal merupakan penyelidikan yang sistematis,
terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan praktis dan hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Metode penelitian
sebagai alat untuk mencari jawaban terhadap pemecahan permasalahan menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Kedua pendekatan tersebut menggunakan
paradigma yang berbeda. Imran Manan (1993: 1) menjelaskan paradigma positivistic
menggunakan metodologi kuantitatif dan paradigma naturalistic
menggunakan metodologi kualitatif.
Paradigma positivistik
berkembang di Perancis dan Jerman pada Abad 19 seperti tercermin dari karya
John Stuart Mill berjudul “A System of Logic” terbit tahun 1843. Stuart Mill
mengemukakan asumsi dasar sebagai berikut : (1) ilmu sosial dan ilmu alamiah
mempunyai tujuan yang identik, yaitu menemukan hukum-hukum umum yang berguna
untuk penjelasan gejala alam untuk meramalkan peristiwa–peristiwa, (2) ilmu
sosial dan ilmu alamiah memiliki metodologi yang identik, (3) ilmu-ilmu sosial
lebih komplek dari ilmu alamiah, (4) konsep-konsep dapat didefinisikan dari
referensi langsung kategori-kategori empiris yaitu objek-objek yang kongkrit,
(6) uniformitas alam dalam hal waktu dan ruang, (7) hukum-hukum alam secara
alamiah atau secara induktif diperoleh dari data, (8) sampel yang besar
mengurangi keanehan (ideosincrasy) dan akan menggungkapkan sebab-sebab
yang umum (hukum alam).
Penerapan asumsi
positivisme telah mendorong perkembangan ilmu alamiah, namun penerapannya di
bidang ilmu sosial menimbulkan kritikan. Imran Manan (1993: 3) menjelaskan
salah satu kritik mendasar yang dikemukakan Lincoln dan Guba berhubungan erat
dengan asumsi dasar positivistik yang sukar dipergunakan dalam bidang ilmu-ilmu
sosial. Kelima asumsi dasar itu adalah : (1) asumsi ontologis yang menganggap
hanya ada satu realitas nyata yang dapat dipecah-pecah menjadi bagian-bagian
yang dapat dikaji secara independent; keseluruhan merupakan penjumlahan
bagian-bagian, (2) asumsi epistimologis tentang kemungkinan pemisahan antara
pengamat dengan yang diamati, (3) asumsi tentang independensi temporal dan
kontekstual dari pengamatan, sehingga apa yang benar pada satu waktu dan
tempat, dengan keadaan yang cocok, akan juga sama di waktu dan tempat yang
lain, (4) asumsi kausalitas yang bersifat linier, tak ada akibat tanpa sebab
dan tak ada sebab tanpa akibat, (5) asumsi aksiologis menyangkut bebas nilai,
yaitu metodologi yang ilmiah akan menjamin bahwa hasil suatu penelitian
seyogianya bebas dari pengaruh sistem nilai (Lincol and Guba, 1985:28).
Lebih lanjut Imran
Manan (1993: 3) menjelaskan karena kelima asumsi dasar tersebut tidak tepat
digunakan dalam bidang ilmu sosial, disebabkan hakekat objeknya berbeda, maka
aksioma yang menjadi paradigma dari penelitian naturalistik diperlukan
paradigma baru, yeng merupakan paradigma pasca positivistik, dengan asumsi (1)
argument hakekat perilaku penelitian yang menunjukkan peneliti tak dapat
menggunakan model yang berbeda bagi dirinya dengan model bagi yang ditelitinya,
(2) argumen intensionalitas (maksud) yang menunjukan perlunya pengecekkan maksud-maksud
yang ada pada subjek yang diteliti dengan interpretasi yang dibuat oleh
peneliti, (3) argumen bahasa menunjukan peneliti harus sama dengan bahasa dari
yang diteliti, (4) argument epistimologi yang diperluas menunjukkan proses
penyelidikan ilmiah melibatkan tidak hanya pengetahuan proposional, tetapi juga
pengetahuan praktis dan pengetahuan pengalaman, (5) argument aksiologi
menunjukkan kebenaran sebuah proposisi tergantung pada nilai yang disepakati
bersama dan argumen moral dan politik.
Perbedaan paradigma
penelitian kuantitatif dengan kualitatif menyebabkan perbedaan proses
penelitian yang dilaksanakan dari kedua pendekatan tersebut.
D. Pengertian Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dimaksud untuk mengungkapkan gejala secara
holistik-konstektual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan
memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis pendekatan induktif.
Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menonjol disusun dalam bentuk narasi
yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik
yang penuh dengan nilai-nilai otentik. Sedangkan penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menitikberatkan pada pengukuran dan analisis hubungan sebab-akibat
antara bermacam macam variabel, bukan prosesnya, penyelidikan dipandang berada
dalam kerangka bebas nilai.
Penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan
deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan
para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya yang kemudian
dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang
diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data
empiris di laporan.
Penelitian kualitatif
adalah penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau
belum diukur, menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan
erat antara yang diteliti dengan peneliti, tekanan situasi yang membentuk
penyelidikan, sarat nilai, menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus
perolehan maknanya.
E. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif
berbeda dengan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif menghasilkan
informasi yang lebih terukur. Hal ini karena ada data yang dijadikan landasan
untuk menghasilkan informasi yang lebih terukur. Penelititan kuantitatif tidak
mempermasalahkan hubungan antara peneliti dengan subyek penelitian karena hasil
penelitian lebih banyak tergantung dengan instrumen yang digunakan dan terukur
variabel yang digunakan, dari pada intim dan keterlibatan emosi antara peneliti
dengan subyek yang diteliti.
Borg dan Gall (1989)
mengidentifikasi bahwa penelitian kuantitatif terdiri dari penelitian
eksploratif dan penelitian sebab akibat (causal). Penelitian
eksplioratif lebih menekankan kepada upaya menggabarkan situasi. Kerlinger
(1986) membedakan penelitian kuantitatif menjeadi penelitian eksperimen dan
penelitian non-eksperimen. Dengan menggunakan kerangka yang digunakan oleh Borg
dan Gall, nampaknya Kerlinger tidak mempertimbangkan penelitian eksploratif
sebagai salah satu bentuk penelitian kuantitatif. Pembahasan ini akan
mengkategorikan penelitian kuantitatif menjadi dua, yaitu penelitian
eksploratif dan penelitian causal. Lebih lanjut penelitian sebab akibat menjadi
penelitian eksperimen dan non eksperimen. Sebagai dikemukakan di atas, meskipun
penelitian kuantitatif berbeda jenisnya, akan tetapi diantara penelitian
kuantitatif yang berbeda tersebut mempunyai beberapa ciri yang sama, yaitu
sampel merupakan dasar dalam menggambil kesimpulan dan kedua ketepatan dalam
penggunaan instrumen dan dalam mengukur variabel merupakan indikator utama
untuk mengukur.
1. Penelitian Eksploratif
Penelitian
eksploratif merupakan sarana yang efektif untuk memberikan gambaran keadaan
sosial tertentu. Meskipun demikian, para peneliti yang bertujuan untuk
melakukan pembuktian hipotesis penelitian eksploratif bukan merupakan sarana
yang tepat, karena kecenderungan pada penelitian eksploratif hanya
mendeskripsikan kecenderungan satu variabel tanpa mempertimbangkan atau
mengontrol variabel lainnya. Di lain pihak penelitian yang dimaksud untuk
menguji hipotesis, analisis data tidak hanya dilakukan dengan memperkirakan
hubungan antar dua variabel. Pembuktian hipotesis pada dasarnya didasarkan
kepada hubungan non-spurious. Hal ini bisa dilakukan dengan proses elaborasi
yaitu mengontrol beberapa variable lainnya. Dilain pihak penelitian yang
dimaksudkan untuk menguji hipotesa, analisis data tidak saja dilakukan dengan
hanya memperkirakan hubungan antar dua variabel. Pembuktian hipotesa pada
dasarnya didasarkan pada hubungan non sprious. Hal ini bisa dilakukan dengan
proses elaborasi yaitu mengontrol beberapa variable yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap hubungan dua variable yaitu variabel independen dan variabel
dependen.
Pada penelitian
eksploratif metode yang digunakan adalah analsis frekwensi satu variabel.
Dengan demikian, hasil analisis adalah kecendrungan satu variabel. Meskipun
demikian, masih banyak penelitian di Indonesia tentang coherence antara
lain analisis data dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan pada hasil
analisis. Akibatnya, adalah peneliti tersebut mengambil kesimpulan melebihi
daripada informasi berdasarkan temuan penelitian. Analisis data dengan
menggunakan data tabulasi silang pada derajat tertentu dapat digunakan untuk
mengukur sebab akibat, tetapi daya prediksinya tidak sekuat hasil analisis
statistik.
2. Penelitian
Kausal
Meskipun ada salah
satu bentuk penelitian yang di desain untuk menjelaskan hubungan antar
variabel, tetapi kesimpulan yang bersifat kausal tidak bisa didasarkan pada simplicity.
Artinya bahwa dengan hanya berdasarkan pada perhitungan statistik yang
signifikan kemudian peneliti bisa mengambil kesimpulan kausalistik dari dua
variabel atau lebih. Kesimpulan tentang hubungan kausalistik dari dua variabel
atau lebih berlangsung melalui empat tahap yaitu : (1) tahap konseptual, (2)
tahap pengukuran variabel, (3) tahap seleksi sampel dan (4) tahap manipulasi
matematis. Keempat tahap ini merupakan satu kesatuan yang harus dipenuhi kalau
kesimpulan kausalistik menjadi tujuan.
Oleh karena itu
meskipun penelitian berikut ini tergolong pada penelitian kausal, namun dalam mengambil
kesimpulan bersifat kausalistik harus mempertimbangkan keempat tahap tersebut.
Tanpa mempertimbangkan keempat tahap tersebut, peneliti telah mengambil oversimplified
conclusion. Kesimpulan semacam ini kurang mempunyai arti bagi pengembangan
ilmu pengetahuan. Seperti telah disebutkan di atas, penelitian yang tergolong
pada penelitian kausal adalah penelitian eksperimen dan penelitian non
eksperimen. Lebih populernya penelitian non eksperimen ini disebut sebagai
penelitian survey.
Perbedaan prinsip
antara penelitian eksperimen dan non eksperimen adalah terletak pada kemampun
peneliti dalam mengontrol perlakuan yang diberlakukan pada subjek penelitian.
Pada penelitian eksperimen. Peneliti mempunyai kontrol terhadap perlakuan yang
diberikan kepada subjek penelitian. Sedangkan pada penelitian suvey tidak. Jika
ada hipotesa yang menyebutkan bahwa jika X dan Y, maka ada penelitian non
eksperimen peneliti hanya mengumpulkan data tentang kecende-rungan pada X dan Y
dan kemudian memperkirakan derajat kovariasi yang tinggi, maka peneliti
mempunyai satu prasyarat untuk mengatakan jika X dan Y. Di lain pihak, bagi
penelitian eksperimen, dalam menguji hipotesa tersebut, maka peneliti akan
mengukur variasi pada variabel Y dan kemudian memanipulasi variable X dan kemudian
melihat derajat kovariasi antara X dan Y. Jika terdapat derajat kovariasi yang
tinggi maka perlakuan yang dikenakan kepada variabel X yang menyebabkan
terjadinya kovarias antara X dan Y. Perbedaan lain yang membedakan antara
keduanya adalah pada penelitian eksperimen didasarkan pada asumsi equality dari
kelompok-kelompok yang akan dibandingkan. Bahwa sebelum diberikan perlakuan
kelompok-kelompok yang akan diteliti harus dalam kondisi sederajat, yang
menjadikan mereka tidak sederajat adalah karena perlakuan yang diberikan oleh
peneliti.
Pada penelitian non
eksperimen perlakuan sudah diasumsikan terjadi, jadi asumsi equality tidak
berlaku. Hasil analisis yang menunjukkan bahwa kelompok yang satu mempunyai
karakteristik tertentu, sedangkan kelompok lainnya.
F. Masalah
Penelitian Kuantitatif
Masalah
penelitian merupakan suatu pernyataan yang mempersoalkan keberadaan suatu
variabel atau mempersoalkan hubungan antara variabel pada suatu fenomena.
Variabel merupakan suatu arti yang dapat membedakan antara sesuatu dengan yang
lain (Kountour, 2005). Pada penelitian-penelitian yang behubungan dengan ilmu
sosial sumber masalah penelitian dapat diperoleh dari 4P (Kumar, 1996), yaitu People,
Problem, Program dan Phenomena. People berarti masalah
penelitian dapat bersumber dari manusia baik secara individu maupun komunal, problem
berarti masalah dapat bersumber dari setiap permasalahan yang dihadapi manusia,
sedangkan program berarti bahwa masalah penelitian dapat bersumber dari
program yang akan sedang atau telah dilaksanakanm Dan phenomena berarti
bahwa variabel yang berhubungan dengan tempat, kejadian, waktu, siklus dimana
sesuatu hal berlangsung.
Setiap
penelitian selalu berangkat dari masalah. Dalam penelitian kuantitatif, masalah
yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas. Setelah diidentifikasikan, dan
dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada
umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan
dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai teori untuk
menjawabnya. Jadi teori dalam penelitian kuantitatif ini digunakan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian tersebut. Jawaban terhadap rumusan masalah
yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis, maka hipotesis dapat
diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasamya
penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain
dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Untuk itu setiap penelitian yang
akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan
oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian mumi maupun terapan, semuanya
berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung
dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa
memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses
penelitian. Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang
betul-betul masalah, maka sebenamya pekerjaan penelitian
itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam
penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah,
tetapi setelah
masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera
dapat dilakukan
Masalah
yang diidentifikasikan dalam penelitian akan berhubungan dengan judul dan
tujuan penelitian, hal ini kembali lagi pada pernyataan bahwa sebuah penelitian
harus dijalankan secara sistematik dan setiap tahap tidak dapat berdiri
sendiri, sehingga akan berkorelasi dengan tahapan berikutnya.
Masalah
timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita
terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity),
adanya halangan dan rintangan adanya celah (gap) baik antar kegiatan
atau antar fenomena, baik yang telah ada maupun yang akan ada. Penelitian
diharapkan dapat memecahkan
masalah-masalah itu atau sedikit-sedikitnya menutup celah yang terjadi.
Perumusan masalah merupakan hulu dari
penelitian dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam
penelitian ilmiah.
1. Ciri-ciri Masalah yang Baik
a.
Masalah yang dipilih harus
mempunyai nilai penelitian
1) Masalah
haruslah mempunyai keaslian
2) Masalah
harus menyatakan suatu hubungan
3) Masalah
harus merupakan hal yang penting
4) Masalah
harus dapat diuji
5) Masalah
harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
b.
Masalah yang dipilih harus
mempunyai fisibilitas
1) Data
serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia
2) Biaya
relatif tersedia
3) Waktu
untuk memecahkan masalah tersedia
4) Tidak
bertentanghan dengan norma-norma yang berlaku
c.
Masalah yang dipilih harus sesuai
dengan kualifikasi si peneliti.
1) Masalah
menarik perhatian si peneliti
2) Masalah
harus sesuai dengan kualifikasi
2. Sumber Masalah
a.
Pengamatan terhadap kegiatan
manusia
b.
Pengamatan terhadap alam
sekelilingnya
c.
Bacaan
d. Ulangan
serta perluasan penelitian
e.
Cabang studi yang sedang
dikembangkan
f.
Catatan dan Pengalaman Pribadi
g.
Praktek serta keinginan mayarakat
h.
Bidang spesialisasi
i.
Pelajaran yang sedang diikuti
j.
Dikusi ilmiah
k.
Perasaan intuisi
3. Cara Merumuskan
Masalah
a.
Masalah biasanya dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan
b.
Rumusan hendaklah jelas dan padat
c.
Rumusan masalah haru berisi
implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
d. Rumusan
masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
e.
Masalah harus menjadi dasar judul penelitian
Uraikan topik dalam beberapa pernyataan
sub-topik |
Merangkum
semua permasalahan dalam satu pertanyaan inti yang akan dijawab dalam
penelitian |
Menjustifikasi
kalimat pertanyaan menjadi pernyataan yang kemudian menjadi judul
penelitian |
Merumuskan
tujuan penelitian yang akan menjawab permasalahan yang
kemudian akan dijabarkan dalam metode penelitian |
Gambar 3.1
Alur pikir dalam mengawali penelitian
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan baik keputusan yang bersifat strategic maupun
oprasional. Permasalahan berikut adalah topik-topik pengambilan keputusan ekonomi
dan bisnis apa saja yang dapat memberi manfaat dari sebuah penelitian. Berikut
adalah beberapa topi penelitian Pendidikan Agama Islam yang umum dilakukan
khususnya oleh peneliti bidang pendidikan,
Masalah adalah segala sesuatu yang membuat
peneliti risau, tidak puas, dan membutuhkan jalan keluar untuk mengatasinya.
Secara singkat, masalah diartikan juga sebagai tidak selarasnya antara harapan
dengan kenyataan.
Ide masalah dapat ditelaah kembali dari sumber
kerisauan atau ketidakpuasan peneliti. Sumber kerisauan atau ketidakpuasan itu
dapat diperoleh melalui pengalaman langsung peneliti atau pengamatan langsung.
Selain itu dapat juga dari pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman tidak
langsung dapat berasal dari informasi melalui mass media, ataupun pendapat pakar dalam sebuah temu ilmiah. Dapat
pula ide itu ditangkap setelah membaca hasil penelitian atau artikel tertentu.
Kemudian hasil pengkajian atas dokumen laporan, dapat juga menjadi dasar untuk
mengenali dan menangkap permasalahan penelitian.
SOAL LATIHAN BAB III
1. Bagaimanakah peranan identifikasi masalah dalam
perencanaan penelitian
2. Apakah kaitan masalah penelitian, judul,
tujuan, tinjauan pustaka dan metodologi dalam penelitian
3. Buatlah satu topik penelitian kemudian susunlah
rencana penelitian dengan mengidentifikasikan masalah hingga menentukan judul
penelitian.
BAB IV
KERANGKA
PENELITIAN DAN VARIABEL PENELITIAN
A. Proses Penelitian
Setiap penelitian
selalu berangkat dari masalah. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang
dibawa oleh peneliti harus sudah jelas. Setelah diidentifikasikan, dan
dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada
umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan
dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai teori untuk
menjawabnya. Jadi teori dalam penelitian kuantitatif ini digunakan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian tersebut. Jawaban terhadap rumusan masalah
yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis, maka hipotesis dapat
diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Masalah adalah segala
sesuatu yang membuat peneliti risau, tidak puas, dan membutuhkan jalan keluar
untuk mengatasinya. Secara singkat, masalah diartikan juga sebagai tidak
selarasnya antara harapan dengan kenyataan. Ide masalah dapat ditelaah kembali
dari sumber kerisauan atau ketidakpuasan peneliti. Sumber kerisauan atau
ketidakpuasan itu bisa diperoleh melalui pengalaman langsung atau pengamatan
langsung peneliti. Selain itu bisa juga dari pengalaman yang tidak langsung.
Pengalaman tidak langsung bisa berasal dari informasi melalui media masa, ataupun pendapat pakar
dalam sebuah temu ilmiah. Dapat juga ide itu ditangkap setelah membaca hasil
penelitian atau artikel tertentu. Kemudian hasil pengkajian atas dokumen
laporan, dapat pula menjadi dasar untuk mengenali dan menangkap permasalahan
penelitian.
Penelitian sebagai
suatu kegiatan mencari kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah dituntut
untuk memulai segala sesuatu dengan permasalahan yang nyata. Permasalahan yang
dipilih untuk dasar penelitian harus memiliki relevansi dengan keilmuan
peneliti. Disamping itu permasalahan yang dipilih juga sebaiknya memenuhi
karakteristik umum, antara lain:
1)
Aktual, artinya masalah tersebut merupakan
masalah yang sedang hangat dirasakan atau bersifat kekinian.
2)
Menarik, artinya penelitian yang dilakukan
mengundang hasrat dan keinginan untuk mengetahui permaslahan secara mendalam
dan mengetahui penyelesaian masalah yang memungkinkan untuk dilakukan.
3)
Hasil
kajiannya akan bermanfaat dan memiliki dampak solutif terhadap permasalahan
yang dihadapi oleh masayarakat, serta memiliki dampak yang berarti terhadap
keilmuan peneliti.
4)
Orisinal,
artinya penelitian yang dilakukan menjanjikan kebaruan (novelty) bukan pengulangan dari penelitian sebelumnya.
Jadi
setiap penelitian yang akan dilakukan perkembangan harus selalu berangkat dari
masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal
yang paling sulit dalam proses penelitian. Bila dalam penelitian telah dapat
menemukan masalah yang betu-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian
itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian
merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan,
maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.
Hipotesis yang masih
merupakan jawaban sementara tersebut, selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya
secara empiri/nyata. Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan
data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bila
populasi terlalu luas, sedangkan peneliti memiliki keterbatasan waktu, dana dan
tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Bila peneliti diambil harus bermaksud membuat generalisasi, maka
sampel yang representative, dengan teknik random sampling.
Meneliti adalah mencari
data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan instrumen
penelitian. Dalam ilmu-ilmu alam, teknik, dan ilmu -ilmu empirik lainnya,
instrumen penelitian seperti thermometer untuk mengukur suhu, timbangan untuk
mengukur berat semuanya sudah ada, sehingga tidak perlu membuat instrumen.
Tetapi dalam penelitian sosial, sering instrumen yang akan digunakan untuk
meneliti belum ada, sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan sendiri.
Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
Setelah instrumen
teruji validitas dan reliabilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur
variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk pengumpulan data
dapat berbentuk test dan nontest. Untuk instrumen yang berbentuk nontest, dapat
digunakan sebagai kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan demikian
teknik pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat berupa
kuesioner, obeservasi dan wawancara.
Data yang telah
terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan
masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data
menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif
dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik
parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik
inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang diambil secara random.
Data hasil analisis
selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat
menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan
pictogram. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang
mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.
|
|
|
|
|
|
|
Rumusan |
Masalah |
Landasan |
Teori |
Perumusan |
Hipotesis |
Pengumpulan |
Data |
Analisis |
Data |
Kesimpulan |
dan Saran |
Populasi dan |
sampel |
|
Pengembangan |
|
Instrumen |
|
Pengujian |
|
Instrumen |
|
Gambar 2.1. Komponen dan proses penelitian kuantitatif
Setelah
hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan.
Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan
data yang telah terkumpul. Jadi kalau rumusan masalah ada lima, maka
kesimpulannya juga ada lima. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan
untuk memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan
saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan.
Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian. Jadi jangan
membuat saran yang tidak berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Apabila
hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek apakah ada
yang salah dalam penggunaan teori, instumen, pengumpulan, analisis data, atau
rumusan masalah yang diajukan.
B. Kerangka Teoritis
Pada hakekatnya
penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar
tentang suatu masalah. Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian terdiri dari
fakta, konsep, generalisasi dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami
fenomena untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Masalah dalam penelitian
muncul karena adanya kesulitan yang menganggu kehidupan manusia atau karena
dorongan ingin tahu sebagai sifat naluri manusia.
Pada bagian landasan
teori memuat sari-sari hasil penelitian literatur yaitu berupa teori-teori.
Uraian teori yang disusun dapat dengan kata-kata penulis secara bebas dengan
tidak mengurangi makna teori tersebut atau dalam bentuk kutipan dari tulisan
orang lain. Teori-teori tersebut harus relevan dengan permasalahan penelitian
yang akan dilakukan. Landasan teori sangat perlu ditegakkan agar penelitian
tersebut mempunyai dasar yang kuat, bukan sekedar penelitian coba-coba. Dengan
adanya landasan teori ini menjadi penanda bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data.
Kerangka teoritis
merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan
faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Teori merupakan
kumpulan proporsisi umum yang saling berkaitan dan digunakan untuk menjelaskan
sebuah hubungan timbal balik antara beberapa variabel. Teori secara logis
mencermati dokumentasi dari riset sebelumnya yang terdapat pada area masalah
yang sama secara umum. Membangun sebuah kerangka konseptual akan dapat membantu
kita dalam mengendalikan maupun menguji suatu hubungan serta meningkatkan
pengetahuan atau pengertian kita terhadap sebuah fenomena. Karena teori
merupakan bagian dalam proses mendapatkan ilmu, bab ini diawali dengan uraian
tentang hakekat dan esensi dari ilmu. Dilanjutkan dengan menyoroti bangunan
dasar teori, menyusun kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis (Kuncoro,
2003).
Landasan teori adalah
salah satu bagian yang ada didalam suatu penelitian yang berisi tentang
teori-teori dan juga hasil penelitian yang berasal dari studi kepustakaan.
Bagian ini berfungsi sebagai kerangka teori yang digunakan untuk menyelesaikan
berbagai pekerjaan penelitian. Landasan teori juga dapat disebut sebagai
kerangka teori. Secara umum, kerangka teori ini terdiri dari beberapa konsep
beserta dengan definisi dan juga refrensi yang akan digunakan untuk literatur
ilmiah yang sangat relevan, teori yang digunakan untuk studi ataupun
penelitian.
1. Fungsi Teori dalam Penelitian
Teori yang digunakan dalam penelitian memiliki beberapa fungsi, yaitu
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berfungsi untuk meringkas dan juga menyusun pengetahuan yang ada
didalam suatu bidang tertentu.
b. Berperan untuk memberikan keterangan secara sementara tentang peristiwa
dan juga hubungan-hubungan yang sedang diamati, hal tersebut dilakukan dengan
cara memberikan variabel-variabel yang saling berhubungan satu sama lain.
c. Berfungsi untuk merangsang adanya perkembangan pengetahuan baru dengan
cara memberikan arahan ke penyelidikan yang selanjutnya.
Selain tiga fungsi teori diatas, menurut Nang Martono, teori dalam
penelitian mempunyai kegunaan atau fungsi sebagai berikut:
1).
Memberikan pola dalam interpretasi
data. Teori menyediakan berbagai argumentasi yang dapat digunakan untuk
menganalisis atau memberikan penafsiran atas hasil penelitian yang telah
diolah. Argumentasi akan lebih kuat apabila didukung dengan teori yang ada.
2).
Menghubungkan satu studi dengan
studi lainnya
3).
Teori membantu peneliti menemukan
suatu kerangka konseptual untuk menjelaskan hubungan antara hasil penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.
4).
Menyajikan kerangka. Teori
memberikan penjelasan mengenai definisi atau makna sebuah konsep atau variabel.
Definisi konsep bermanfaat untuk membatasi studi yang dilakukan serta
memberikan informasi bagi orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian
kita, sehingga ia dapat melakukan studi lanjutan.
5).
Memungkinkan peneliti
menginterpretasikan data yang lebih besar dari temuan yang diperoleh dari suatu
penelitian.
Terdapat tiga macam teori yang berhubungan dengan data empiris,
diantaranya adalah:
1).
Teori deduktif: memberi
keteranganyang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke
arah data akan diterangkan.
2).
Teori induktif: cara
menerangkannya dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang
positif.
3).
Teori Fungsional: adanya interaksi
pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi
pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data (Sugiyono,
2012).
Dalam metode
penelitian kuantitatif, teori berguna sebagai dasar penelitian untuk diuji.
Oleh karena itu, sebelum pengumpulan data, peneliti menjelaskan teori secara
komprehensif. Teori menjadi kerangka kerja untuk keseluruhan proses penelitian,
mulai dari bentuk dan rumusan pertanyaan atau hipotesis hingga prosedur
pengumpulan data. Peneliti melakukan verifkasi teori dengan cara menjawab
hipotesis atau pertanyaan penelitian yang diperoleh dari teori. Pertanyaan penelitian
tersebut mengandung variabel untuk ditemukan jawabannya. Oleh karena itu,
metode penelitian kuantitatif berangkat dari teori.
2. Cara Menuliskan Landasan Teori
Dalam menuliskan landasan teori, terdapat beberapa hal yang perlu harus
diperhatikan terlebih dahulu, yaitu diantaranya sebagai berikut:
a.
Terdapat nama dari penemu teori
b.
Menuliskan tahun dan tempat
pertama kali
c.
Berikan uraian ilmiah teori
d.
Hubungkan teori-teori yang ada
dengan upaya penelitian guna mencapai tujuan atau target penelitian
Selain empat hal
tersebut di atas, dalam menyusun sebuah landasan teori terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti, beberapa diantaranya
adalah:
1)
Dalam penyusunan sebuah landasan
teori, sebaiknya seorang peneliti memakai panduan yang berhubungan dengan
berbagai permasalahan yang sedang diteliti dan juga panduan yang berisikan
hasil penelitian sebelumnya.
2)
Penulisan antar bab dan sub bab
yang lainnya harus tetap saling terhubung dengan jelas serta harus
memperhatikan aturan-aturan dari penulisan pustaka.
3)
Untuk memperoleh hasil penelitian
yang baik dan benar, studi pustaka harus memenuhi prinsip keterbaruan dan juga
harus berhubungan dengan masalah penelitian.
Jika menggunakan refrensi dengan beberapa edisi, maka yang harus
digunakan adalah edisi terbaru, sedangkan apabila refrensi sudah tidak
diterbitkan lagi maka refrensi yang dipakai adalah yang terakhir diterbitkan.
Untuk penggunaan jurnal sebagai bahan refrensi, maka pemabatasan tahun
penerbitan tidak berlaku.
1)
Semakin banyak sumber bacaan yang
dibaca maka akan membuat kualitas penelitian yang dilakukan semakin baik,
terlebih lagi sumber bacaan yang berasal dari teks book atau sumber lainnya
yang misalnya dari jurnal, koran, artikel atau majalah ilmiah, internet dan
yang lainnya.
2)
Teori yang ada dalam sebuah
penelitian bukanlah sebuah pendapat pribadi dari seseorang, keculali jika
pendapat tersebut sudah tertulis didalam buku
3)
Untuk penelitian korelasional,
pada bagian akhir dari kerangka teori telah disajikan model teori, model konsep
(jika diperlukan) dan juga model hipotesis pada sub bab tersendiri. Namun jika
untuk penelitian studi kasus, hanya cukup dengan menyusun sebuah model teori
dan juga memberi keterangannya.
Model teori yang dimaksudkan di atas adalah sebuah kerangka pemikiran
dari seorang penulis didalam suatu penelitian yang dilakukan olehnya. Kerangka
tersebut bisa berupa kerangka ahli yang sudah ada, ataupun kerangka yang
berdasarkan dengan teori pendukung yang ada.
Landasan teori umumnya berfungsi untuk meringkas dan juga menyusun
pengetahuan yang ada di dalam suatu bidang tertentu. Landasan teori harus ada
dalam sebuah penelitian sebab landasan teori kerap dijadikan sebagai acuan atau
pedoman ketika hendak melakukan suatu penelitian didalam sebuah karya tulis.
Landasan teori dianggap sangat penting karena memberikan konsep-konsep yang
sudah relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan serta dapat membantu
dalam memberikan makna terhadap sebuah data yang ada.
3. Tingkatan dan Fokus Teori
a. Tingkatan Teori
Terdapat tiga
tingkatan teori menurut Neuman, 2003 (dalam Sugiyono, 2011) yaitu ada tingkatan
mikro, meso dan macro. Teori tingkatan mikro adalah sedikit ruang waktu, tempat
atau urutan orang-orang. Konsep tersebut pada umumnya bukan abstrak. Kedua
yaitu teori tingkatan meso, dimana teori ini mengukur suatu teori yang mencoba
untuk menghubungkan tingkatan mikro dan makro pada suatu tingkatan dasar. Teori
yang ketiga adalah teroi tingkatan makro, dimana teori ini merupakan perhatian
operasi yang lebih besar dari jumlah keseluruhan seperti sistem kultur dan
gerakan sosial.
b. Fokus Teori
Menurut Neuman, 2003 (dalam Sugiyono, 2011) juga membedakan fokus teori
menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan middle range
teori. Subtantif teori dikembangkan
untuk suatu keprihatinan sosial seperti hubungan RAS. Formal teori dikembangkan
untuk suatu konsep yang luas dalam teori umum. Middle range teori
merupakan teori penyamarataan empiris atau hipotesis spesifik. Teori ini
digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data.
4. Kerangka Berpikir
Kerangka
berpikir adalah sebuah model atau gambaran yang berupa konsep yang didalamnya
menjelaskan tentang hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Sebaiknya kerangka
berpikir dibuat dalam bentuk diagram atau skema, dengan tujuan untuk
mempermudah memahami beberapa variabel data yang akan dipelajari pada tahap
selanjutnya. Kerangka berpikir dapat dikatakan sebagai rumusan-rumusan masalah
yang sudah dibuat berdasarkan dengan proses deduktif dalam rangka menghasilkan
beberapa konsep dan juga proposisi yang digunakan untuk memudahkan seorang
peneliti merumuskan hipotesis penelitiannya.
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 dalam
(Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. erangka berfikir yang baik
akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti.
Secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan
dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka
juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian.
Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk
paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma
penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010)
a. Ciri Kerangka Berpikir:
Perlu
diketahu beberapa ciri-ciri dari kerangka berpikir, seperti yang dapat dilhat
di bawah ini:
1)
Dapat dikatakan sebagai pemikiran
dari susunan instruksi logika yang sudah diatur dalam rangka menjelaskan
variabel yang diteliti.
2)
Kerangka dibuat untuk menjelaskan
instruksi dari aliran logika secara sistemastis.
3)
Ditujukan untuk memperjelas
variabel data yang sedang diteliti sehingga pengukurannya dapat dirinci secara
relevan.
4)
Dalam kerangka berpikir harus
menerangkan: mengapa penelitian ini dilakukan, bagaimana proses penelitian ini
dilakukan, apa yang akan diperoleh melalui penelitian tersebut, dan untuk apa
hasil penelitian tersebut jika sudah diperoleh.
b. Kerangka
Berpikir Hendaknya Memenuhi Kriteria Berikut Ini:
1)
Teori yang digunakan untuk
berargumentasi sebaiknya yang sudah dikuasai sepenuhnya serta mengikuti
perkembangan teori yang terkini.
2)
Analisis filsafat dari teori-teori
keilmuan yang diarahkan pada cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan
tersebut harus disebutkan secara tersurat semua asumsi, prinsip yang
mendasarinya.
Kerangka
berfikir sangat diperlukan dalam proses pembuatan penelitian ilmiah, baik
skripsi, Tasis, karya tulis ataupun dalam pembuatan tugas akhir. Kerangka
berpikir menjadi panduan dalam penyelesaian dari awal hingga akhir.
c. Langkah-langkah Penyusunan Kerangka Berpikir
Sebelum membahas
lebih jauh mengenai kerangka berpikir, ada baiknya jika kita terlebih dahulu
memahami bagaimana cara membuat skema dari kerangka berpikir ini, berikut
langkah-langkahnya:
1) Menentukan
sebuah variabel yang lebih detail
Langkah pertama yang
harus dilakukan oleh seorang peneliti adalah menetapkan sebuah variabel data
yang lebih rinci. Apabila seorang peneliti ingin mendapatkan berbagai macam teori
yang nantinya akan dicari untuk mendukung terbentuknya kerangka berpikir yang
lebih jelas. Maka dari itu seorang peneliti harus menentukan variabel data
terlebih dahulu. Berikut beberapa cara untuk menentukan variabel data yang
lebih detail, yaitu:
a) Perhatikan terlebih dahulu judul yang kalian buat
b) Tentukan variabel-variabel data dari judul tersebut
c) Lalu tuliskan semua variabel data yang sudah kamu tentukan
2)
Membaca buku-buku hasil penelitian
Apabila hal yang
pertama sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti harus membaca
buku-buku dari hasil penelitian yang relevan. Buku yang dimaksud disini dapat
berupa ensiklopedia, kamus, atau buku teks yang lainnya. Sedangkan untuk mempelajari
tentang hasil penelitian yang dibaca dapat meiputi jurnal ilmiah, laporan
penelitian, tesis, skripsi maupun disertasi.
3)
Deskripsikan teori dan hasil penelitian
Sugiyono
(2010)
mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai
dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan
hipotesis. Krangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan. Jika
membaca buku-buku dari hasil penelitian sudah dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah peneliti dapat mengungkapkan teori-teori yang berhubungan
dengan variabel data yang akan diteliti.
4)
Menganalisis teori dan juga hasil penelitian secara kritis
Tahap
keempat yang harus dilakukan adalah menganalisis teori serta hasil penelitian
secara kritis. Namun dalam proses menganalisis, seorang peneliti dapat mengkaji
teori yang sudah ditetapkan sesuai dengan objek penelitian tersebut atau tidak.
Karena seringkali terdapat teori yang berasal dari luar negeri yang tidak
sesuai dengan penelitian yang terdapat di dalam negeri.
5)
Menganalisis komparatif tentang teori dan hasil penelitian
Pada tahap yang kelima ini, peneliti harus melakukan sebuah analisa serta
perbandingan dengan cara membandingkan teori yang satu dengan yang lainnya.
Seseorang peneliti dapat menggabungkan teori yang satu dengan yang lainnya
ataupun dengan cara mereduksi jika hasil analisis tersebut dipandang terlalu
luas.
6)
Sintesa kesimpulan
Setelah melakukan
beberapa tahap di atas, selanjutnya yang harus dilakukan adalah peneliti dapat
melakukan sebuah sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan antar variabel
akan menghasilkan beberapa kerangka berpikir yang kemudian dapat digunakan
untuk merumuskan sebuah hipotesis. Kiteria
utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah
alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang
membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang
telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan
tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga
menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang
hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis
(Sugiyono, 2010).
7)
Kerangka berpikir
Apabila
sintesa kesimpulan tersebut sudah dilakukan, maka tahap yang terakhir adalah
peneliti sudah dapat menyusun skema dari kerangka berpikir, terdapat dua macam
kerangka berpikir yaitu kerangka asosiatif atau komparatif. Kerangka berfikir
asosiatif dapat menggunakan kalimat.
8) Hipotesis
Setelah kerangka berpikir selanjutnya disusunlah
hipotesis.
d. Macam-macam Kerangka Berpikir
Ketika ingin menuliskan kerangka berpikir terdapat
tiga jenis dari kerangka ini yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut:
1) Kerangka teoritis
Kerangka teoritis merupakan salah satu jenis kerangka
yang didalamnya menegaskan tentang teori yang dijadikan sebagai landasan serta
digunakan untuk menjelaskan fenomena yang sedang diteliti.
2)
Kerangka operasional
Kerangka operasional
adalah sebuah kerangka yang didalamnya menjelaskan tentang variabel yang
diperoleh dari konsep-konsep yang sudah dipilih dan juga menunjukkan adanya
hubungan antara variabel data tersebut serta menjelaskan hal apa saja yang bisa
dijadikan sebagai indikator yang digunakan untuk mengukur variabel yang
berhubungan.
3)
Kerangka konseptual
Kerangka konseptual
adalah sebuah kerangka yang didalamnya menjelaskan konsep yang terdapat pada
asumsi teoritis, yang kemudian digunakan untuk mengistilahkan unsur yang
terdapat dalam objek yang akan diteliti serta menunjukkan adanya hubungan
antara konsep tersebut.
Kerangka berfikir
dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut
berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah
variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999, dalam
Sugiyono, 2010). Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih,
biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh
karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan
maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.
C. Jenis Variabel Penelitian
Dalam penelitian,
selain mendefinisiskan masalah dalam penelitian, hal berikutnya yang sangat
penting dalam menjaga sistematika dan menjaga agar penelitian tetap berada di
rel yang tepat adalah menentukan variabel penelitian yang kemudian akan di break down menjadi indikator-indikator
dalam instrumen penelitian. Variabel menunjukkan suatu arti yang dapat
membedakan antara suatu dengan yang lain dan dapat diukur (Kountour, 2005).
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2003).
Dalam melakukan
penelitian tentunya harus ada objek yang diteliti. Objek penelitian dapat
berupa orang, benda, transaksi, atau kejadian. Selanjutnya, sekumpulan objek
yang dipelajari tadi dinamakan populasi.
Dalam mempelajari populasi, peneliti berfokus pada satu atau lebih karakteristik atau sifat dari objek. Karakteristik semacam itu disebut sebagai variabel. Nama variabel sesungguhnya
berasal dari fakta bahwa karakteristik tertentu bisa bervariasi diantara objek
dalam suatu populasi. Misalnya berat badan dapat dikatakan variabel, karena
berat badan merupakan karakteristik dari orang yang menjadi objek penelitian. Nilai
atau ukuran berat badan sekelompok orang bervariasi antara satu orang dengan
yang lainnya. Demikian juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai
variabel karena persepsi dari sekelompok orang tertentu bervariasi. Jadi kalau
peneliti akan memilih varaibel penelitian, baik yang dimiliki orang, maupun
bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya.
Variabel adalah istilah
yang digunakan untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu karakteristik atau
ciri, yang menggambarkan suatu nilai atau suatu gugus nilai. Variabel tersebut sering diberi lambang X, Y
dan Z. Karakteristik tersebut bervariasi
sehingga disebut Variabel, Chance
Variabel, Random Variabel.
Variabel terbagai dua golongan, variabel kuantitatif dan
kualitatif. Variabel kuantitatif adalah penggambaran karakteristik yang
dinyatakan dengan data yang
diperoleh melalui pengukuran. Sedangkan variabel kualitatif adalah
penggambaran karakteristik yang dinyatakan dengan data yang diperoleh melalui
pengamatan yang dikatagorikan oleh pengamat, tidak dihasilkan oleh pungukuran.
Selanjutnya variabel
kuantitatif berifat kontinu
dan diksret. Variabel kontinu adalah
variabel yang secara teoritis dapat bernilai sembarang bilangan baik pecahan
maupun bilangan bulat. Contoh tinggi
badan, tinggi pohon, dan hasil panen.
Sedangkan variabel diskret atau diskontinu adalah variabel yang memiliki
nilai bulat, contohnya jumlah keluarga.
Pentingnya mengenali
variabel dalam penelitian adalah, untuk:
1. Menemukan fokus kajian agar peneliti tetap konsisten pada tujuan dan
fokus penelitian,
2. Untuk menemukan keterkaitan logis dengan variabel lain berdasarkan
teori dan paradigma ilmu yang mendasarinya, dan
3. Merumuskan indikator, dimensi, dan pilihan instrumen keilmuan yang akan
digunakan dala penelitian beserta turunannya.
Variabel perlu
diidentifikasikan, diklasifikasikan dan didefinisikan secara operasional dengan
jelas dan tegas oleh peneliti. Bisa jadi pengoperasionalannya berbeda antara
peneliti satu dengan lainnya, karena selain tujuan penelitian berbeda,
karakteristik data yang dihadapi juga berlainan. Dari hal itu maka dapat
disimpulkan bahwa satu variabel yang digunakan oleh beberapa peneliti, bisa
memiliki pemahaman operasional yang berbeda tergantung maksud dan tujuan yang
ingin dicapainya.
Menurut hubungan antara
satu variabel dengan variabel yang lain maka macam- macam variabel dalam
penelitian dapat dibedakan menjadi:
1. Variabel Independent. Variabel ini sering di sebut sebagai variabel
stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel
bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
X |
|
Y |
|
Misal:
•
Pengaruh disiplin (X) terhadap
kinerja petugas pelayanan restoran (Y).
•
Pemberian insentif (X)
mempengaruhi prestasi kerja (Y).
2. Variabel Dependen. Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel
output kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variable terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variable bebas.
|
X |
|
Y |
|
Misal:
•
Model pelayanan (X) mempengaruhi
kreativitas (Y).
•
Pendidikan dan pelatihan (X)
mempengaruhi kompetensi (Y).
3. Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
|
|
|
X |
|
Y |
|
M |
|
Misal:
•
Model pelayana (X) memengaruhi
kreativitas (Y), akan diperkuat dan diperlemah oleh fasilitas yang ada atau durasi waktu (M).
•
Pendidikan dan pelatihan (X)
memengaruhi kompetensi seseorang (Y), akan diperkuat dan diperlemah oleh kebijakan pimpinan (M).
4. Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel indenpenden dengan dependen menjadi hubungan yang
tidak langsung dan dapat diamati dan diukur.
X |
|
I |
|
Y |
|
Misal:
•
Model pelayanan (X) memengaruhi kreativitas pimpinan (I), dan
kreativitas pimpinan memengaruhi kreativitas karyawan (Y), akan diperkuat dan
diperlemah oleh fasilitas kerja yang ada.
•
Pendidikan dan pelatihan (X)
memengaruhi keterampilan kerja (I), dan keterampilan memengaruhi kompetensi
(Y).
5. Variabel Kontrol yaitu variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel indenpenden terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang diteliti. Variabel kontrol sering dipergunakan peneliti, bila
akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Misal, pada kasus Model
pelayanan (X) memengaruhi kreativitas karyawan (Y). Peneliti menetapkan
variabel pengalaman, atau jenis kelamin karyawan. Artinya kepengaruhan X
terhadap Y berbeda tidak pada kelompok pengalaman dan jenis kelamin yang
berbeda? Demikian pula pada contoh kasus, pendidikan dan pelatihan (X)
memengaruhi kompetensi seseorang (Y). Peneliti menetapkan variabel lamanya
diklat, atau jenis tugas. Artinya kepengaruhan X terhadap Y berbeda tidak pada
kelompok lamanya diklat dan jenis tugas yang berbeda.
Masalah yang sering
muncul adalah bagaimana menggolongkan apakah sebuah variabel menjadi variabel
intervering atau variable moderating.
D. Skala Penelitian
Penentuan skala dalam
penelitian adalah untuk mengetahui ciri-ciri atau karateristik sesuatu hal
berdasarkan suatu ukuran tertentu sehingga dapat dibedakan golongan dan urutan
atau karateristik suatu objek penelitian. Dikenal empat macam ukuran yang dapat
digunakan dalam mengukur sebuah variabel. Keempat ukuran yang ditujukan kepada
variabel adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio.
Skala nominal adalah
bentuk pengukuran yang sangat simple karena hanya semata-mata membedakan
kategori satu dengan yang lain, tanpa ada perbedaan strakta antara kategori.
Sebagai contoh pada variable jenis kelamin,
1. Laki – laki
2. Perempuan
Walaupun secara nilai 2 lebih
besar dari pada 1, tetapi tidak ada perbedaan strakta antara 2 dan 1, hal ini
karena 2 dan 1 hanya menunjukkan kategori.
Skala Ordinal, hampir sama
dengan skala nominal, skala ordinal juga membedakan antara satu ketegori dengan
kategori yang lain, hanya saja sudah terdapat perbedaan strakta perkategori,
tetapi jarak antara tingkatan bias jadi tidak sama. Sebagai contoh menilai
kualitas pembelajaran,
1. Buruk
2. Kurang Baik
3. Cukup
4. Baik
5. Sangat Baik
Dikatakan terdapat strakta
antara kategori sebagai contoh antara 1 (buruk) dan 2 (kurang baik) hingga 5
(sangat baik), tetapi perbedaan “rasa” antara sangat baik dan baik, atau baik dan
cukup, atau cukup dan kurang baik tidak dapat didefinisikan secara tepat dan
setiap orang mungkin saja memiliki “rasa” yang berbeda.
Skala interval memiliki
ciri-ciri yang sama dengan skala ordinal, hanya saja skala interval, jarak
antara kategori dapat diukur secara jelas dan setiap orang memiliki persepsi
yang sama. Sebagai contoh dalam sebuah ujian terdapat 10 soal, jika si A
menjawab salah sebanyak 2 maka nilai yang didapat A adalah 8, sedangkan si B
menjawab salah sebanyak 6, maka nilai yang didapat B adalah 4. Dalam hal ini
terdapat jarak yang jelas antara nilai.
Skala rasio merupakan skala
pengukuran tertinggi. Pada skala pengukuran ini ditentukan nilai nol sejati dan
jarak interval harus sama. Perbandingan (rasio) dapat dilakukan terhadap dua nilai
tertentu. Contohnya adalah, penggaris dengan satuan cm atau inci, kita dapat
mengatakan bahwa penggaris panjang 60cm adalah dua kali lipat dari penggaris
dengan panjang 30 cm.
Tabel
1 Perbandingan sifat skala
Sifat |
Nominal
|
Ordinal |
Interval |
Rasio |
Membedakan (=,=) |
YA |
YA |
YA |
YA |
Urutan (<,>) |
- |
YA |
YA |
YA |
Jarak (+,-) |
- |
- |
YA |
YA |
Nol Mutlak (x,: ) |
- |
- |
- |
YA |
Sumber : Rangkuti, 2015
Pengukuran data dapat dilakukan dalam berbagai
cara, antara lain melalui pembuatan skala pengukuran. Dalam pembuatan skala,
asumsi yang digunakan adalah sesuatu berada dalam keadaan kontinyu, misalnya sesuatu memiliki keadaan baik,
kurang baik, tidak baik dsb. Begitu juga
dalam hal pendapat, maka dapat digambarkan dalam keadan setuju, kurang setuju
dan tidak setuju.
Dalam
membuat skala pengukuran dilakukan pada items. Dan items
yang diukur biasanya berasal dari sampel, dari sampel ini ingin ditarik
kesimpulan terhadap sebuah populasi, oleh karena itu sampel harus betul-betul
mewakili populasi.
Skala
harus memiliki validitas, yaitu skala tersebut harus benar-benar mengukur apa
yang dikehendaki untuk diukur. Disamping
itu harus memiliki reliabilitas, artinya skala harus menghasilkan ukuran serupa
jika digunakan pada sampel yang sama lainnya.
Dalam membuat skala, pertama-tama tentukan
variabelnya, kalau masih memungkinkan daat dibuat sub variabel, kemudian
disusun items-itemsnya beserta indikator-indikatornya.
Metode penggunaan skala
dipergunakan apabila seluruh skala-skala tersebut diatas ingin digabungkan
untuk mendapatkan variable baru. Untuk itu digunakan teknik skala Likert,
Guttman, Thurstone, Skala
jarak sosial, Skala penilaian (rating scale), Skala membuat ranking, Skala konsistensi internal.
Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sesuatu yang jelas baik dan jelas buruk. Skor respon responden dijumlahkan dan jumlah
ini merupakan total skor dan total skor inilah ditafsirkan sebagai posisi
responden dalam Skala Likert. Skala
Likert menggunakan ukuran ordinal, karenanya hanya dapat membuat ranking.
Prosedur Penyusunan Skala Likert adalah sebagai berikut:
1) Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, yang relevan dengn
masalah yang sedang diteliti yang terdiri dari item yang cukup terang disukai
dan yang cukup terang tidak disukai.
2) Kemudian item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang
cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti
3) Responden di atas diminta untuk mencek tiap item apakah ia membenarkan
atau menyetujuinya (+) atau tidak membenarkannya atau menyenaginya atau
menyetujuinya (-). Respon dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi
menyenangi diberi skor tertinggi, tidak ada masalah msalnya untuk memberikan
angka lima untuk skor tertinggi dan 1 skor terendah, yang paling penting
konsistensi arah sikpa yangdiperlihatkan.
4) Total skor dari masing-msing individu
adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut.
5) Respon responden dianalisis untuk
mengetahu item-item mana yang sangat nyata antara batsan antara skor tertinggi
dan skorvv terendah dalam skala total.
Setiap pertanyan
akan diberi skala pengukuran Likert, dengan lima skala pengukuran. Skala pengukuran
tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Sangat Setuju (SS),
2)
Setuju (S),
3)
Ragu-ragu (R)
4)
Tidak Setuju (TS)
5)
Sangat Tidak Setuju (STS) .
Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable
(negatif).
Skala Guttman adalah
skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya
atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positf atau negatif, dan
lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi
(dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap
suatu permasalahan yang di tanyakan. Sebagai contoh penelitian terkait kualitas
layanan sebuah destinasi wisata.
Pertanyaan : Ragunan
memberikan layanan yang baik
a. Setuju b. Tidak Setuju
Skala Thurstone
adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval.
Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai
yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50)
pernyataan yang relevan dengan variabel yang hendak diukur kemudian sejumlah
ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk
yang hendak diukur. Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah
seperti data berikut:
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan
sangat tidak relevan, sedangkan nilai 10 menyatakan sangat relevan.
Tabel
2 Contoh Model Thurstone
Petanyaan |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
Minat terhadap
mata kuliah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
eksakta |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kualitas Dosen
pengajar sangat respesentatif |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kurikulum yang
ditetapkan cukup berkualitas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Skala semnatik diferensial yaitu skala untuk mengukur
sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak
dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negative terletak dibagian kiri
garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala
semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan
untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
Contoh: Penggunaan skala Semantik Diferensial
mengenai kualitas salesman
Pertanyaan:
Kemampuan berbicara salesman
Berkualitas 7 6 5 4
3 2
1 Tidak Berkualitas
Pemahaman terhadap produk
Berkualitas 7 6 5 4
3 2 1
Tidak Berkualitas
Kemampuan dalam mengelola
data base
Berkualitas 7 6
5 4 3 2 1
Tidak Berkualitas
SOAL LATIHAN BAB IV
1.
Jelaskan dengan kalimat Anda apa
yang dimaksud dengan konseptual paper
2.
Apakah yang maksud dengan variabel
penelitian
3.
Sebuatkan dan jelaskan macam-macam
variabel penelitian
4.
Sebutkan dan jelaskan perbedaan
antara skala likert dan skala guttman
BAB V
HIPOTESIS, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
A. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atau jawaban
sementara dari permasalahan
yang telah dirumuskan dalam penelitiam dimana diperlukan data dan
interpretasi data untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut. Oleh karena itu perumusan hipotesis sangat tergantung pada perumusan masalahnya. Maka
untuk menyusun hipotesis disamping dilahirkan untuk menjawab permasalahan, juga
dibangun dengan kerangka teoritis yang dituangkan dalam kerangka pemikiran dan
tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka
bertujuan untuk meninjau teori yang relevan dan hasil penelitian orang lain,
sedangkan Kerangka pemikiran adalah teori yang dapat digunakan untuk membedah
atau menjelaskan hipotesis yang disusun. Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis,
seorang peneliti dapat dengan sengaja menciptakan suatu gejala, yakni melalui
percobaan atau penelitian. Jika sebuah hipotesis telah teruji kebenarannya,
maka hipotesis akan disebut teori.
Hipotesis diperlukan dalam
penelitian yang sifatnya membutuhkan verifikasi, dimana hipotesis merupakan
serangkaian kegiatan dalam metode ilmiah, khsusunya dalam rangkaian Perumusan
masalah-hipotesis-data-analisis data-kesimpulan. Jika penelitiannya bersifat eksploratif dan
deskriftif, maka hipotesis tidak diperlukan.
Penelitian eksploratif dan deskriftif merupakan
penelitian pendahuluan, sebelum penelitian yang mendalam dilakukan, oleh
karenanya tidak memerlukan hipotesis.
Dalam struktur penelitian biasanya digunakan penelitian pendekatan
pemecahan masalah.
Dalam penelitian ada dua jenis hipotesis yang
seringkali harus dibuat oleh peneliti, yakni hipotesis penelitian dan hipotesis
statistik. Pengujian hipotesis penelitian merujuk pada menguji apakah hipotesis
tersebut betul-betul terjadi pada sampel yang diteliti atau tidak. Jika apa
yang ada dalam hipotesis benar-benar terjadi, maka hipotesis penelitian
terbukti, begitu pun sebaliknya. Sementara itu, pengujian hipotesis statistik
berarti menguji apakah hipotesis penelitian yang telah terbukti atau tidak
terbukti berdasarkan data sampel tersebut dapat diberlakukan pada populasi atau
tidak.
Terdapat beberapa karakteristik hipotesis yang
baik yaitu konsisten dengan penelitian sebelumnya, merupakan penjelasan yang
masuk akal, pemikiran yang tepat dan terikur, dan dapat diuji. Terdapat tiga
macam hipotesis dalam penelitian, yakni hipotesis deskriptif, hipotesis
komparatif, dan hipotesis asosiatif. Masing-masing dari hipotesis ini dapat
digunakan sesuai dengan bentuk variabel penelitian yang digunakan.
1. Hipotesis
Deskriptif.
Hipotesis deskripsif dapat didefinisikan
sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang
berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah
kualitas makanan di restoran X cukup baik.
Maka
peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti X cukup baik?
Dalam
penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yakni kualitas
makanan di restoran X, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis
deskriptif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai
dengan dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho =
Kualitas makanan di restoran X cukup baik
Atau
Ha :
Kualitas makanan di restoran X kurang baik
2. Hipotesis
Komparatif.
Hipotesis komparatif dapat didefinisikan
sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana
sikap loyal antara pendukung club sepakbola X jika dibandingkan dengan sikap
loyal pendukung club sepakbola Y. Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas
yang sama ataukah berbeda. Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti
berikut: Apakah pendukung club sepakbola X dan Y memiliki tingkat loyalitas
yang sama?. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai
dengan dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Pendukung club X memiliki tingkat loyalitas
yang sama dengan pendukung club Y Atau
Ha: Pendukung club X memiliki tingkat loyalitas
yang tidak sama (berbeda) dengan pendukung club Y
3. Hipotesis Asosisatif.
Hipotesis
asosiatif dapat didefinisikan sebagai dugaan/jawaban sementara terhadap rumusan
masalah yang mempertanyakan hubungan (asosiasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh:
Seorang
peneliti ingin mengetahui apakah gaya hidup selebity memengaruhi gaya
masyarakat dalam berpakaian. Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti
berikut: Apakah gaya hidup selebity memengaruhi gaya masyarakat dalam
berpakaian?,
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan
adalah variabel jamak. Variabel pertama adalah gaya hidup selebrity dan
variabel kedua adalah gaya berpakaian masyarakat. Karena rumusan masalah
mempertanyakan perihal hubungan antara dua variabel, maka hipotesis yang
digunakan adalah hipotesis asosiatif.
Ho = Gaya hidup selebrity berpengaruh terhadap
gaya berpakaian masyarakat
Ha =.Gaya hidup selebrity tidak berpengaruh terhadap
gaya paiakan masyarakat.
B. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis keterangan sementara dari hubungan beberapa
fenomena yang komplek. Menurut Trelease
(1960) hipotesis adalah keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat
diamati. Menurut Good dan Scates (1954) hipotesis adalah sebuah taksiran atau
referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan
fakta-fakta yang diamati atau kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan
sebagai petunjuk untuk langkah penelitian selanjutnya.
1. Kegunaan hipotesis
a.
Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan
penelitian dan kerja penelitian
b.
Mensiagakan penelitian kepada kondisi fakta dan
hubungan antar fakta
c.
Alat untuk menfokuskan fakta
d.
Sebagai Panduan dalam pengujian serta
penyesuaian dengan fakta dan antar fakta
2. Ciri hipotesis yang baik
a.
Hipotesis Harus
menyatakan hubungan
b.
Hipotesis Harus sesuai
dengan fakta
c.
Hipotesis Harus
berhubungan dengan ilmu pengetahuan
d.
Hipotesis Harus dapat diuji
e.
Hipotesis Harus sederhana
f.
Hipotesis Harus menerangkan fakta
3. Jenis-jenis hipotesis
a. Hiptesis tentang perbedaan dan hubungan
Hipotesis ini adalah pernyataan sementara tentang
fenomena dan fakta bahwa terdapat
hubungan atau perbedaan antar variabel.
Hipotesis hubungan dua variabel atau lebih
sering menjadi dasar teknik korelasi ataupun regresi. Sebaliknya hipotesis
perbedaan menyatakan adanya ketidak samaan sering menjadi dasar analisis
komparasi atau perbandingan.
b. Hipotesis kerja dan Hipoteis nol
Hipotesis
null adalah hipotesis yang direncanakan untuk ditolak sesudah pengujian. Dalam
hipoteis nol selalu dinyatakan dalam pernyataan
………. Tidak ada beda ………..antara …………
dengan…………..
……………..tidak mem………….
Dengan
menolak hipoteis null, maka diterima hipoteis alternatif.
Sedangkan
hipotesis kerja biasnya didisain
sebagai hipoteis untuk diterima, umumnya
dirumuskan dalam pernyataan
Jika……., maka………….
c. Hipotesis tentang
idel dan Common sense
Hipotesis
common sense (akal sehat) biasanya
menyatakan hubungan pada tataran pemikiran umum, misalnya orang semua memiliki
pemikiran yang sama bahwa kalau modal
meningkat maka volume usaha pun akan meningkat.
d. Hipoteis ideal
Adalah
hubungan yang kompleks dari berbagai variabel.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis dari
keseragaman pengalaman empiris.
Contoh merumusakan masalah pengujian dan penarikan
kesimpulan
Masalah |
Apakah volume penjualan bisa ditingkatkan
melalui iklan ? |
Hipotesis
Nol (Ho) |
Volume penjualan tidak dipengaruhi oleh iklan |
Hipotesis
Alternatif (Ha) |
Volume penjualan dipengaruhi oleh iklan |
Proses Menguji
Hipoteis |
a. Peneliti mengumpulkan data tentang kegiatan
pengiklanan suatu produk, termasuk biaya, frekwensi, media pengiklanan b. Peneliti mengolah data waktu tayangan iklan,
frekwensi, biaya dan volume penjualan c. Peneliti menguji validitas data, normalitas
data d. Peneliti menguji korelasi antara biaya iklan,
atau frekwensi atau waktu tayangan iklan dengan volume penjualan |
Pengujian Hipotesis |
Ho : β = 0 Ha:
β ≠ 0 |
Kesimpulan |
Melalui
pengujian hipotesis, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa volume penjualan
dipengaruhi oleh iklan atau tidak |
C. Pengajuan Hipotesa
Tujuan dari penelitian
adalah menelaah hubungan sistematis antara variabel-variabel. Hubungan ini
biasanya disajikan dalam bentuk hipotesis yang merupakan suatu unsur penelitian
yang amat penting. Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga
dalam suatu penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka
berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan
hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif sering tidak
perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010).
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Hipotesis seringkali dikatakan hasil penelitian sementara, karena
jawaban yang diberikan hanya berdasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum sebagai jawaban yang empirik (Sugiyono, 2010).
Pengertian hipotesis
perlu dibedakan antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengertian
dari hipotesis penelitian seperti yang telah dijelaskan diatas. Hipotesis
statistik akan ada jika penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak
menggunakan sampel maka tidak akan ada hipotesis statistik. Terdapat dua macam
hipotesis penelitian, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja
merupakan kalimat positif dan hipotesis nol merupakan kalimat negatif. Dalam
statistik juga terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja dan
hipotesis alternatif. Pada kegiatan penelitian yang diuji terlebih dahulu
adalah hipotesis penelitian terutama hipotesis kerjanya. Jika penelitian akan
membuktikan hasil pengujian hipotesis itu signifikan atau tidak, maka akan
diperlukan adanya hipotesis statistik.
Proses pembentukan
hipotesis merupakan sebuah proses penalaran yang melalui tahap-tahap tertentu.
Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan
dengan sadar, teliti dan terarah sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah
hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
1.
Fungsi Hipotesis
Hipotesis merupakan
elemen penting dalam suatu penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.
Ada tiga alasan yang mendukung fungsi hipotesis ini: a) hipotesis dapat dilihat
dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti, b)
hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan dengan kemungkinan benar atau tidak
benar, c) hipotesis adalah suatu alat yang besar dayanya untuk menunjukkan
benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang
menyusun dan mengujinya.
2.
Hipotesis dalam penelitian
Hipotesis dianggap
penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, namun tidak semua
penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu
penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dari rumusan masalah
atau tujuan penelitian akan tampak apakah penelitian tersebut menggunakan
hipotesis atau tidak. Misalnya seperti penelitian eksplorasi yang tujuannya
untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak
menggunakan hipotesis. Sama halnya dengan penelitian deskriptif, tidak perlu
menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau pengukuran secara
cermat tentang feomena yang diteliti. Adapun fungsi penting hipotesis di dalam
penelitian yaitu:
a. Untuk menguji teori
b. Mendorong munculnya teori
c. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian
d. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan
3.
Karakteristik
Hipotesis dapat diuji
jika hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Meskipun hipotesis telah
memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak akan
membingungkan prosedur penelitian dan juga sukar untuk diuji secara nyata.
Untuk dapat menyusun hipotesis yang baik dan benar, harus memiliki ciri-ciri
pokok, yaitu:
a. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan
masalah dan dinyatakan dalam proposisiproposisi. Maka dari itu hipotesis
dianggap sebagai jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan
atau yang searah dengan tujuan penelitian.
b. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, istilah yang benar dan secara
operasional. Untuk menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus
mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui
secara pasti variabel bebas dan variabel terikatnya.
c. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris
dan memberikan gambaran mengenai masalah yang diteliti.untuk hipotesis
deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran,
penggunaan suatu variabel atau fenomena yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang
mempunyai makna.
d. Hipotesis harus dapat diuji. Maka dari itu instrumen harus ada, karena
instrumen akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang akan
diteliti.lalu hipotesis dapat diuji dengan metode yang digunakan untuk
mengujinya. Evaluasi hipotesis bergantung pada metode-metode untuk mengujinya,
baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
e. Hipotesis harus spesifik. Artinya hipotesis harus bersifat spesifik
yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang
menunjuk pada kenyataan yang sebenarnya. Hipotesis akan menekankan hubungan
yang diharapkan di antara variabel.
f. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar variabel. Satu
hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara
variabel yang dibuat secara eksplisit.
4.
Tahapan-tahapan Pembentukan Hipotesis
Adapun
tahapan-tahapan pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:
a. Penentuan masalah
Dasar penalaran
ilmiah adalah banyaknya pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena suatu
keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum atau teori ilmu yang telah diketahui. Dalam proses penalaran
ilmiah, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
b. Hipotesis pendahuluan
Dugaan atau
anggapan sementara yang menjadi dasar poko dari penelitian. Tanpa hipotesa
pendahuluan, pengamatan tidak akan terarah.hipotesis pendahuluan bukan dianggap
sebagai hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang
hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya
dilaksanakan.
c. Pengumpulan fakta
Dalam penalaran
ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tidak terbatas, namun hanya dipilih
fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa sementara yang perumusannya didasarkan
pada ketelitian dan memilih fakta.
d. Pengujian hipotesa
Hipotesa
dicocokkan dengan keadaan yang dapat diamati atau secara ilmiah disebut
Verifikasi. Jika hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi.
Penyalahan akan terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa
tidak sesuai dengan hipotesa. Jika usaha tidak berhasil, maka hipotesa tidak
terbantah oleh fakta. Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi dapat disebut
sebagai teori.
e. Aplikasi/penerapan
Jika hipotesa
benar dan dapat dijadikan prediksi, dan prediksi tersebut harus terbukti cocok
dengan fakta lalu harus dapat dikolaborasikan dengan fakta.
Teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis statistik ini adalah statistik inferensial.
Statistik yang bekerja dengan data populasi adalah statistik deskriptif. Dalam
statistik, yang duji adalah hipotesis nol, karena peneliti tidak berharap ada
perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik dan parameter. Parameter
adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan statistik disini
adalah hal-hal yang dengan ukuran yang berkenaan dengan sampel.
Bentuk hipotesa
penelitian ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif dan hubungan.
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif,
yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Hipotesis komparatif merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini
variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu
terjadi pada waktu yang berbeda. Hipotesis hubungan adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesa yang baik
harus memenuhi dua kriteria yaitu (1) hipotesa harus menggambarkan hubungan
antara variabelvariabel,(2) hipotesa harus memberikan petunjuk bagaimana
pengujian hubungan tersebut. Hal tersebut berarti, variabel-variabel yang
dicantumkan dalam hipotesa harus dapat diukur dan arah hubungan antara
variabel-variabel tersebut harus jelas, (3) dinyatakan dalam kalimat yang
jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran, (4) dapat diuji dengan
data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah. Rumusan hipotesa seringkali
dimulai dengan suatu proposisi yang menunjukkan hubungan antara variabel dan
diikuti oleh pernyataan yang lebih spesifik tentang arah serta kuatnya hubungan
tersebut. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak
dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.
Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif.
D. Populasi,
Sampel Dan Ukuran Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Pendapat lain disampaikan oleh Arikunto (2007)
bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dan menurut Nursalam
(2003) populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti.
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan
kualitas ciri-ciri yang telah ditetapkan.
Kualitas ciri disebut variabel.
Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit.
Misalnya jumlah karyawan sebuah perusahaan.
Sebaliknya jumlah pelemparan mata dadu yang terus menerus merupakan
populasi infinit.
Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga
obyek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Keterangan populasi dapat dikumpulkan dengan dua cara. Pertama tiap populasi dihitung. Cara ini dinamakan sensus. Kedua perhitungan
dilakukan hanya pada bagian unit populasi saja, sebagai wakil dari populasi
yang dinamakan sampel.
Teknik ini dinamakan survei sampel (sample
survei) atau sample enumeration.
Seringkali dalam pelaksanaan penelitian
mengalami kendala dalam pelaksanaan penelitian, biasanya keterbatasan tersebut
terkait terbatasnya waktu pelaksaan, terbatasnya Sumber Daya Manusia untuk
mencari data dan keterbatasan financial untuk mensupport kegiatan oprasional.
Sehingga peneliti memilih untuk mereduksi objek penelitian (sample). Sampel
adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2010).
Mereduksi jumlah populasi maka akan menimbulkan
paling tidak dua pertanyaan. Pertama terkait jumlah atau ukuran sample dan
kedua terkait bagaimana teknik yang akan digunakan untuk menemukan atau
menentukan sample dalam jumlah tertentu tersebut.
Sebuah sampel adalah
bagian dari populasi. Survei sampel
adalah suatu prosedur dalam mana hanya bagian dari populasi kecil saja yang
diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki
dari populasi.
Dalam pengambilan
sampel umumnya didasarkan atas probabilitasnya atau sample probability. Sample probability adalah suatu sampel
yang ditarik sedemikian rupa dimana elemen individu dari populasi didasarkan
pada nilai kemungkinannya. Populasi atau sampel berkenaan dengan data bukan
dengan orangnya, misalnya jumlah
orang, luas sawah, jumlah kerbau, nilai mahasiswa.
Cara menghitung rumus besar sampel penelitian
suatu penelitian sangat ditentukan oleh desain penelitian yang digunakan dan
data yang diambil. Jenis penelitian observasional dengan menggunakan disain
cross-sectional akan berbeda dengan case-control study, demikian pula jika data
yang dikumpulkan adalah proporsi akan beda dengan jika data yang digunakan
adalah data continue.
Terdapat banyak rumus untuk menghitung besar
sampel minimal sebuah penelitian, sejumlah rumus yang paling sering
dipergunakan oleh para peneliti.
1. Gay dan
Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat Gay
dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil
maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran
sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
a.
Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka
sampel minimunya adalah 10% dari populasi
b.
Jika penelitianya korelasional, sampel
minimunya adalah 30 subjek
c.
Apabila penelitian kausal perbandingan,
sampelnya sebanyak 30 subjek per group
d.
Apabila penelitian eksperimental, sampel
minimumnya adalah 15 subjek per group
3. Tidak
jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga memberikan beberapa
panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu:
a. Ukuran
sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
penelitian
a. Jika
sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya),
ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
b. Dalam
penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel
sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
c. Untuk
penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat,
penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10
sampai dengan 20
4. Slovin
(1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula:
n = sampel; N = populasi; e =
nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan
tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan
adalah:
n = 125
/ 1+125(0,05)2
= 95,23, dibulatkan 95
5. Frankel
dan Wallen (1993: 92) menyarankan besar sampel minimum untuk :
a.
Penelitian deskriptif sebanyak 100
b.
Penelitian korelasional sebanyak 50
c.
Penelitian kausal-perbandingan sebanyak
30/group
d.
Penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per
group
6. Malhotra
(1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan
cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah variabel. Dengan
demikian jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya
adalah 5 x 20 = 100
D. Teknik
Sampling
Pengertian sampling atau metode pengambilan
sampel menurut penafsiran beberapa ahli.
Beberapa diantarnya adalah sebagai berikut;
1. Teknik
sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2010).
2. Teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
(Margono, 2004).
Tahapan Pengambilan Sampel diantaranya;
mendefinisikan populasi yang akan diamati, menentukan kerangka sampel dan
kumpulan semua peristiwa yang mungkin, menentukan teknik atau metode sampling
yang tepat, melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data) dan melakukan
pemeriksaan ulang pada proses sampling. Teknik sampling secara umum dibagi
menjadi probabilitas sampling dan non probabilitas sampling (sebagaimana
terlihat pada gambar 1)
Gambar 2 Klasifikasi teknik sampling
Probability sampling adalah metode pengambilan
sampel secara random atau acak. Dengan cara pengambilan sampel ini. Seluruh
anggota populasi diasumsikan memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih
menjadi sampel penelitian. Metode ini terbagi menjadi beberapa jenis yang lebih
spesifik, antara lain:
1. Pengambilan
Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling). Pengambilan sampel acak
sederhana disebut juga Simple Random Sampling. Teknik penarikan sampel
menggunakan cara ini memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota
populasi untuk menjadi sampel penelitian. Cara pengambilannya menggunakan nomor
undian.
2. Pengambilan
Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling). Metode pengambilan
sampel acak sistematis menggunakan interval dalam memilih sampel penelitian.
Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel dari 100 orang, maka jumlah
kelompok intervalnya 100/10=10. Selanjutnya responden dibagi ke dalam
masing-masing kelompok lalu diambil secara acak tiap kelompok.
3. Pengambilan
Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling). Metode Pengambilan
sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu. Misalnya
penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas, manajer tingkat
menengah dan manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari
masing-masing kelompok tersebut.
4. Pengambilan
Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling). Cluster Sampling
adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan sampel jenis ini
dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan metode Cluster Random
Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang
berbeda di dalam suatu instansi.
5. Teknik
Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)
6. Proses
pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat
dua, tiga atau lebih. Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW
– RT
Berbeda dengan metode probabilitas sampling,
non probabilitas sampling diartikan bahwa tidak semua populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi responden (sampel). Teknik dalam non
probalitas adalah sebagai berikut;
1.
Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah
teknik sampling yang cukup sering digunakan. Metode ini menggunakan kriteria
yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan
sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan
penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang
menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan
dari kelompok penelitian.
2.
Snowball Sampling. Snowball
Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau
korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk
mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus hingga seluruh
kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi. Metode pengambilan sampel Snowball
atau Bola salju ini sangat cocok untuk penelitian mengenai hal-hal yang
sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi
3.
Accidental Sampling. Pada
metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil
sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk
meneliti jenis kasus penyakit langka yang sampelnya sulit didapatkan. Tehnik
pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian yang bersifat
umum, misalnya tentang kepuasan wisatawan terhadap layan pada sebuah destinasi
wisata.
4.
Quota Sampling. Metode
pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Tehnik sampling ini
mengambil jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti.
Kelebihan metode ini yaitu praktis karena sampel penelitian sudah diketahui
sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu bias penelitian cukup tinggi jika
menggunakan metode ini. Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya
digunakan pada penelitian yang memiliki jumlah sampel terbatas.
5.
Teknik Sampel Jenuh. Teknik Sampling Jenuh
adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota populasi sebagai
sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.
SOAL LATIHAN BAB V
1. Apa yang
dimaksud denga hipotesis
2. Apa
perbedaan antara hipotesis deskriptif dan hipotesis komparatif
3. Jelaskan
bagaimana menyususn sebuah hipotesis
4. Jelaskan
bagiaman menarik sebuah hipotesis dari penelitian
5. Apa yang
dimaksud dengan populasi penelitian
6. Mengapa
seorang peneliti mereduksi objek penelitiannya
7. Apa yang
dimaksud dengan ukuran sampel dan sebutkan metodenya yang kalian ketahui
8. Apa
perbedaan antara proporsif dan non proporsif sampling
9. Keadaan
apa yang menjadi syarat bagi peneliti dapat menggunakan sampel jenuh pada
penelitiannya
10. Apa
perbedaan dari Stratified Random Sampling dan Cluster Sampling
11. Jelaskan
syarat bagaimana sehingga peneliti dapat menggunakan metode simple random
sampling
BAB VI
SKALA
PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN
A.
Skala Pengukuran
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen
untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualilitatif-naturalistk
peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen,
karena dalam penelitian kualitatif peneliti
merupakan key instruments, (Sugiyono, 2016).
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.
Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan
untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrumen yang digunakan
untuk penelitian juga lima. Instrumen-instrumen pemelitian sudah ada yang dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat
peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif
yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
Pengukuran merupakan suatu penetapan angka atau symbol
untuk nilai atau karakteristik objek yang diukur sesuai dengan aturan yang
telah ditentukan. Objek pengukuran yang konkrit atau dapat diukur secara nyata
adalah usia, jenis kelamin, tinggi badan, pendidikan, pendapatan, sedangkan
yang bersifat abstrak berupa loyalitas, kepribadian, kepuasan. Sedangkan skala merupakan ukuran kuantifikasi
yang diatur berdasarkan nilai atau besarannya, yang bertujuan untuk mewakili
atau representasi dari barang, orang atau kontinuitas. Ada 4 jenis skala
pengukuran yang akan dijabarkan berikut: Skala Nominal, Skala Ordinal, Skala
Interval, dan Skala Rasio.
1. Skala Nominal
Penggunaan
skala ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghitung peristiwa, obyek dan
subyek untuk diklasifikasikan dalam individu, produk, merek, perusahaan, atau
entitas lain dalam suatu kategori, sehingga sering disebut skala kategori.
Contohnya pemberian nomor registrasi masuk kampus, nomor kaus punggung. Skala
nominal dapat menggunakan angka, symbol maupun label. Skala ini melibatkan
perhitungan sederhana dan frekuensi kasus ke dalam beberapa kategori, sehingga
skala nominal akan digunakan dalam label sebuah kategori atau pengelompokan.
Beberpa kategori skala nominal adalah tidak spesifik menunjukkan suatu urutan
atau jarak serta dapat mengelompokkan beberap hal dalam suatu kategori kelompok
dengan pelabelan. Skala ini sangat umum digunakan dalam survey dan
penelitian.
Contoh
penggunaan skala nominal dalam survey. Pertanyaan yang menyatakan pernahkah
anda mengunjungi Papua? Maka jawaban “ya” akan ditulis “1” dan jawaban “tidak”
akan ditulis “2”. Penggunaan angka tersebut hanya bertujuan untuk identifikasi
yang akan ditindak lanjuti kemudian dalam perhitungan hasil survey. Lebih
lanjut, penggunaan nomor handphone juga menggunakan skala nominal karena setiap
nomor memiliki tujuan tertentu sehingga menghindari tujuan yang tidak valid.
Penggunaan skala nominal yang luas mampu mengklasifikasikan obyek secara mudah,
namun penggunaan skala nominal tidak memungkinkan adanya pengurutan (order),
dan metode statistik yang bisa dioperasikan terbatas.
2.
Skala Ordinal
Skala ordinal
digunakan secara spesifik untuk pemeringkatan dalam sebagian studi
penelitian. Skala ordinal dipakai untuk menentukan tingkat persepsi konsumen,
preferensi, kepuasan dan sebagainya. Sebagai contoh penelitian produk sampho
yang sesuai dengan kondisi kulit konsumen yang dibuat dalam skala ordinal, yang
dijabarkan sebagai berikut:
Merek Barang
Responden
I
Sun Silk
250
II
Clear
200
III
Pantine
150
Total
600
Merek Barang |
|
Responden |
|
I |
|
Sun Silk |
|
250 |
|
II |
|
Clear |
|
200 |
|
III |
|
Pantine |
|
150 |
|
Total |
|
|
600 |
|
Berdasarkan
tabel di atas dapat ditentukan Modus adalah peringkat I (produk Sun Silk) dan
Median berada pada peringkat ke II (produk Clear). Skala ordinal juga dapat
digunakan untuk mengatur berbagai kategori atau karakter secara berurutan dari
unit tertinggi sampai terendah, sehingga peneliti akan mengetahui urutan
preferensi, tetapi tidak ada informasi mengenai produk mana yang lebih disukai.
Beberapa uji statistic dapat diapalikasikan seperti modus, median, kuartil.
Namun, jika peneliti ingin mengetahui korelasi pesanan dengan peringkat data
maka penggunaan Koefisien Korelasi Ordinal Spearman perlu dilakukan bersamaan
dengan Koefisien Kecocokan Kendall.
3. Skala Interval
Skala interval lebih bermakna dibandingkan dengan skala nominal ataupun
ordinal, karena skala ini merupakan representasi yang sama dari obyek yang
diukur. Penggunaan skala ini memungkinkan peneliti mengetahui bagaimana
objek-objek yang diteliti berbeda ketika dibandingkan. Prinsip kesetaraan
interval memungkinkan persamaan dasar penyusunan unit dengan asumsi bahwa
intervalnya sama. Penggunaan skala interval atau ordinal memungkinkan peneliti
menjustifikasi rata-rata aritmatika sebagai ukuran karena memiliki dasar satuan
ukuran yang sama. Implikasi dari hal ini adalah
interpretasi tidak hanya dalam urutan skor tapi perbedaan diantara objek
yang diteliti. Contoh penggunaan skala interval adalah temperatur. Temperature
diukur baik pada derajat Celsius atau Fahrenheit. Tidak bisa dikatakan bahwa 50
° F adalah dua kali lebih panas dari 25 ° F karena suhu yang sesuai pada skala
Celcius adalah 10°C dan -3,9°C, yang tidak dalam rasio 2: 1.
4. Skala Rasio
Skala rasio merupakan skala internal yang bersifat khusus karena
memiliki titik nol yang bermakna. Skala rasio banyak digunakan dalam
perhitungan panjang, berat atau jarak. Penggunaan skala ini memungkinkan nilai
objek dapat dibandingkan dengan objek yang lain, seperti besar bola basket 10
kali dari besar bola kasti. Skala ini digunakan untuk mengukur variable factual
dari obyek dan dikatakan sebagai tingkat pengukuran tertinggi. Sifat dari skala
ini memiliki skala interval dengan titik asal tetap atau titik 0, dan
memungkinkan peneliti membandingkan tidak hanya nilai skor tetapi juga skala
relative. Contohnya perbedaan antara 10 menit dan 20 menit sama dengan
perbedaan antara 30 dan 40, dan 20 menit dua kali lebih lama dari 10 menit.
Hampir semua operasi statistic dapat dilakukan dalam skala rasio ini seperti
pengukuran tendensi pusat, rata-rata geometri dan sebagainya.
B. Macam-macam
Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan
kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang
ada dalam alat
ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengurun akan menghasilkan
data kuantitatif.
Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data
kuantitatifpanjang dengan
satuan mm, Sugiyono, 2016).
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram, berat besi 100 kg, suhu badan orang yang sehat 37° Celsius, IQ seseorang 150. Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk
penelitian Administrasi, Pendidikan dan Sosial antara lain adalah:
1.
Skala Likert
2.
Skala Guttman
3.
Skala Simantict Defferensial
4.
Rating Scale
5.
Skala Thurstone
Ke lima jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur.
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator
yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini
dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrurnen yang berupa
pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab
oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau
dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, antara lain:
Pernyataan Positif
Sangat Setuju =
5
Setuju = 4
Netral =
3
Tidak Setuju =
2
Sangat Tidak Setuju =
1
Sangat Baik =
5
Baik = 4
Cukup =
3
Tidak Baik =
2
Sangat Tidak Baik =
1
Sangat Puas |
= 5 |
|
|
|
|
|
Puas |
= 4 |
|
|
|
|
|
Cukup Puas |
= 3 |
|
|
|
|
|
Kurang Puas |
= 2 |
|
|
|
|
|
Tidak Puas |
= 1
|
|
|
|
|
Sangat Tinggi/Sangat Penting = 5 |
|
Tinggi/Penting |
= 4 |
Cukup Tinggi/Cukup Penting = 3 |
|
Rendah/Kurang Penting |
= 2 |
Rendah Sekali/Tidak Penting = 1 |
Pernyataan Negatif
Sangat Setuju |
(SS) |
= 1 |
|
Setuju |
(S) |
= 2 |
|
Netral |
(N) |
= 3 |
|
Tidak Setuju |
(TS) |
= 4 |
|
Sangat Tidak Setuju |
= 5 |
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
1) Sangat setuju/selalu/sangat positif/sangat baik diberi skor 5
2) Setuju/sering/positif/baik diberi skor 4
3)
Ragu-ragu/kadang-kadang/netral/cukup diberi skor 3
4)
Tidak setuju/jarang/negative/tidak baik diberi skor 2
5)
Sungat tidak setuju/tidak pemah/sangat negatif/
sangat tidak
baik diberi skor 1
lnstrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Contoh Praktis: Pernyataan bentuk Checklist
Berilah jawaban pernyataan dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan
pendapat saudara
|
|
ALTERNATIF |
||||
NO |
PERNYATAAN |
|
JAWABAN |
|||
|
|
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
|
|
SS |
S |
N |
TS |
STS |
1 |
Pedoman pembuatan struktur organisasi |
√ |
|
|
|
|
|
dewan sekolah telah disosialisasikan. |
|
|
|
|
|
2. |
Dinas Pendidikan telah memiliki data |
|
√ |
|
|
|
|
sejumlah sekolah yang telah memiliki |
|
|
|
|
|
|
struktur organisasi dewan sekolah. |
|
|
|
|
|
Keterangan:
Sangat Setuju (SS) = 5
Setuju (S) = 4
Netral (N) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
Dalam hubungan teknik pengumpulan data angket,
instrurnen tersebut misalnya disebarkan kepada 70 responden, kemudian
direkapitulasi. Dari data 70
responden, misalnya:
Menjawab 5 = 2
orang
Menjawab 4= 8 orang
Menjawab 3= 15 orang
Menjawab 2 = 25
orang
Menjawab 1 = 20
orang
Cara menghitung skor dalam penelitian:
Jumlah skor untuk. 2 orang menjawab 5 : 2 x 5 = 10
Jumlah skor untuk. 8 orang menjawab 4 : 8 x 4 = 32
Jumlah skor untuk 15 orang menjawab 3 : 15 x 3 = 45
Jumlah skor untuk. 25 orang menjawab 2 : 25 x 2 = 50
Jumlah skor untuk. 20 orang menjawab 1 : 20 x 1 = 20 +
Jumlah = 157
Jumlah skor ideal untuk item No.1 (skor
tertinggi) = 5 x 70 = 350 (SS)
Jumlah skor rendah = 1 x 70 = 70 (STS)
Berdasarkan data (item No.1) yang diperoleh dari 70 responden, maka
sosialisasi pedoman pembuatan struktur organisasi Dewan Sekolah terletak pada
daerah netral. Secara kontinum dapat dilihat seperti:
Jadi, berdasarkan data (item No.1) yang
diperoleh dari 70 responden, maka sosialisasi pedoman pembuatan struktur
organisasi Dewan Sekolah, yaitu: 157/350 x 100% = 44,86% tergolong cukup.
Persentase kelompok responden untuk. item No.1 dapat dilihat seperti:
Keterangan: Kriteria Interpretasi Skor
Angka 0% - 20% = Sangat Lemah
Angka 21 % - 40% = Lemah
Angka 41% - 60% = Cukup
Angka 61 % - 80% = Kuat
Angka 81% - 100% = Sangat Kuat
Apabila didasarkan pada kelompok responden, maka dapat diketahui bahwa:
2 orang menyatakan Sangat Setuju (SS) = 2/70 x 100%= 2,86%
8 orang menyatakan Setuju (S) = 8/70 x 100% =
11.43%
15 orang menyatakan Netral (N) = 15/70 x 100% = 21,43%
25 orang menyatakan Tidak Setuju (TS) = 25/70 x 100%
= 35,71 %
20 orang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS)
= 20/70 x 100% = 28,57%
Contoh: Pernyataan bentuk pilihan ganda:
Berilah lingkaran pada huruf yang tersedia.
1)
Pelibatan masyarakat bukan hanya memotivasi,
tetapi aktif dalam menghimpun dana, tenaga, dan materi guna menunjang mutu
pendidikan.
a.
Sangat Setuju
b.
Setuju
c.
Netral
d.
Tidak Setuju
e.
Sangat Tidak Setuju
2)
Masyarakat melakukan fungsi kontrol dalam
pelaksanaan pendidikan
a.
Sangat Setuju
b.
Setuju
c.
Netral
d.
Tidak Setuju
e.
Sangat Tidak Setuju
3)
Masyarakat bersikap proaktif dalam
pengembangan pendidikan.
a.
Sangat Setuju
b.
Setuju
c.
Netral
d.
Tidak Setuju
e.
Sangat Tidak Setuju
2. Skala
Guttman
Skala Guttman merupakan skala kumulatif.
Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot
lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala Guttman mengukur suatu dimensi
saja dari suatu variabel yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk
meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang
diteliti, yang sering disebut dengan attribut universal. Pada Skala Guttman terdapat beberapa
pertanyaan yang diurutkan secara hierarkis untuk melihat sikap tertentu
seseorang. Jika seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak
terhadap pemyataan berikutnya.
Jadi, Skala Guttman ialah skala yang digunakan
untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya: Yakin-tidak
yakin, ya-tidak; benar-salah; positif-negatif; pernah-belum pernah; setuju-tidak setuju, dan lain sebagainya. Data
yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikotomi (dua altematif
yang berbeda). Perbedaan dari skala Likert dengan skala Guttman ialah kalau skala Likert terdapat jarak (interval): (3), (4), (5), (6), atau (7) yaitu dari Sangat Benar (SB) sampai dengan Sangat
Tidak Benar (STB), sedangkan pada skala Guttman hanya dua interval yaitu: Benar (B) dan Salah (S).
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan
ganda juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan
terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0 . Analisa dilakukan seperti pada skala Likert.
Penelitian menggunakan
skala Guttman apabila ingin mendapatkan
jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan
Contoh:
1)
Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala
Sekolah di sini?
a.
Setuju
b.
Tidak setuju
2)
Pernahkah Pengawas Sekolah
melakukan pemeriksaan di ruang kelas anda?
a.
Tidak pernah
b.
Pemah
3) Yakin atau tidakkah anda, pergantian Menteri Kabinet
Indonesia Kerja
akan dapat mengatasi persoalan
bangsa:
a. Yakin
b. Tidak
4) Apakah pendapat saudara, jika Presiden Joko Wi turun dari kepresidenan?
a.
Setuju
b.
Tidak Setuju
5) Pemahkan pimpinan saudara mengajak rembuk bersama?
a.
Pernah
b.
Tidak Pemah
Skala Guttman disamping dapat dibuat
bentuk pilihan ganda dan bisa Juga dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban
responden dapat berupa skor ternnggi bernilai (1) dan skor terendah (0).
Misalnya untuk jawaban Benar (1) dan
Salah (0). Analisis dilakukan seperti
pada skala Likert.
Contoh:
1) Saudara punya orang tua?
a.
Ya (1)
b.
Tidak (0)
2) Saudara sudah menikah?
a.
Sudah (1)
b.
Belum (0)
3) Anda punya kartu Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP)?
a. Punya (1)
b. Tidak (0)
3. Skala Diferensial Semantik
Skala Diferensiai Semantik atau skala perbedaan
semantik berisikan rangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti:
panas-dingin; pular-tidak popular; baik-tidak baik dan sebagainya.
Karakteristik polar tersebut mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang
terhadap objek, yaitu:
a. Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu
objek.
b. Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau
tidak menguntungkan uatu objek.
c. Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan suatu objek
(Iskandar, 2000:154-155).
Dari contoh di atas,
responden memberikan tanda (x) terhadap nilai yang sesuai dengan persepsinya.
Para peneliti sosial dapat menggunakan .skala perbedaan simantik dalam berbagai cara. Misalnya: menentukan kekuatan kandidat
politisi diantara kelompok pemilih, memberikan penilaian kepribadian seseorang,·
menilai sifat hubungan interpersonal dalam organisasi, serta untuk menilai
persepsi sese orang terhadap objek sosial atau pribadi yang menarik dari
berbagai dimensi.
Selain itu pada skala
perbedaan simantik, responden diminta untuk menjawab atau memberikan penilaian
terhadap suatu konsep atau objek tertentu, misalnya kinerja pegawai, peran
pimpinan, gaya kepemimpinan, prosedur kerja, produktivitas kerja, aktivitas
guru di kelas, kontrol dan dukungan orang tua terhadap anaknya, dan sebagainya.
Skala ini menunjukkan suatu keadaan yang saling bertentangan, misalnya ketatlonggar,
sering dilakukan-tidak pemah dilakukan, lemah-kuat, positifnegatif,
buruk-baik, mendidik-menekan, buruk-baik, aktif-pasif, besarkecil dan
sebagainya.
Contoh: Berilah tanda (√) pada skala yang paling
cocok dengan anda: 1) Kontrol orang tua terhadap hubungan seksual di luar nikah:
Ketat 5 4 3 2 1 Longgar
Sering Dilakukan 5 4 3 2 1 Tidak Pernah Dilakukan
Lemah 5 4 3 2 1 Kuat
Positif 5 4 3 2 1 Negatif
Buruk 5 4 3 2 1 Baik
Mendidik 5
4 3 2 1 Menekan
Aktif 5 4 3 2 1 Pasif
2) Dukungan orang tua terhadap
hubungan seksual di luar nikah:
Besar 5 4 3 2 1 Kecil
Selalu Dilakukan 5 4 3 2 1 Tidak Pernah Dilakukan
Kuat 5 4 3 2 1 Lemah
Positif 5 4 3 2
1 Negatif
Terus-menerus 5 4 3 2 1 Kadang-kadang
Baik 5 4 3 2 1 Buruk
3)
Berilah tanda silang (X): Hubungan antara
sesama peserta Diklat Adum dalam satu kelas, sebagai berikut.
Intim _____________________________________
Renggang
5
4 3 2
1 0 -1
-2 -3 -4 -5
4. Rating Skala
Berdasarkan ke-3 skala
pengukuran, yaitu: Skala Likert, Skala Guttman, dan Skala Perbedaan Sementik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan
rating scale yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, misalnya: ketat-Ionggar,
sering dilakukan-tidak pemah dilakukan, lemah-kuat, positif-negatif, buruk-baik, mendidik-menekan, buruk-baik, aktif-pasif,
besar-kecil, ini semua adalah merupakan contoh data kualitatif.
Dalam model rating scale responden tidak akan
menjawab dari data kualitatif yang sudah tersedia tersebut, tetapi menjawab
salah satu dari jawaban
kuantitatif yang telah disediakan. Dengan demikian bentuk rating
scale lebih fleksibel, tidak terbatas
untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap
gejala atau fenomena lainnya misalnya skala untuk mengukur status sosial
ekonomi, Iptek, instansi & 1 mbaga,
kinerja dosen, kegiatan PBM, kepuasan pelanggan, produktivitas rja, motivasi
pegawai, dan lainnya.
Pembuatan dan penyusunan
instrumen dengan menggunakan rating tile yang penting harus dapat mengartikan atau
menafsirkan setiap skor yang diberikan dalam altematif jawaban pada setiap item
instrumen. Misalnya, Fatimah memilih jawaban angka 4, Hamidah memilih jawaban ngka 4, dan
Nunnasriyati memilih jawaban angka 4, tetapi persepsi 'timah, Hamidah dan Nunnasriyati
belum tentu sama maknanya walaupun sama-sama menjawab angka 4.
Contoh:
Peneliti ingin mengetahui seberapa harmoniskah
hubungan suami istri untuk menciptakan keluarga sejahtera. Berilah tanda
lingkaran (0) pada angka yang sudah
disediakan.
No. |
PERNYATAANTENTANG |
INTERVAL JA WABAN |
||||
Item |
MENCIPTAKAN |
SB |
B |
CB |
KB |
STB |
|
KELUARGA SEJAHTERA |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
1 |
Masalah agama |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
2. |
Manajemen pendidikan anak |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
3. |
Pengaturan keuangan keluarga |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
4. |
Perwujudan kasih sayang |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
5. |
Masalah rekreasi |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
6. |
Memilih sahabat-sahabat |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
7. |
Aturan rumah tangga |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
8. |
"Adat kebiasaan |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
9. |
Pandangan hidup |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
10. |
Cara bergaul dengan keluarga saudara |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
11. |
Pekerjaan istri |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
12 |
Keintiman hubungan suami istri |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
13. |
Pemeliharaan anak |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
14. |
Pembagian tugas rumah tangga |
5 |
4 |
3 |
2 |
1 |
Instrumen tersebut apabila dijadikan angket
kemudian disebarkan kepada 25 responden, sebelum dianalisis, maka dapat
ditabulasikan (rekapitulasi data) seperti berikut:
Jumlah skor kriterium (apabila setiap item
mendapat skor tertinggi) yaitu; = (skor
tertinggi tiap item = 5) x (jumlah item
= 14) x (jumlah responden = 25) adalah 1750.
Rekapitulasi jawaban 25 responden tentang menciptakan keluarga sakinah
|
No. |
|
Jawaban responden untuk item nomor ke ... |
|
Jumlah |
|||||||||||
Responden |
1 |
2 3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
13 |
14 |
|
||
|
1. |
5 |
5 |
2 |
5 |
3 |
3 |
5 |
2 |
5 |
2 |
5 |
5 |
5 |
3 |
55 |
|
2. |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
62 |
|
3. |
5 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
59 |
|
dst ... |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
dst ... |
|
23. |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
68 |
|
24. |
5 |
3 |
3 |
3 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
62 |
|
25. |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
3 |
5 |
60 |
|
|
|
|
|
|
[umlah Skor Hasil Pengurnpulan Data |
1400 |
Jika jumlah skor hasil pengumpulan data = 1400. Dengan demikian keharmonisan
hubungan suarni istri untuk menciptakan keluarga sejahtera, menurut 25
responden yaitu: 1400 : 1750x100%=80% dari kriterium yang ditetapkan. Apabila
diinterpre-tasi nilai 80% terletak pada daerah kuat. Sedangkan nilai 1400
termasuk dalam kategori interval baik. Secara kontinum dapat dibuat kategori
sebagai berikut.
0 |
20% |
|
40% |
60% |
80% |
100% |
I |
|
I. |
I |
|
I |
|
I |
I |
|
|
|
Sangat Lemah |
Lemah |
|
Cukup |
Kuat |
Sangat Kuat |
||
|
|
|
|
|
|
|
||
0 |
350 |
700 |
1050 |
1400 |
1750 |
|
|
|
|
I |
I |
I |
I |
I |
|
|
|
|
SKB |
KB |
CB |
B |
SB |
|
|
|
5. Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden untuk
memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 ampai dengan
10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden. pemberian nilai ini berdasarkan jumlah tertentu
pemyataan yang dipilih oleh responden mengenai angket tersebut (Subana, 2000:34).
Perbedaan antara skala Thurstone dan
skala Likert ialah pada skala Thutstone interval yang panjangnya
sarna memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada skala Likert tidak perlu sama.
Contoh:
Merekrut Calon Dosen Fakultas. Kedokteran Universitas Indonesia. Tolang pilihlah 5 dari 10 pernyataan yang sesuai
dengan persepsi saudara:
1.
Saya
memilih pekerjaan sebagai dosen karena pekerjaan yang mulia dan terhormat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.
2.
Bila saya seorang mahasiswa Fakultas
Kedokteran, saya akan mengusulkau agar mahasiswa Fakultas Kedokteran memakai
sirnbul-simbul tertentu yang dapat dibanggakan.
3.
Saya merasa tersanjung bila saya lebih
memiliki kemampuan dalam mengajarkan sesuatu dari pada menguasai bidang studi saja.
4.
Apa yang bisa dibanggakan oleh seorang dosen;
bila gaji hanya paspasan, berangkat mengajar
jalan kaki, di
kampus
Sering berhadapan tugas
kerjaan dengan masalah yang rumit dan mahasiwa yang bandel, dll.
5. Senangnya menjadi dosen apabila berhasil
mendemonstrasikan pelajaran
kepada mahasiswa yang menghadapi kesulitan di laboratorium.
6. Sebagai dosen, saya bangga karena dosenlah sebagai pewaris
ilmuwan yang mengajarkan para mahasiswa untuk dipersiapkan menjadi manusia yang
tangguh, berkualitas, kreatif dan profesional untuk mengisi pembangunan bangsa.
7. Semestinya gaji dosen lebih besar daripada gaji
pegawai lain.
8. Apakah perlu dosen berbangga diri atas keberhasilan
mahasiswa karena dosen sendiri sering tidak pemah merasa diawasi oleh dekannya.
9. Sebaiknya dosen membimbing saya dengan sepenuh hati
memberikan keilmuannya, karena jika saya menjadi dosen pembimbing nanti akan
mewarisi ilmunya dan bisa dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman.
10. Jika saya mahasiswa Fakultas Kedokteran, saya akan menyembunyikan identitas saya.
Berdasarkan pemyataan item di atas, dapat dianalisis
dengan cara sebagai berikut:
Peneliti memberikan kunci
jawaban dan penilaian yang akurat
No. Item |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
|
Pernyataan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nilai |
10 |
7 |
6 |
2 |
8 |
9 |
4 |
3 |
5 |
1 |
|
Nilai tertinggi |
: 6+7+8+9+10 = 40 ~ 40 : 5 = 8 |
|
|
||||||||
Nilai terendah : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15 ~ 15 : 5 = 3 |
3 |
|
|
||||||||
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah aspek pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ilmiah. Hasi instrumen penelitian ini
kemudian dikembangkan atau dianalisa sesuai dengan metode penelitian yang akan
diambil. Dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan yang
cukup signifikan, misalnya dalam penelitian kualitatif menggunakan instrumen
penelitian wawacara, sedangkan dalam penelitian kuantitatif menggunakan
instrumen penelitian angket atau kuesioner.
Pengertian instrumen penelitian adalah alat
bantu yang digunakan dalam metode pengambilan data oleh peneliti untuk
menganalisa hasil penelitian yang dilakukan pada langkah penelitian
selanjutnya. Pada prinsipnya instrumen penelitian memiliki ketergantungan
dengan data-data yang dibutuhkan oleh karena itulah setiap penelitian memilih
instrumen penelitian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Macam-macam bentuk dalam instrument penelitian
secara umum, adalah sebagai berikut; kuesioner/angket, wawancara, observasi,
dokumentasi,
1.
Kuesioner.
Alat pengumpulan data yang pertama adalah
kuesioner atau angket. Dalam instrument penelitian kuesioner ini identik dengan
penelitian kuantitatif karena data yang diberikan kepada informan adalah data
yang ada jawaban terbuka dan tertutup. Jenis pertanyaan yang ada dalam
kuesioner adalah jenis pertanyaan yang dibutuhkan dalam laporan penelitian.
2.
Wawancara.
Jenis instrument penelitian yang kedua dalam
pengumpulan data adalah wawancara yang biasanya dilakukan dalam penelitian
kualitatif. Wawancara ini memiliki tingkat kemudahan sendiri dibandingkan
dengan kuesioner karena jika wawancara tidak melakukan penghitungan secara
statistika, meskipun begitu kelemahan yang ada dalam wawancara membutuhkan
waktu penelitian yang relatif lama dibandingkan dengan penelitian menggunakan
angket.
3.
Observasi.
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan
memperhatikan objek penelitian dengan saksama. Selain itu, kegiatan observasi
bertujuan mencatat setiap keadaan yang relevan dengan tujuan penelitian.
Kelebihan yang di dapatkan dari metode observasi, antara lain adalah dapat
melihat langsung kegiatan sehari-hari informan, cocok untuk orang yang tidak
memiliki tingkat kesibukan tinggi karena tidak harus terpaku pada waktu dan
tempat tertentu, dapat mencatat secara bersamaan adanya kejadian tertentu.
Adapun untuk kekurangan yang terdapat dalam
metode pengamatan atau observasi, antara lain adalah dapat menimbulkan perilaku
atau sikap yang berbeda dengan perilaku sehari-hari karena merasa diamati, ada
berbagai hal yang tidak terduga sehingga mengganggu proses pengamatan, ada
kejadian atau keadaan informan yang sulit diamati karena bersifat terlalu
pribadi dan rahasia.
Teknik yang ada dalam observasi dalam
instrument penelitian pada dasarnya dapatlah dibedakan menjadi dua macam, antara
lain adalah sebagai berikut;
a. Observasi
Partisipasi (Participant Observation) dilakukan dengan cara peneliti
hadir di tengah-tengah informan dan melakukan berbagai kegiatan bersama sambil
mencatat informasi yang dibutuhkan. Kehadiran peneliti dapat diketahui oleh
siapa pun sehingga observasi ini bersifat terbuka.
b. Observasi
Nonpartisipasi (Nonparticipant Observation) dilakukan tanpa kehadiran
peneliti, bahkan mungkin responden tidak menyadani proses pengamatan tensebut.
Observasi dilakukan dan jarak jauh atau antara peneliti dan infonman yang
berbeda tempat.
4. Dokumentasi.
Cara lain untuk dapat memperoleh data dan
responden dan informan adalah menggunakan dokumentasi. Dengan dokumentasi,
peneliti memperoleh infonmasi dan berbagai macam sumber. Informasi tersebut
antara lain tempat tinggal, alamat, dan latar belakang pendidikan.
Kelebihan yang terdapat dalam instrument
penelitian menggunakan metode dokumentasi, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Memberikan
gambaran berbagai informasi tentang informan pada waktu lampau (yang direkam
atau di dokumentasikan).
b. Menyajikan
informasi mengenai hubungan informasi pada masa lampau dengan kondisi sekarang.
c. Merekam
berbagai jenis data tentang informan atau responden seperti identitas
responden, identitas orang tua responden, keadaan dan latar belakang keluarga
responden, lingkungan sosial, data psikis, prestasi belajar, data pendidikan
dan data kesehatan jasmani.
Sedangkan kekurangan yang terdapat dalam
instrument penelitian dengan metode dokumentasi ini, antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Memerlukan
validitas dokumentasi untuk mengetahui keabsahan dokumentas.
b. Dokumentasi
terkadang tidak lengkap sehingga dapat menyesatkan peneliti.
Sumber dokumen yang ada di dalam pengembilan dalam
instrument penelitian, pada umumnya dibedakan menjadi empat sebagai berikut:
1) Dokumen
resmi, berupa dokumen atau berkas yang dikeluarkan oleh suatu lembaga secara
resmi, misalnya rapor, nilai akhir semester, dan arsip sejarah.
2) Dokumen
tidak resmi, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber tidak resmi tetapi
memberikan informasi penting terkait suatu kejadian.
3) Dokumen
primer, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber sah atau orang yang menjadi
informan dan penelitan. Dokumen ini mempunyai nilai keaslian dan bobot lebih
valid daripada dokumen lain.
4) Dokumen
sekunder, berupa dokumen yang diperoleh selain dan sumber sah, bisa orang lain
atau berbagai media seperti surat kabar, laporan penelitian, makalah, dan
publikasi lainnya. Dokumen ini tidak memiliki nilai dan bobot keaslian sevalid
dokumen primer.
5. Tes
sebagai instrumen penelitian, khususnya dalam pengumpulan data penelitian
merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampihan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan, dan bakat. Setidaknya terbagi menjadi lima
bentuk, antara lainnya adalah sebagai berikut:
a. Tes
kepribadian, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang.
b. Tes
bakat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
c. Tes
prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang dalam
bidang tertentu, misalnya akademik.
d. Tes
inteliegensi, yaitu tes yang digunakan untuk membuat penaksiran tingkat
intelektuah seseorang.
e. Tes
sikap, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kecenderungan sikap seseorang.
Pada
penelitian kiantitatif, yang disebut instrument penelitian adalah “alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel secara objektif”. Sehingga diperlukan teknik
pengembangan skala atau alat ukur untuk mengukur variable dalam pengumpulan
data yang lebih sistematis. Salah satu
implementasi skala pengukuran adalah skala membantu dalam memperkirakan minat
atau perilaku individu atau kelompok terhadap orang lain atau lingkungannya.
Namun, dalam membentuk skala pengukuran harus mempertimbangkan jumlah data yang
terlibat, menganalisis uji statistic dan skala serta kategori apa yang
digunakan disertai dengan teknik pengembangan konstruksi skala.
1) Skala
Skala sangat penting dalam penelitian untuk menjelaskan prosedur yang
dilakukan dalam bentuk angka terhadap berbagai tingkat pendapat, sikap atau
konsep lainnya. Penskalaan dilakukan dengan membuat penilaian tentang beberapa
karakteristik penelitian, kemudian menilai karakter yang ditemukan dalam
penelitian dengan standar skala yang dibuat atau dengan menyusun kuesioner yang
melihat respon individu dalam rentang skala. Skala menyatakan nilai tertinggi
dan terendah dan beberapa titik tengah antara dua titik tersebut. Perbandingan
akan dilakukan dengan melihat beberapa titik poin tersebut dengan titik
tertinggi atau titik terendah. Angka digunakan untuk mengukur perbedaan derajat
dalam sikap dan pendapat sesuai dengan skalaposisi subyek. Jadi teknik
penskalaan merupakan penentuan ukuran kuantitatif konsep subyektif yang
bersifat abstrak dan memberikan karakteristik pada subyek yang diteliti.
2)
Klasifikasi Basis Skala
Prosedur penetapan
angka dalam pensklaan dibagi berdasarkan basis:
a)
Orientasi subjek
Basis skala ini
dirancang untuk mengukur karakteristik responden siapa yang mampu menyelesaikan
atau untuk menilai stimulus pada objek yang disajikan kepada responden.
b)
Formulir tanggapan
Basis skala ini
dapat diklasifikasikan dalam bentuk kategori dan komparasi. Skala kategori atau
skala penilaian digunakan ketika skor seorang responden terhadap beberapa objek
tanpa referensi langsung ke objek tersebut. Sedangkan skala komparasi atau
skala peringkat, responden diminta untuk membandingkan dua objek atau lebih secara
berurutan.
c)
Tingkat subjektivitas
Basis skala ini
didasarkan pada apakah pengukuran dilakukan berdasarkan preferensi berdampak
pada pribadi secara subyektif atau hanya
membuat penilaian secara non-preferensi subyektif.
d)
Properti skala
Pertimbangan
property skala akan pertimbangan klasifikasi skala menjadi skala nominal, ordinal,
interval ataupun rasio.
e)
Jumlah dimensi
Dasar skala ini
mengklasifikan skala dan bentuk satu dimensi atau multidimensi. Dalam skala
satu dimensi peneliti hanya mengukur satu atribut responden atau objek,
sedangkan penskalaan multidimensi mengukur suatu objek menggunakan konsep ruang
atribut dimensi sehingga dapat digambarkan lebih baik.
f)
Teknik skala konstruksi
Pengembangan
teknik skala kosntruksi dibagi menjadi:
(i) Arbitrary approach dimana pendekatan
pengembangan skala berdasarkan ad hoc. Diasumsikan bahwa skala tersebut
mengukur konsep untuk yang telah dirancang, meskipun ada sedikit bukti untuk
mendukung asumsi semacam itu.
(ii) Consensus approach (Pendekatan consensus), dimana peneliti mengevaluasi hal-hal yang
dipilih untuk dimasukkan dalam instrumen dan apakah mereka relevan terhadap
topik tersebut dan tidak ambigu dalam implikasi.
(iii) Item analysis approach (Pendekatan
analisis item), dimana sejumlah item individu dikembangkan menjadi tes yang
diberikan kepada sekelompok responden. Kemudian, skor total dihitung untuk
setiap responden, dan item individu dianalisis untuk menentukan item mana yang
membedakan antara orang atau benda dengan skor total tinggi dan yang memiliki
skor rendah.
(iv) Cumulative scales (Skala kumulatif) dipilih berdasarkan kesesuaian dengan beberapa
peringkat item dengan perbedaan jelas skor naik dan turun.
(V) Factor scales (Skala factor) dibangun atas dasar interkorelasi
item yang menunjukkan bahwa faktor umum menjelaskan hubungan antar item.
3)
Teknik Pengembangan Alat Ukur Skala
Ada dua teknik
konstruksi skala primer, yaitu teknik komparasi dan non-komparasi. Teknik
komparatif digunakan dalam menentukan nilai skala beberapa hal dengan melakukan
perbandingan antar hal tersebut. Metode teknik non-komparatif, nilai skala
sesuatu ditentukan tanpa membandingkan dengan sesuatu lain. Beberapa jenis
teknik komparatif adalah:
a. Skala perbandingan berpasangan (Pairwise
comparison scale)
b. Merupakan teknik konstruksi skala tingkat (ordinal), dimana responden
diberikan dua item dan kemudian memintanya untuk memilih pilihannya atau
preferensinya.
c. Skala model Rasch (Rasch model
scale)
Dalam teknik ini,
banyak responden terlibat secara simultan yang dihadapkan pada beberapa item.
Nilai skala diturunkan dari perbandingan respon yang diperoleh. Skala urutan-peringkat merupakan teknik
membangun skala tingkat ordinal (peringkat), di mana responden diberikan
beberapa item yang perlu dia rangking/urutkan.
d. Skala penjumlahan konstan (Constant
sum scale)
Dalam teknik
konstruksi skala ini, responden penelitian biasanya diberikan dengan jumlah
sesuatu contohnya uang, kredit atau poin yang bersifat konstan yang harus
dialokasikan ke berbagai item untuk menentukan nilai skala item tersebut.
Beberapa jenis
teknik non-komparatif adalah:
a. Skala peringkat berkelanjutan (Continuous
rating scale)
Dalam teknik ini,
responden umumnya menggunakan serangkaian angka dikenal sebagai titik skala
untuk memberi peringkat suatu item. Teknik ini juga dikenal sebagai penskalaan
grafik berperingkat.
b. Skala likert (Likert scale):
Teknik ini memungkinkan responden untuk menilai item pada skala lima
hingga tujuh poin tergantung pada jumlah perjanjian atau ketidaksepakatan
mereka pada item tersebut. Skala Likert terdiri dari serangkaian pernyataan
tentang sikap responden terhadap objek yang diteliti. Setiap pernyataan
memiliki 5 poin, dari skala Agree dan Disagree. Masing-masing skor item
dijumlahkan untuk menghasilkan skor total bagi responden. Skala Likert terdiri
dari dua bagian-bagian item dan bagian evaluasi. Bagian item biasanya merupakan
pernyataan tentang produk, acara, atau sikap tertentu. Bagian evaluasi adalah
daftar tanggapan seperti "sangat setuju" hingga "sangat tidak
setuju". Skala lima titik digunakan di sini. Kemudian nomor seperti +2,
+1, 0, –1, –2 digunakan. Namun untuk memudahkan perhitungan biasananya dirubah
nilaianya menjadi 5, 4, 3, 2, 1. Dengan rincian sebagai berikut: 5 = Sangat Setuju; 4 = Setuju;
3 = Ragu-ragu; 2 =
Tidak Setuju dan 1 = Sangat Tidak Setuju
c. Skala diferensial semantic (Semantic
differential scale): Dalam teknik
ini, responden diminta untuk menilai berbagai atribut item pada skala tujuh
poin. Skala tujuh titik digunakan di sini. Kemudian nomor seperti +3, +2, +1,
0, –1, –2, –3.
4)
Analisis Reliabilitas (Reliability)
Reliabilitas suatu skala diartikan sejauh mana suatu proses pengukuran
bebas dari kesalahan (error).
Kehandalan (reability) sangat berkaitan dengan akurasi dan konsistensi. Suatu
Skala dikatakan handal/reliabel, jika menghasilkan hasil yang sama ketika
pengukuran dilakukan berulang serta dilakukan dalam kondisi konstan (sama).
5)
Analisis Validitas (Validity)
Validitas menjadi hal yang sangat penting karena validitas menjamin
keabsahan pengukuran dari skala yang ditentukan dari variable-variabel yang
digunakan dalam menentukan hubungan suatu kejadian atau fenomena. Ada beberapa
metode yang dipakai untuk memeriksa validitas skala yang digunakan dalam
pengukuran diantaranya:
a. Bangunan Validitas (Construct Validity)
Sebagai contoh,
pimpinan akan mempercayai bahwa terdapat korelasi antara kepuasan pekerjaan
pada seorang dosen dengan pribadi ekstrovert yang dimiliki sebagai pengajar
pada univesitas. Construct Validity
akan dipertanyakan jika antara kepuasan dan kepribadian yang terbuka tidak
berdampak pada kinerja mengajar dosen tersebut.
b. Konten Validitas (Content
Validity)
Pendefinisian
masalah harus jelas disertai dengan masalah apa yang perlu diukur dengan
pengembangan skala pengukuran dengan tujuan penelitian tersebut. Contoh
peluncuran produk baru harus disertai pengukuran apakah isi (content)
nya disukai oleh responden. Sehingga tidak terjadi kegagalan dalam launching
produk tersebut.
c. Predictive Validity
Ini berkaitan
dengan kemampuan peneliti dalam memprediksi bagaimana performance dari
suatu item dimasa mendatang berdasarkan skor yang yang dihitung saat ini.
d. Convergent Validity
Penilaian sampai
sejauh mana skala berkorelasi positif dengan skala pengukuran lain dari
konstruk yang sama.
e. Validitas Diskriminan
Sejauh mana suatu
skala ukuran tidak berkorelasi dengan konstruksi lain yang memang seharusnya
berbeda.
f. Validitas Nomologis: Sejauh mana skala
berkorelasi dengan cara yang diprediksi secara teoritis dengan ukuran
konstruksi yang berbeda tetapi terkait.
C. Contoh Bentuk Instrumen Penelitian
Selain bentuk instrumen dalam bentuk skala komparasi dan non-komprasi
di atas, ada beberapa instrumen standar untuk penelitian kuantitatif yang
dikenal diantaranya:
1. True-False
Mudah ditulis dan dinilai, cenderung menghafal namun mendorong tebakan
tinggi dari responden, sehingga diperlukan sejumlah besar pertanyaan untuk mendapatkan
gambaran nyata tentang apa yang diketahui peserta.
2. Matching
Mudah ditulis dan dinilai, bentuk ini ideal untuk mengukur hubungan
atau asosiasi antara fakta, namun cenderung menekankan hafalan responden.
3. Multiple
Choice
Memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi dalam mengukur hasil serta
dirancang untuk membuat peserta membedakan antara opsi yang bervariasi dalam
tingkat kebenaran sehingga tingkat berpikir kognitif lebih tinggi daripada
pertanyaan T / F. Namun bentuk ini memakan waktu untuk menulis dan harus diisi
dengan hati-hati.
4. Completion
Bentuk instrument ini relatif mudah untuk ditulis, tetapi terkadang
sulit untuk membuat penialain karena bisa lebih dari satu jawaban yang bisa
dipertahankan; pembatasan beberapa kata untuk jawaban cenderung mengukur item
yang lebih kompleks.
SOAL LATIHAN BAB VI
1. Apa yang dimaksud dengan Skala
Pengukuran? Dan sebutkan dan jelaskan jenis -jenisskala
pengukuran yang Anda ketahui!.
2. Apa yang
dimaksud dengan data skunder dan data primer?
3. Sebutkan
apa saja alat yang digunakan dalam obeservasi lapangan!
4. Jelaskan
jenis-jenis observasi!
5. Jelaskan
kaitan kajian teori dengan kuesioner!
BAB VII
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
A. Sifat Penelitian Kuantitatif
Metode
kuantitatif sangat dipengaruhi oleh paradigma hipotetiko-deduktif (perumusan
hipotesis dengan deduksi) yang merupakan pendekatan penelitian yang dimulai
dengan teori bagaimana cara kerja sesuatu dan menciptakan suatu hipotesis yang
dapat diuji. Penelitian kuantitatif bertujuan untuk mengukur data yang
dikumpulkan dan menggunakan beberapa jenis analisis statistik terhadap beberapa
sampel yang representatif. Pembahasan mengenai metode kuantitatif sering
menggunakan istilah-istilah diantaranya pendekatan deduktif, pandangan etik,
epistemologi objektif, pendekatan terstruktur, pendekatan sistematis,
pengumpulan data berbasis numerik, analisis statistik, dan replikasi desain
penelitian.
Penelitian
kuantitatif pada dasarnya memiliki empat karakteristik utama:
1. Memiliki logika sistematis / terekonstruksi dan
memiliki jalur linier
2. Data-data yang bersifat numerik atau angka
3. Bergantung pada prinsip positif dan penekanan
pada pengukuran variabel dan pengujian hipotesis
4. Biasanya digunakan untuk memverifikasi suatu pola
atau hipotesis yang sudah ada sebelumnya.
Keuntungan
dalam menggunakan data-data kuantitatif relatif jika dibandingkan dengan data
kualitatif adalah komparasi jawaban yang luas, kecepatan pengumpulan data, dan 'the
power of number' yang mampu menyederhanakan jawaban dalam bentuk angka
sehingga mudah dianalisis. Pertanyaan kualitatif dapat diajukan dalam survei
kuantitatif, tetapi respons dan data yang dihasilkan akan lebih terstruktur.
B. Definisi
Variabel Terikat (Dependen) dan Variabel Bebas (Independen)
Variabel
dependen atau variable terikat merupakan variabel yang menurut peneliti akan
dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu eksperimen, sedangkan variabel
independen atau variabel bebas merupakan variabel yang menurut peneliti akan
mempengaruhi variabel dependen (terikat) dalam suatu eksperimen. Hal ini akan
diidentifikasi secara langsung oleh peneliti dari pertanyaan dan hipotesis
penelitian yang muncul sebelum eksperimen dilakukan. Sebagai contoh seorang
peneliti ingin mengetahui efektivitas dari suatu konsentrasi bahan alam X dalam
menghambat virus penyebab penyakit Covid 19, maka variable dependen (terikat)
dalam penelitian ini adalah daya hambat yang terbentuk pada virus penyebab
penyakit Covid 19, sedangkan variabel independen (bebas) adalah konsentrasi
bahan alam X. Contoh lain jika peneliti ingin mengetahui efek motivasi terhadap
kinerja dosen, kinerja dosen merupakan variabel dependen (terikat) dan motivasi
merupakan variabel independen. Variabel independen lainnya, yang disebut
variabel kontrol, dapat mencakup ukuran universitas, iklim kerja, dan faktor
lain yang dapat memengaruhi kinerja. Variabel kontrol ini dimasukkan untuk
memberikan pemahaman yang jelas tentang peran variabel independen pada variabel
dependen. Dalam contoh di atas, motivasi bukan satu-satunya variabel yang
mempengaruhi kinerja dosen: ukuran, struktur dan beberapa faktor lain juga
berdampak pada kinerja.
Untuk
semua studi kuantitatif, komponen penting dari desain penelitian adalah
pemilihan dan pengukuran variabel dependen (terikat). Ini penting karena
kegunaan penelitian tergantung pada relevansi variabel dependen dan
perwakilannya pada hasil yang diinginkan. Peneliti harus cermat karena
pemilihan variabel dependen (terikat) mencerminkan proses definisi masalah dan
dengan demikian dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
C. Sumber Data Primer dan Sekunder
Dalam
penelitian kuantitatif, data dapat dikumpulkan dari sumber primer ataupun
sekunder. Data primer mengacu pada data yang telah dikumpulkan secara langsung.
Cara paling umum untuk mengumpulkan data primer untuk penelitian kuantitatif
adalah penggunaan eksperimen dan survei. Disisi lain, data sekunder adalah data
yang tersedia sebelumnya yang dikumpulkan dari sumber-sumber tidak langsung
atau tangan kedua misalnya dari sumber-sumber tertulis milik pemerintah atau
perpustakaan. Namun pemilihan jenis data yang akan digunakan atau dikumpulkan
tergantung pada sejumlah faktor, seperti tujuan penelitian dan kendala waktu
dan sumber daya, karena pengumpulan data primer memerlukan waktu yang lebih
lama dan memerlukan biaya.
Metode
pengumpulan data kuantitatif sangat bergantung pada pengambilan sampel secara
acak (random) dan instrument pengumpulan data terstruktur yang sesuai dengan kategori respon yang telah
ditentukan, sehingga data yang dihasilkan mudah diringkas, dibandingkan dan
digeneralisasi. Penelitian kuantitatif berkaitan erat dengan pengujian
hipotesis yang dibuat dari teori sebelumnya atau dari suatu kejadian fenomena.
Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian sangat berpengaruh pada perlakuan
terhadap peserta yang secara acak terpilih. Jika tidak memungkinkan, maka
peneliti akan mengumpulkan data karakter peserta dan situasi yang akan
mengontrol variable terikat (dependen) dan hasil. Untuk proses
generalisasi pada populasi yang lebih besar, peneliti akan menggunakan sampling
probabilitas dalam pemilihan peserta dalam penelitian.
1.
Pengumpulkan Data Kuantitatif Primer
Pengumpulan data
primer mensyaratkan peneliti harus jelas mendefinisikan populasi yang diselidiki,
serta unit analisis yang membentuk populasi tersebut. Populasi mengacu pada
semua unit terkait (misalnya orang, perusahaan) dalam ruang masalah tertentu
dan pada waktu yang ditentukan, yang ingin dipelajari oleh peneliti. Misalnya,
dalam penelitian yang bertujuan memastikan tingkat kepatuhan terhadap tata
kelola perusahaan di suatu daerah X. Maka populasinya adalah semua perusahaan
baik perusahaan pemerintah atau perusahaan swasta yang berada di daerah X.
Namun, karena seringkali tidak mungkin untuk menginvestigasi semua anggota
populasi (memiliki kendala waktu dan sumber daya yang digunakan), sehingga
sebagian dari populasi yang akan dipelajari, dikenal sebagai sampel. Sampel ini
kemudian akan digunakan untuk membuat kesimpulan tentang populasi. Dalam
mencari sampel yang representatif dari suatu populasi, ada 2 jenis teknik
pengambilan sampel: probability / random sampling dan nonprobability/
non-random sampling yang umum dipakai;
a.
Sampling menggunakan proses
seleksi acak (random sampling/ probability) dan memberikan setiap anggota
populasi kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Ada dua persyaratan
utama untuk pengambilan sampel dengan metode ini: (1) kerangka sampel yang
memadai yang terdiri dari daftar komprehensif semua anggota populasi yang
diminati, dan (2) kemampuan untuk
memilih secara acak berdasarkan fitur yang ada dalam kerangka sampel.
b.
Sampling menggunakan metode non-probabilitas
atau tidak acak melibatkan sampel spesifik yang dipilih berdasarkan
karakteristik tertentu atau fitur pembeda serupa yang relevan dengan
penelitian. Oleh karena itu, tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah
hasil penelitian ini representatif dari keseluruhan populasi.
2.
Pengumpulan Data Kuantitatif Sekunder
Pada
dasarnya penelitian memerlukan data sekunder sebagai dasar latar belakang
kenapa suatu penelitian perlu dilakukan sampai pengambilan hipotesis awal,
konteks masalah penelitian sampai dengan gambaran ide dan teori. Sebagai contoh
dalam penelitian studi sejarah akan menggunakan informasi dari suatu studi
lokal atau nasional sebagai bahan data statistik utama. Keuntungan lain dalam
menggunakan hasil data sekunder adalah data ini biasanya dihasilkan oleh banyak
ahli dibidangnya dengan anggaran dan sumber daya yang luas serta dilakukan dalam
jangka waktu yang lama, sehingga hasil data sekunder biasanya digunakan untuk
melihat perkembangan suatu fenomena dari waktu ke waktu. Data sekunder dapat
juga digunakan sebagai pembanding dengan data primer yang sudah didapatkan.
Tetapi disisi lain, terdapat kekurangan dalam penggunaan data sekunder
diantaranya peneliti akan kehilangan pengalaman dan keterampilan dalam
menghasilkan data primer, tidak semua data sekunder cocok dengan fokus
penelitian yang dilakukan, dan adanya ketidaksesuaian dalam terminologi,
pengumpulan dan analisis data.
Agar
data perekaman yang dijadikan sebagai data sekunder maka harus memenuhi
kriteria data harus memiliki dokumentasi yang baik dan mencakup deskripsi semua
variabel dan kode, serta menggunakan metode perekaman yang baik. Beberapa
permasalahan yang dihadapi peneliti saat pencarian data sekunder yang
sebelumnya direkam adalah:
a. Pencarian serta akses data
b. Autentifikasi sumber data
c. Penilaian kredibilitas penulis
d. Representatif suatu data
e. Pemilihan metode dalam proses penafsiran data.
D. Strategi Pengumpulan Data Kuantitatif
Seorang
peneliti membutuhkan banyak alat atau teknik pengumpulan data dalam melakukan
penelitian. Tes merupakan alat pengukuran dan panduan bagi peneliti dalam
pengumpulan dan evaluasi data. Alat dapat bervariasi dalam kompleksitas,
interpretasi, desain dan administrasi. Setiap alat cocok untuk pengumpulan
jenis informasi tertentu, sehingga harus dipilih agar memberikan data yang di
cari untuk menguji hipotesis. Mungkin saja alat penelitian yang ada tidak
sesuai dengan tujuan dalam beberapa situasi, jadi peneliti harus
memodifikasinya atau membuat sendiri. Berikut secra umum strategi pengumpulan
data kuantitatif:
1) Survei dengan pertanyaan tertutup misalnya dengan tatap muka dan
telepon, wawancara (interview) dan kuesioner.
2) Eksperimen dan Uji Klinis
3) Observasi dan Recording kejadian misalnya perhitungan jumlah pasien
yang menunggu dalam keadaan darurat pada waktu tertentu dalam suatu waktu.
4) Data sekunder yang relevan dari sistem informasi manajemen.
1. Kuesioner
Kuesioner sering
menggunakan daftar periksa (checklist) dan skala penilaian. Perangkat
ini membantu menyederhanakan dan mengukur perilaku dan sikap responden. Daftar
periksa (checklist) adalah daftar perilaku, karakteristik, atau entitas
lain yang dicari peneliti. Baik peneliti atau peserta survei hanya memeriksa
apakah setiap item dalam daftar diamati, hadir atau benar atau sebaliknya.
Skala penilaian lebih berguna ketika suatu perilaku perlu dievaluasi biasanya
menggunaka skala Likert.
a. Kuesioner bentuk surat
Kuesioner dalam
bentuk surat memiliki beberapa keuntungan: 1) Dapat dikirim ke sejumlah besar responden; 2) Menghemat waktu dan
uang dibandingkan dengan wawancara langsung; 3) Responden lebih jujur menanggapi kuesioner
tentang masalah kontroversial karena tanggapan mereka anonim; 4) Responden menjawab di
waktu luang mereka.
Kekurangan
kuesioner dalam bentuk surat: 1) Dalam kebanyakan kasus, mayoritas responden yang menerima kuesioner
tidak mengembalikannya; 2) Pengambilan sampel secara berlebihan mungkin diperlukan jika
melakukan pengiriman satu kali untuk mendapatkan cukup kuesioner yang lengkap
agar dapat digeneralisasikan kepada populasi; 3) Tindak lanjut pengingat kepada responden yang
mampu mendorong mereka untuk menyelesaikan kuesioner mungkin diperlukan,
sehingga berdampak menambah waktu dan biaya dalam melakukan penelitian; 4) Adanya penawara
insentif untuk meningkatkan tingkat respons; 5) Survei surat membutuhkan waktu lebih lama dari
jenis survei lainnya.
b. Kuesioner berbasis web
Metodologi baru yang terus berkembang adalah penelitian berbasis
Internet. Kuesioner ini akan diterima melalui email atau geogle form dan
pengisian dilakukan dengan klik pada alamat situs tersebut.
Keuntungan
kuesioner berbasis web: 1) Jenis penelitian ini biasanya dilakukan lebih cepat namun kurang
terperinci; 2)Hemat biaya.
Kekurangan
kuesioner berbasis web: 1) Pengecualian responden yang tidak memiliki komputer atau tidak dapat
mengakses komputer; 2) Memiliki akses alamat email; 3) Banyak tempat kerja memiliki mekanisme
penyaringan yang menghalangi akses ke email karyawan; 4) Validitas survei
semacam itu mungkin dipertanyakan karena pengsisian yang biasanya terburu-buru
dan mungkin tidak memberikan respons yang akurat
2.
Wawancara
Merupakan situasi sosial
antara dua orang, dimana proses psikologis yang terlibat membutuhkan kedua
individu secara timbal balik dalam memberikan beragam tanggapan sesuai tujuan
penelitian. Dalam wawancara terstruktur, peneliti mengajukan serangkaian
pertanyaan standar.
Keuntungan wawancara
melalui telepon:
1) Tidak memakan waktu
2) Lebih murah
3) Peneliti memiliki akses pada responden yang memiliki telepon rumah.
4) Tingkat respons yang lebih tinggi daripada kuesioner lewat email.
5) Dapat otomatis menggunakan penyimpanan CATI (Computer Assisted Telephone Interviewing) dalam proses data.
Kekurangan:
1) Tingkat respons tidak setinggi wawancara tatap muka.
2) Sampel mungkin juga bias karena hanya orang-orang yang memiliki
telepon rumah saja dihubungi (tidak termasuk orang yang tidak memiliki ponsel,
atau hanya memiliki ponsel).
Keuntungan wawancara
tatap muka:
1) Memungkinkan peneliti untuk menghubung calon responden secara
langsung dan mendapatkan kerjasama
mereka.
2) Tingkat respons tertinggi dalam penelitian survei.
3) Memungkinkan peneliti untuk mengklarifikasi jawaban yang ambigu dan
informasi bisa dapat ditindaklanjuti.
Kekurangan:
1) Tidak praktis saat memiliki populasi sampel besar
2) Memakan
waktu dan mahal.
3.
Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI)
Merupakan bentuk
wawancara pribadi, dimana pewawancara membawa laptop untuk memasukkan informasi
secara langsung ke dalam basis data.
Keuntungan CAPI:
1) Menghemat waktu terutama dalam pemrosesan data.
2) Efektif bagi pewawancara karena tidak membawa kuesioner yang banyak.
Kekurangan CAPI:
1) Mahal dalam proses set up.
2) Pewawancara harus memiliki keterampilan komputer
4. Teknik Observasi
Teknik
ini merupakan teknik evaluasi penelitian yang paling umum digunakan. Biasanya
digunakan untuk mengevaluasi aspek kognitif dan non-kognitif responden dan
digunakan untuk evaluasi kinerja, minat, sikap, nilai-nilai terhadap masalah
dan situasi responden. Observasi atau penelitian laboratorium masuk dalam
kategori teknik observasi, karena digunakan untuk evaluasi pengaruh variable
tertentu terhadap variable lainnya yang dibuat berdasarkan aturan dalam
penelitian. Dalam kuesioner dan wawancara, responden menulis jawaban sesuai
dengan yang mereka pikirkan, namun sering berbeda dengan apa yang dilakukan.
Alasan-alasan inilah yang menunjukkan bahwa teknik observasi merupakan teknik
pengumpulan data yang lebih alami, lebih nyata dan lebih benar.
Keuntungan teknik
observasi:
1) Teknik pengumpulan data yang andal dan menghasilkan informasi yang
valid.
2) Mendapatkan data langsung (data primer).
3) Catatan pengamatan tersedia.
4) Metode yang sederhana, luas dan komprehensif.
5) Merupakan teknik pengumpulan data tertua dan mendapatkan informasi
atau data langsung.
Kekurangan:
1) Memiliki ruang lingkup terbatas dalam penggunaannya karena semua
variabel tidak bisa diamati secara langsung secara bersamaan.
2) Termasuk metode subjektif.
3) Proses observasi memakan waktu.
4) Teknik pengumpulan data yang mahal
5.
Skala Peringkat
Ratting
adalah istilah yang diterapkan untuk menyatakan pendapat atau penilaian
mengenai beberapa situasi, objek atau karakter. Pendapat biasanya diekspresikan
pada skala nilai, dimana teknik penilaian digunakan agar dapat dikuantifikasi.
Fitur khusus dari skala penilaian adalah evaluasi sikap bukan dilakukan secara
subyektif namun berdasar pendpat dan penilain eksperimen. Dalam skala
penilaian, pengumpulan data meliputi perilaku verbal, ekspresi wajah, dokumen
pribadi, wawancara klinis, teknik proyeksi dan pengalaman langsung.
SOAL LATIHAN BAB VII
1.
Jelaskan
perbedaan teknik pengumpulan data pada metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif?
2.
Jelaskan strategi
pengumpulan data kuantitatif ?
BAB VIII
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Analisis data adalah suatu proses atau upaya pengolahan data menjadi
sebuah informasi baru agar karakteristik data tersebut menjadi lebih mudah
dimengerti dan berguna untuk solusi suatu permasalahan, khususnya yang
berhubungan dengan penelitian. Analisis data juga dapat didefinisikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengubah data hasil dari penelitian menjadi
sebuah informasi baru yang dapat digunakan dalam membuat kesimpulan.
Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk menjelaskan suatu data
agar lebih mudah dipahami, selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan. Suatu
kesimpulan dari analisis data didapatkan dari sampel yang umumnya dibuat
berdasarkan pengujian hipotesis atau dugaan.
A.
Analisis Data Pada Penelitian Kuantitatif
Analisis data dimaksudkan
untuk memahami apa yang terdapat di balik semua data tersebut,
mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti,
serta menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut. Dalam analisis data
kuantitatif, apa yang dimaksud dengan mudah dimengerti dan pola umum itu
terwakili dalam bentuk simbol-simbol statistik, yang dikenal dengan istilah
notasi, variasi, dan koefisien.
Dalam menganalisa data
penelitian strukturalistik (kuantitatif) hendaknya konsisten dengan paradigma, teori
dan metode yang dipakai dalam penelitian. Ada perbedaan analisa data dalam
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, analisa
data yang dilakukan secara kronologis setelah data selesai dikumpulkan semua
dan biasanya diolah dan dianalisis dengan secara computerized berdasarkan
metode analisi data yang telah ditetapkan dalam desain penelitian.
Dalam proses menganalisa
data seringkali menggunakan statistik karena memang salah satu fungsi statistik
adalah menyederhanakan data. Proses analisa data tidak hanya sampai disini.
Analisa data belum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Setelah
data dianalisa dan diperoleh informasi yang lebih sederhana, hasil analisa
terus harus diinterpetasi untuk mencari makna yang lebih luas dan impilkasi
hasil-hasil analisa.
Analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk menganalisis data dalam
penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik
inferensial meliputi statistik parametris dan non parametris.
Statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiamana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya)
jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila
penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik
despkriptif maupun inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan bila
peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel dambil. Mengenai data
dengan statistik deskriptif peneliti perlu memperhatikan terlebih dahulu jenis
datanya. Jika peneliti mempunyai data diskrit, penyajian data yang dapat
dilakukan adalah mencari frekuensi mutlak, frekuensi relatif (mencari
persentase), serta mencari ukuran tendensi sentralnya yaitu: mode, median dan
mean (lebih lanjut lihat Sugiono, 2010).
Sesuai dengan namanya,
deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam
melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan
tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan
suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang membutuhkan informasi
tentang keberadaan gejala tersebut.
Fungsi statistik
deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data variabel berdasarkan
kelompoknya masing-masing dari semula belum teratur dan mudah diinterpretasikan
maksudnya oleh orang yang membutuhkan informasi tentang keadaan variabel
tersebut. Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan informasi
sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian dapat
dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan.
Analisis statistik
deskriptif dapat dibedakan menjadi: (1) analisis potret data (frekuansi dan
presentasi), (2) analisis kecenderungan sentral data (nilai rata-rata, median,
dan modus) serta (3) analisis variasi nilai (kisaran dan simpangan baku atau
varian).
Statistik Inferensial,
pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan suatu temuan yang
dapat digeneralisasikan secara lebih luas ke dalam wilayah populasi. Di sini
seorang peneliti akan selalu berhadapan dengan hipotesis nihil (Ho) sebagai
dasar penelitiannya untuk diuji secara empirik dengan statistik inferensial.
Jenis statistik inferensial cukup banyak ragamnya. Peneliti diberikan peluang
sebebas-bebasnya untuk memilih teknik mana yang paling sesuai (bukan yang
paling disukai) dengan sifat/jenis data yang dikumpulkan. Secara garis besar
jenis analisis ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama untuk jenis penelitian
korelasional dan kedua untuk komparasi dan/atau eksperimen. teknik analisis
dengan statistik inferensial adalah teknik pengolahan data yang memungkinkan
peneliti untuk menerik kesimpulan, berdasarkan hasil penelitiannya pada
sejumlah sampel, terhadap suatu populasi yang lebih besar. Kesimpulan yang
diharapkan dapat dibuat biasanya dinayatakan dalam suatu hipotesis. Oleh karena
itu, analisis statistik inferensial juga bisa disebut analisis uji hipotesis.
Inferensi yang sering dibuat oleh peneliti pendidikan dan ilmu sosial pada
umunya berhubungan dengan upaya untuk melihat perbedaan (beda nilai tengah) dan
korelasi, baik anatara dua variabel independent maupun anatara beberapa
variabel sekaligus. Selisih nilai tengah ataupun nilai koefisien (correlation
coeficient) yang dihasilkan kemudian diuji secara statistik.
Statistik inferensial,
sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas, adalah
teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan utuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel
diambil dari popualsi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi
itu dilakukan secara random. Statistik inferensial fungsinya lebih luas lagi,
sebab dilihat dari analisisnya, hasil yang diperoleh tidak sekedar
menggambarkan keadaan atau fenomena yang dijadikan obyek penelitian, melainkan
dapat pula digeneralisasikan secara lebih luas kedalam wilayah populasi. Karena
itu, penggunaan statistik inferensial menuntut persyaratan yang ketat dalam
masalah sampling, sebab dari persyaratan yang ketat itulah dapat diperoleh
sampel yang representatif; sampel yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki
populasinya. Dengan sampel yang representatif maka hasil analisis inferensial
dapat digeneralisasikan ke dalam wilayah populasi.
Statistik inferensial
meliputi statistik parametris dan non parametris. Statistik parametris
digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji
ukuran populasi melalui data sampel. Parameter populasi itu meliputi: rata-rata
dengan notasi µ (mu), simpangan baku σ (sigma) dan varians σ2. Dalam
statistik pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut
dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis
statistik adalah penelitian yang menggunakan sampel.
Penggunaan statistik
parametris dan non parameter tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan
dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi
yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal.
Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau
lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi
linieritas. Statistik non parametris tidak menuntut terpenuhinya banyak asumsi,
misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Oleh
karena itu statistik non parametris mempunyai kekuatan yang lebih dari
statistik non parametris, bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi.
Dalam dunia statistik
dikenal setidaknya terdapat empat jenis data hasil pengukuran, yaitu data
Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio. Masing-masing data hasil pengukuran ini
memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada jenis data yang
dianalisis. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data
interval dan rasio, sedangkan statistik non parametris kebanyakan digunakan
untuk menganalisis data nominal, ordinal. Jadi untuk menguji hipotesis dalam
penelitian kuantitatif yang menggunakan statistik, ada dua hal utama yang harus
diperhatikan yaitu, macam data dan bentuk hipotesi yang diajukan.
Dalam statistik
parametris menggunakan analisis data yang berupa data interval dan data rasio,
Data interval tergolong data kontinum yang mempunyai tingkatan yang lebih
tinggi lagi dibandingkan dengan data ordinal karena mempunyai tingkatan yang
lebih banyak lagi. Data interval menunjukkan adanya jarak antara data yang satu
dengan yang lainnya.
Data rasio
merupakan data yang tergolong ke dalam data kontinum juga tetapi yang mempunyai
ciri atau sifat tertentu. Data ini memiliki sifat interval atau jarak yang sama
seperti halnya dalam skala interval. Namun demikian, skala rasio masih memiliki
ciri lain. Pertama harga rasio memiliki harga nol mutlak, artinya titik nol
benar-benar menunjukkan tidak adanya suatu ciri atau sifat.
Sedangkan dalam
statistik non parametris analisis data atas data nominal dan data ordinal. Data
nominal sering disebut data diskrit, kategorik, atau dikhotomi. Disebut diskrit
karena data ini memiliki sifat terpisah antara satu sama lainnya, baik
pemisahan itu terdiri dari dua bagian atau lebih; dan di dalam pemisahan itu
tidak terdapat hubungan sama sekali. Masing-masing kategori memiliki sifat
tersendiri yang tidak ada hubungannya dengan kategori lainnya. Sebagai contoh
data hasil penelitian dikategorikan kedalam kelompok “ya” dan “tidak” saja.
Data ordinal adalah
data yang menunjuk pada tingkatan atau penjenjangan pada sesuatu keadaan.
Berbeda dengan data nominal yang menunjukkan adanya perbedaan secara kategorik,
data ordinal juga memiliki sifat adanya perbedaan di antara obyek yang
dijenjangkan. Namun dalam perbedaan tersebut terdapat suatu kedudukan yang dinyatakan sebagai suatu urutan bahwa yang
satu lebih besar atau lebih tinggi daripada yang lainnya. Kriteria urutan dari
yang paling tinggi ke yang yang paling rendah dinyatakan dalam bentuk posisi
relatif atau kedudukan suatu kelompok.
Setelah data
terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf peneliti,
khususnya yang bertugas mengolah data. Di dalam buku-buku lain sering disebut
pengolahan data, ada yang menyebut data preparation, ada pula data analisis.
Secara garis besar, pekerjaan analisis meliputi 3 langkah, yaitu persiapan,
tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Dalam analisis data
kuantitatif dikenal tiga jenis Analisis Data Kuantitatif yaitu analisis
univariate, bivariate dan multivariate.
1. Analisis Univariat. Jenis analisis ini digunakan untuk penelitian satu
variabel. Analisis ini dilakukan terhadap penelitian deskriptif, dengan
menggunakan statistik deskriptif. Hasil penghitungan statistik tersebut
nantinya merupakan dasar dari penghitungan selanjutnya.
2. Analisis Bivariat. Jenis analisis ini digunakan untuk melihat hubungan
dua variabel. Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu variabel
pengaruh (bebas) dan variabel terpengaruh (terikat).
3. Analisis Multivariat. Sama dengan analisis bivariat, tetapi pada
mutivariat yang dianalisis variabelnya lebih dari dua. Tetap mempunyai dua
variabel pokok (bebas dan terikat), variabel bebasnya memliki sub-sub variabel.
B.
Analisis Data Pada Penelitian
Kualitatif
Pada penelitian
kuantitatif, analisis data pada umumnya mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Editing atau kegiatan mengedit data dilakukan dengan tujuan untuk
mengevaluasi kelengkapan, konsistensi, dan kesesuaian antara kriteria data yang
diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian.
2. Coding atau memberi kode pada data dilakukan dengan tujuan merubah data
kualitatif menjadi data kuantitatif (kuantifikasi data) atau membedakan aneka
karakter. Pemberian kode sangat diperlukan terutama dalam rangka pengolahan
data, baik secara manual, menggunakan kalkulator atau komputer.
3. Tabulasi Data atau memasukkan data ke dalam tabel-tabel yang telah
disediakan, baik tabel untuk data mentah maupun tabel kerja untuk menghitung
data tertentu secara statistik.
4. Pembahasan atau Diskusi Hasil Penelitian. Pada tahap ini peneliti
mengabstraksikan hasil uji hipotesis, membahas hasil penelitian tersebut serta
mengkonsultasikannya dengan hasil penelitian sebelumnya (bila memungkinkan).
Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, fokus masalah penelitian menuntut
peneliti melakukan pengkajian secara sistematik, mendalam, dan bermakna.
Prinsip-prinsip analisis
data pada penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Peneliti menjadi instrumen utama pengumpulan data dan subjek yang
diteliti dipandang mempunyai kedudukan sama secara nisbi dengan peneliti. Sebagai
instrumen utama, peneliti melakukan wawancara kepada responden dan mengamati
sejumlah fenomena fokus penelitian yang tampak dan terjadi di lapangan
sebagaimana adanya.
2. Data penelitian yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Peneliti
mengumpulkan data dan mencatat fenomena yang terkait langsung atau tidak
langsung dengan fokus penelitian. Karakteristik ini berimplikasi pada data yang
terkumpul, yaitu cenderung berupa kata-kata atau uraian deskriptif, tanpa
mengabaikan data berbentuk angka-angka.
3. Proses kerja penelitian dilakukan dengan menggunakan perspektif etik,
yaitu dengan mengutamakan pandangan dan pendirian responden terhadap sistuasi
yang dihadapinya. Peneliti meminimalkan perspektif etik dengan tujuan mereduksi
subjektivitas data yang dihimpun.
4. Verifikasi data dan fenomena dilakukan dengan cara mencari kasus yang
berbeda atau bertentangan dengan menggunakan metoda dan subjek yang berbeda.
5. Kegiatan penelitian lebih mengutamakan proses dari pada hasil dan data
penelitian dianalisis secara induktif untuk mendapatkan makna kondisi alami
yang ada. Pemaknaan atas data dilakukan dengan interpretasi idiografik (idiographic
interpretation) berupa analisis atas fenomena yang muncul namun bukan
dimaksudkan untuk merumuskan generalisasi.
6. Pemberian makna merupakan dasar utama dalam memahami situasi, dimana
pemaknaan itu selain dilakukan sendiri oleh peneliti juga didasari atas
interpretasi bersama dengan sumber data.
Analisis data selama
peneliti dilapangan dilakukan dengan cara mempersempit fokus dan menetapkan
tipe studi, mengembangkan secara terus-menerus pertanyaan analitis,
merencanakan sesi pengumpulan data secara jelas, menjaga konsistensi atas ide
dan tema atau fokus penelitian, membuat catatan sistematis mengenai hasil
pengamatan dan penelaahan, mempelajari referensi yang relevan selama di
lapangan, menggunakan metafora, analogi dan konsep;, menggunakan alat-alat
audio visual.
Analisis data setelah
pengumpulan data selesai dilakukan dengan membuat kode data secara kategoris
dan penata sekuensi atau urutan penelaahan. Disamping analisis kualitatif, data
yang telah terkumpul juga dianalisis dengan menggunakan prosentase.
Hasil penelitian
kualitatif atau naturalistik dipandang memenuhi kriteria ilmiah jika memiliki
tingkat kepercayaan tertentu. Menurut Lincoln dan Guba, tingkat kepercayaan
hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegang pada 4 prinsip atau
kriteria, yaitu: credibility, dependability, corfirmability, dan
transferability (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003: 269 – 270).
a.
Credibility
Credibility atau prinsip kredibilitas menunjuk pada apakah kebenaran penelitian
kualitatif dapat dipercaya, dalam makna dapat mengungkapkan kenyataan yang
sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti perlu melakukan
trianggulasi, member check, wawancara atau pengamatan secara terus
menerus hingga mencapai tingkat redundancy.
b. Dependebility.
Prinsip dependabilitas
merujuk pada apakah hasil penelitian memiliki keandalan atau reliabilitas.
Prinsip ini dapat dipenuhi dengan cara mempertahankan konsistensi teknik
pengumpulan data, dalam menggunakan konsep, dan membuat tafsiran atas fenomena.
c. Corfirmability.
Prinsip konfirmabilitas
menunjuk pada sangat perlunya upaya untuk mengkonfirmasikan bahwa temuan yang
telah diperoleh dapat dipercaya kebenarannya. Untuk memenuhi prinsip ini,
peneliti dapat melakukan berbagai cara, yaitu: mengundang berbagai pihak untuk
mendiskusikan temuan dan draf hasil penelitian, mendatangi pihak- pihak
tertentu untuk melakukan audit trial, berupa jejak atau sistematika kerja
penelitian yang dapat dilacak dan diikuti, serta melakukan proses kerja secara
sistematis dan terdokumenasi, serta memeriksa secara teliti setiap langkah
kerja penelitian dan mengonfirmasikan hasil penelitian dengan para ahli,
khususnya para promoter.
d. Transferability.
Prinsip transferabilitas
mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan atau
diaplikasikan pada situasi lain. Berkenaan dengan hal ini hasil penelitian
kualitatif tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi
tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat
penelitian. Dengan demikian upaya untuk menstransfer hasil penelitian
kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin namun memerlukan
penyesuaian menurut keadaan dan asumsi yang mendasarinya.
C. Interpretasi Data
Teknik
analisis data penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Analisis data
dalam penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan statistik, menghitung
korelasi, regresi, uji perbedaan, dan analisis jalur. Penelitian tindakan
dengan pendekatan kualitatifnya menggunakan analisis yang bersifat
naratif-kualitatif.
Geoffrey
E. Mills (2000), mengemukakan beberapa teknik analisis data sebagai berikut:
1. Identifikasilah tema-tema dari data yang
dikumpulkan secara induktif dari tema-tema yang besar menjadi tema yang lebih
kecil.
2. Untuk setiap tema ataupun kelompok data dapat
dibuat kode, misalnya kode untuk perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun
hasilnya.
3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci: siapa, apa,
dimana, kapan mengapa?
4. Buatlah review keorganisasian dari unit yang
diteliti dari visi misi, tujuan, struktur sekolah dan lain-lain.
5. Petakan secara visual faktor-faktor yang
terkait atau melatarbelakangi dan diakibatkan oleh sesuatu hal. Misalnya
faktor-faktor yang melatarbelakangi dan diakibatkan oleh proses pembelajaran,
hasil belajar, kegagalan siswa dan lain-lain.
6. Buatlah bentuk penyajian dari temuan dalam
bentuk tabel, grafik dll.
7. Kemukakan apa yang belum atau tidak ditemukan
dalam penelitian, kemudian identifikasikan
Teknik Interpretasi data dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Perluaslah hasil analisis dengan mengajukan
pertanyaan berkenaan dengan hubungan, perbedaan antara hasil analisis,
penyebab, implikasi dari hasil analisis sebelumnya.
2. Hubungkan temuan dengan pengelaman pribadi
3. Berilah pandangan kritis dari hasil analisis
yang dilakukan.
4. Hubungkan hasil-hasil analisis dengan
teori-teori pada bab sebelumnya
5. Hubungkan atau tinjaulah dari teori yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi
SOAL LATIHAN BAB VIII
1. Apa saja yang dimaksud dengan statistik univariate, bivariate dan
multivariate
2. Berilah contoh judul penelitian dengan model statistik multivariate
3. Apakah fungsi analisis deskriptif dalam penelitian
4. Analisis statistik deskriptif dibedakan menjadi apa saja?, jelaskan
5. Apakah yang dimaksud dengan interpretasi data
6. Mengapa perlu melakukan interpretasi pada hasil
penelitian
7. Sebutkan teknik interpretasi data yang dapat
dilakukan
8. Apa yang
membedaan dari teknik analisis pada penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif
BAB IX
MACAM-MACAM DATA
A. Pengertian Data
Data adalah jamak dari datum. Data diperoleh melalui pengukuran atau
pengamatan sebuah fakta. Fakta adalah sesuatu yang nyata ada atau peristiwa, keadaan
yang benar-benar ada. Hal ini meliputi fakta benda yang gaib (tidak terlihat)
dan syahadah (terlihat). Sedangkan data
adalah sesuatu yang dihasilkan dari pengamatan atas sebuah fakta, sehingga data
merupakan fakta yang telah terukur dari sebuah kenyataan. Informasi adalah pesan yang dikandung oleh
data atau fakta sebagai masukan dalam menentukan keputusan. Hubungan antara
fakta, data dan informasi disajikan dalam Gambar 2.
Fakta baik yang gaib maupun yang nyata
merupakan sumber pengetahuan. Pengetahuan adalah sesuatu
yang kita ketahui tentang sesuatu objek, misalnya pengetahuan tentang surga,
neraka, cara memupuk padi, cara belajar, dsb.
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau
tak langsung turut memperkaya kehidupan.
Sumber: Najmulmunir, 2001
Gambar 2.
Model Hubungan Fakta, Data dan Informasi
Dalam Keputusan Keimanan
Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses
tertentu, yang disebut dengan metode ilmiah.
Pengetahuan yang diproses oleh
metode ilmiah tersebut digunakan untuk menjawab permasalahan kehidupan
sehari-hari dan untuk mencari kemudahan dalam kehidupan. Dengan demikian ilmu pengetahuan merupakan
alat untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi manusia, misalnya
melalui ilmu pengetahuan manusia dapat memecahkan permasalahan banjir,
kekurangan pangan dan sandang.
B. Macam Data
Data terbagai dalam berbagai macam,
tergantung pada sumber dan jenisnya.
Secara umum data terbagi atas.
1. Data Primer dan Sekunder
Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengukuran langsung oleh pengguna
data, misalnya data penduduk melalui kegiatan sensus penduduk, data persepsi
cita rasa tentang suatu produk diperoleh
melalui pengisian kuesioner dengan konsumen, kepuasan seorang karyawan terhadap
manajemen diperleh melalui wawancara, begitu juga pengaruh pemupukan terhadap
produksi tanaman diperoleh melalui pengamatan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui hasil pengukuran orang lain.
Misalnya hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS, Tingkat pendapatan
masyarakat yang diperoleh dari BPS, data penjualan produk minuman yang
diperoleh melalui hasil penghitungan bagian pemasaran dsb.
Pengguna Data sekunder mengolah lebih lanjut data
yang tersedia ke dalam disain olahan menjadi informasi sesuai dengan
kepentingan peneliti atau manajer untuk menarik kesimpulan sebagai dasar
keputusan.
2. Data Time
Series dan Data Cross Section
Data time series adalah data
yang diperoleh secara berakala dari waktu ke waktu, sehingga tersaji data
secara runut waktu. Sedang data cross section adalah data yang diperoleh
melalui pengamatan dalam waktu sesaat, sehingga data yang terjadi atau
diperoleh hanya dalam waktu tertentu saja.
3.
Data Berskala
Data berskala adalah data yang memiliki
skala pengukuran, yang terbagi atas data nominal, ordinal, skala dan
rasio. Uraian selanjutnya dapat dilihat
dalam uraian di bawah ini.
a. Pengukuran
Pengukuran adalah memberikan tanda
angka pada sebuah karakteristik objek, assigning numbers to indicants of the properties of objects. Atau penetapan atau pemberian angka pada objek atau fenomena menurut aturan
tertentu. Definisi tersebut terdapat
tiga kata kunci yakni
· Penetapan adalah pemberian atau memetakan (mapping)
· Angka adalah simbol 1,2,3 atau I,II,III
· Aturan adalah angka 1 diberikan pada
setuju dan 0 tidak setuju, atau 1 =
sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= kurang setuju, 4= setuju, 5 = sangat
setuju
Pengukuran dilakukan pada objek, dan objek
memiliki sifat atau ciri. Namun yang
diukur bukanlah objeknya melain indikator dari objek atau indikan. Indikan adalah sesatu yang menunjukkan sesutu
(indikator=penunjuk sesuatu). Misalnya
produktivitas kerja indikannya adalah jumlah output yang dihasilkan dalam
satuan waktu. Maka yang dianalisis secara statistik adalah indikannya
atau angka penunjuk sesuatu (indikator).
Pengukuran hasilnya harus sesuai dengan
realitas. Prinsip ini dikenal dengan isomorphism. Realitas umumnya tidak dapat diketahui, untuk
itu perlu menguji data hasil pengukuran dengan realitas.
b. Macam-macam data
Data dikelompokkan dalam 4 ukuran, yakni sebagi berikut:
1) Nominal
2) Ordinal
3) Interval
4) Rasio
Sedangkan data memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Klasifikasi (Classification)
2)
Ordinal (Order)
3)
Jarak (Distance or interval
between numbers)
4)
Bilangan asli (Origin of number
series)
1)
Nominal adalah ukuran yang paling sederhana,
dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti label saja, sebagai
upaya untuk mengklasifikasikan saja, tidak menunjukkan tingkatan. Misalnya
angka 1 sebagai simbol atau. Misalnya untuk jenis kelamin pria; dan 2 untuk
jenis kelamin wanita. Jadi angka terseut tidak memiliki arti
apa-apa jika dilakukan operasi matematika (tambah, kurang, kali, bagi)
2)
Ordinal adalah ukuran yang diberi angka, namun angka
tersebut mengandung arti tingkatan (order). Ukuran ini digunakan untuk mengukur tingkatan
dari suatu objek dari yang tinggi ke rendah atau sebaliknya. Dengan demikian Ukuran ordinal memiliki ciri
sebagai berikut:
· Tidak mengandung nilai absolut
· Hanya menyatakan urutan saja
(ranking).
· Rangking ini tidak memiliki jarak atau
interval yang sama.
Misalnya nilai Mata Kuliah Metodologi Penelitian mahasiswa Fakultas Agama Islam adalah
sebagai berikut:
Nama |
Nilai Akhir |
Nilai Prestasi |
Salam |
80 |
A |
Yamin |
75 |
B |
Jamilah |
66 |
C |
Jamal |
55 |
D |
Hasan |
40 |
E |
Berdasarkan ketetapan maka penilaian mahasiswa adalah sebagi berikut:
A = 80-100
B = 70-79
C = 60-69
D = 50-59
E = 0-49
Jadi nilai prestasi di atas hanya mengurutkan dari prestasi paling tinggi
sampai paling rendah
3)
Interval adalah ukuran yang diberikan label oleh angka yang
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
· Tidak mengandung nilai absolut dari objek
yang diukur
· Menyatakan urutan (ranking).
· Rangking memiliki jarak atau interval yang
sama
Nama |
Nilai Akhir |
Nilai Prestasi |
Bobot |
Salam |
80 |
A |
4 |
Yamin |
75 |
B |
3 |
Jamilah |
66 |
C |
2 |
Jamal |
55 |
D |
1 |
Hasan |
40 |
E |
0 |
Jika nilai A, B, C, D dan E diberi bobot, seperti di atas, maka akan
menghasilkan jarak yang sama antar urutan prestasi
4)
Rasio adalah ukuran yang diberi angka, dan angka tersebut memiliki ciri-ciri sifat interval
dan angka mengandung nilai absolut, sehingga berlaku operasi matematika (tambah, kurang, kali, bagi).
Nama |
Nilai Akhir |
Nilai Prestasi |
Bobot |
SKS |
Indeks Prestasi |
Salam |
80 |
A |
4 |
3 |
12/3 = 4,0 |
Yamin |
75 |
B |
3 |
3 |
9/3 = 3,0 |
Jamilah |
66 |
C |
2 |
3 |
6/3 = 2,0 |
Jamal |
55 |
D |
1 |
3 |
3/3 = 1,0 |
Hasan |
40 |
E |
0 |
3 |
0/3 = 0 |
Jika nilai A, B, C, D dan E diberi bobot kemudian
bobot nilai dikalikan dengan bobot SKS, maka akan dihasilkan Indeks
Prestasi. Indeks Prestasi menghasiklan
angka rasio, mulai angka 0,0 hingga 4,0.
Ukuran dan ciri-ciri data dapat dibuat matrik
sebagai berikut
Jenis Data |
Karaktersitik data |
||
Urutan |
Jarak |
Angka Asli (0) |
|
Nominal |
Tidak
ada |
Tidak
ada |
Tidak
ada |
Ordinal |
ada |
Tidak sama |
Tidak ada |
Interval |
ada |
Sama atau tidak sama |
Tidak ada |
Ratio |
ada |
Sama |
ada |
SOAL LATIHAN BAB IX
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan data?
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam data?
BAB X
DASAR PENELITIAN KUALITATIF
A. Karakteristik
Penilaian Kualitatif
Menurut
Williams (2008) penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lainnya dalam
beberapa hal. Dalam hubungan ini, Williams menyebutkan dalam tiga hal pokok
yaitu (1) pandangan-pandangan dasar (axioms)
tentang sifat realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, posibilitas
penarikan generalisasi, posibilitas dalam membangun jalinan hubungan kausal,
serta peranan nilai dalam penelitian. (2) karakteristik pendekatan penelitian
kualitatif itu sendiri, dan (3) proses yang diikuti untuk melaksanakan
penelitian kualitatif.
Sedangkan
mengenai karakteristik penelitian kualitatif itu sendiri, Williams (2008)
menyebutkan ada 13 buah yang tergolong utama, yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan
data dilakukan dalam latar yang wajar/alamiah (natural settings). Penelitian kualitatif lebih tertarik menelaah
fenomena-fenomena sosial dan budaya dalam suasana yang berlangsung secara
wajar/alamiah, bukan dalam kondisi yang terkendali atau laboratoris sifatnya.
2. Peneliti
merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data.
Alat-alat yang lain seperti angket, tes, film, pita rekaman, dan sebagainya
hanyalah sebagai alat Bantu (bila memang diperlukan); bukan pengganti peneliti
itu sendiri sebagai pengkonstruksi realitas atas dasar pengalamannya.
3. Kebanyakan
peneliti kualitatif sangat kaya dan sarat dengan deskripsi. Peneliti yang
terdorong untuk memahami fenomena secara menyeluruh tentunya harus memahami
segenap konteks dan melakukan analisis yang holistik, yang tentu saja perlu
dideskripsikan. Laporan penelitian kualitatif biasanya juga berisi sintesis dan
abstraksi kesimpulan-kesimpulan.
4. Meskipun
penelitian kualitatif sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai
variabel yang saling membentuk secara simultan,
namun lebih lazim menelaah proses-proses yang terjadi, termasuk di
dalamnya bagaimana berbagai variabel itu saling membentuk dan bagaimana
orang-orangnya saling berinteraksi dalam latar alamiah yang menjadi medan
penelitian.
5. Kebanyakan
penelitian kualitatif menggunakan analisis induktif, terutama pada tahap-tahap
awalnya. Dengan demikian, akan terbuka kemungkinan munculnya masalah dan fokus
penelitian pada hal-hal yang memang mendesak dan bernilai. Jadi, peneliti tidak
berpegang pada masalah yang telah dibatasi sebelumnya (pre-defined issues). Walau demikian, analisis deduktif juga
digunakan, khususnya pada fase-fase belakangan (seperti penggunaan analisis
kasus negatif atau negative case analysis)
6. Makna
dibalik tingkah laku manusia merupakan hal esensial bagi penelitian kualitatif.
Peneliti tidak hanya tertarik pada apa yang dikatakan atau dilakukan manusia
yang satu terhadap manusia lainnya, tetapi juga pada maknanya dalam sudut
pandangan mereka masing-masing.
7. Penelitian
kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitiannya untuk melakukan
sendiri kegiatan penelitian di lapangan (sebagai tangan pertama yang mengalami
langsung di lapangan). Ini tidak hanya akan membantu peneliti dalam memahami
konteks dan berbagai perspektif dari orang yang sedang diteliti, tetapi juga
supaya mereka yang diteliti menjadi lebih terbiasa dengan kehadiran peneliti
ditengah-tengah mereka sehingga “efek pengamat” (the observer effect) menjadi seminimal mungkin adanya.
8. Dalam
penelitian kualitatif terdapat kegiatan triangulasi yang dilakukan secara
ekstensif, baik triangulasi metode (menggunakan lintas metode dalam pengumpulan
data) maupun triangulasi sumber data (memakai beragam sumber data yang relevan)
dan triangulasi pengumpul data (beberapa peneliti yang mengumpulkan data secara
terpisah). Ini sebagai upaya verifikasi atas data yang ditemukan.
9. Orang
yang distudi diperhitungkan sebagai partisipan, konsultan. Atau kolega peneliti
dalam menangani kegiatan penelitian.
Jarang, orang yang distudi tersebut dianggap
sebagai “subjek” apalagi “objek” penelitian.
10. Perspektif
emic/partisipan sangat diutamakan dan
dihargai tinggi dalam penelitian kualitatif. Minat peneliti banyak tercurah
pada bagaimana persepsi dan makna-makna menurut sudut pandangan pastisipan yang
sedang diteliti sehingga bisa menemukan apa yang disebut dengan fakta fenomenologis.
11. Pada
penelitian kualitatif, hasil atau temuan penelitian jarang dianggap sebagai
“temuan final” sepanjang belum ditemukan bukti-bukti kuat yang tak tersanggah
melalui bukti-bukti penyanggah (contrary
evidence). Bila belum sampai ketingkat itu, penelitian kualitatif biasanya
sekedar mengajukan hipotesis yang belum secara final terbuktikan.
12. Pengambilan
sampel biasanya dilakukan secara purposif rasional (logical, purposive sampling). Di sini, penelitian harus dapat
menjelaskan kenapa orang-orang tertentu yang dijadikan sampel, serta mengapa
latar-latar tertentu yang diobservasi. Tentu saja, tak semua keadaan dapat
tercakup dalam suatu kegiatan penelitian. Rancangan sample probabilitas atau
rancangan sampel statistik biasanya tidak digunakan dalam penelitian kualitatif
meskipun tidak berarti menolaknya.
13. Baik
data kuantitatif maupun data kualitatif dalam penelitian kualitatif sama-sama
digunakan. Penelitian kualitatif tidaklah menolak data yang menunjuk pada
“seberapa banyak” dari sesuatu.
Sedangkan,
proses penelitian kualitatif lazimnya menggunakan proses yang berbentuk siklus,
bukan linear sebagaimana halnya pendekatan penelitian yang bersifat
deduktif-hipotesis, positivistic, empirik-behavioristik, nomotetik, atomistik,
dan universalitik. Dalam penelitian kualitatif, siklus penelitian dimulai
dengan memilih projek penelitian. Kemudian diteruskan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan projek penelitian, seterusnya
mengumpulkan data yang menyangkut pertanyaan-pertanyaan dimaksud tadi, menyusun
catatan data yang telah dikumpulkan, dan menganalisisnya. Proses ini
berlangsung berulang beberapa kali, bergantung pada lingkup dan kedalaman yang
diperlukan dari pertanyaan-pertanyaan penelitian itu sendiri.
Di saat
mengawali penelitian, peneliti biasanya tidak mengetahui secara pasti seberapa
banyak waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu putaran siklus
penelitian. Proses dan waktunya menuntut keluwesan dan bersifat terbuka akan
informasi baru yang berkembang dalam rangka semakin mempersempit fokus masalah
penelitian, atau dalam rangka semakin menjuruskan arah penelitian. Karenanya,
penelitian kualitatif bersifat terbuka terhadap kemungkinan melakukan
perancangan ulang (redesigning),
serta pengumpulan dan analisis data berlangsung simultan.
B. Beberapa
Pertanyaan Tentang Penelitian Kualitatif
Sebagaimana telah disebutkan bahwa penelitian
kualitatif berkembang sebagai sebuah metode penelitian dalam konteks
permasalahan tentang fenomena sosial, budaya, dan tingkah laku manusia. Dalam
ilmu-ilmu fisik-kealaman, penelitian kualitatif tidak dikenal, yang dikenal
adalah penelitian laboratoris-eksperimental. Semangat penelitian
laboratoris-eksperimental tersebut (yang dalam ilmu-ilmu alam membuahkan hasil
menakjubkan, dan telah berkembang ratusan tahun lamanya sebelum ilmu-ilmu
sosial mulai berkembang) kemudian mewarnai pemikiran Auguste Comte (1798-1857)
yang dikenal sebagai bapak sosiologi itu, Comte juga dikenal sebagai pelopor
pandangan filsafat positivisme (salah satu pandangan filsafat yang berkembang
dari empirisme) yang mengagungkan semangat penelitian ekperimental-laboratoris
dalam mempelajari masyarakat. Sebab, masyarakat manusia juga dianggap mempunyai
sifat universalistis dan mekanistis sebagaimana halnya objek ilmu-ilmu kealaman
sehingga dapat dipecah-pecah kedalam variable-variabel, bisa diukur dan
dikuantifikasikan, serta dapat secara objektif dan terkendali diperiksa
hubungan sebab akibat antar variabel. Dalam perkembangannya, pandangan
posivifistik Comte menjadi sandaran metode ilmiah “logika deduktif-hipotesis”.
Paradigma positivistic tersebut amat kuat dan
luas mempengaruhi konsep metode ilmiah dan bahkan konsep ilmu pengetahuan itu
sendiri; termasuk di dalamnya konsep penelitian ilmiah dan bagaimana penelitian
ilmiah itu harus dilakukan. Dalam hubungan inilah, kemudian muncul beberapa
pertanyaan yang biasanya diajukan dalam penelitian kualitatif. Dalam karya
Bogdan dan Biklen disebutkan ada delapan pertanyaan yang biasa diajukan tentang
penelitian kualitatif, seperti berikut ini:
1. Apakah
penelitian kualitatif benar-benar ilmiah?
Jawaban
terhadap pertanyaan tersebut sangat bergantung pada konsep penelitian ilmiah
itu sendiri. Jika penelitian ilmiah didefinisikan sebagai “penelitian empiris
yang dilakukan secara sistematis dan ketat” (rigorous and systematic empirical inquiry), atau sebagai disciplined inquiry, maka penelitian
kualitatif jelas tergolong ilmiah. Definisi tersebut jauh lebih mengena dan
realistis daripada mempersempitnya menjadi “metode deduktif dan pengujian
hipotesis”
2. Dapatkah
temuan penelitian kualitatif digeneralisasikan?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut juga
bergantung pada konsep generalisasi itu sendiri. Jika pengertian generalisasi
itu menunjuk pada “generalisasi yang bebas konteks dan waktu” (time and context-free generalizations),
sebagaimana yang biasa dipakai oleh mereka yang menggunakan paradigma
positivistik, maka temuan penelitian kualitatif memang tak dapat
digeneralisasikan. Yang jelas, hasil penelitian kualitatif dapat secara cerdik
ditransfer (transferable)
keberlakuannya oleh siapapun pada latar lainnya yang setipologi dengan latar
yang telah diteliti, dalam arti transferability
generalicity, jawabannya ya.
3. Apakah
dua peneliti yang berbeda dapat menghasilkan temuan-temuan yang sama mengenai
suatu latar atau subjek yang sama?
Pertanyaan tersebut berkaitan dengan konsep
reliabilitas dalam khasanah penelitian kuantitatif. Dalam hubungan ini,
peneliti-peneliti kualitatif sesungguhnya tak dapat dipaksa untuk memenuhi
harapan tersebut. Sebab, masing-masing peneliti tentunya mempunyai variasi minat
dan tekanan tinjauannya yang lazimnya berbeda-beda pula, sejalan dengan
perbedaan latar belakang masing-masing peneliti. Yang menjadi kepedulian utama
peneliti kualitatif terletak pada keakuratan dan kekomprehensifan data yang
mereka kumpulkan. Peneliti kualitatif cenderung mengartikan reliabilitas
sebagai “kecocokan antara data yang mereka rekam dengan apa yang sesungguhnya
terdapat/terjadi pada latar yang distudinya”, bukan mengartikannya secara
harfiah atau literal, sebagaimana lazimnya diartikan di kalangan peneliti
kuantitatif.
4. Bagaimana
tentang opini, prasangka, dan bias peneliti beserta efeknya terhadap data?
Peneliti
kualitatif menghargai bahwa dirinya subjektif menurut kodratnya (acknowledge that they are subjective by
nature), sebagaimana halnya semua orang, termasuk semua peneliti manapun.
Dalam pandangan peneliti kualitatif, subjektivitas diperlukan untuk memahami
subjektivitas orang-orang yang sedang ditelitinya. Dalam hubungan ini, peneliti-peneliti
kualitatif menggunakan berbagai teknik untuk tetap terjaganya kegiatan mereka
sebagai disciplined inquiry yang
memenuhi standar, misalnya melalui teknik-teknik confirmability dan dependability.
5. Tidakkah
kehadiran peneliti bisa mengubah tingkah laku orangorang yang sedang diteliti?
Masalah
efek kehadiran pengamat (observer effect)
sesungguhnya terdapat pada semua penelitian sosial (dan mungkin juga pada apa
yang selama ini dianggap sebagai “ilmu-ilmu keras”). Persoalan tersebut oleh
peneliti-peneliti kualitatif diatasi dengan jalan mengembangkan iklim interaksi
yang sewajar mungkin dengan orang-orang yang sedang mereka teliti, dan itu
berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Peneliti juga menelaah dirinya
sendiri sebagai instrumen utama penelitian, yaitu untuk menghitung seberapa
banyak penampilan dirinya memberikan efek pada kewajaran latar penelitian.
Beberapa teknik yang tercakup dalam standar kredibilitas
juga mengarah pada peniadaan “efek pengamat” dalam proses penelitian
kualitatif.
6. Di
manakah letak perbedaan penelitian kualitatif dengan yang dilakukan orang lain
seperti guru, wartawan, atau seniman?
Meskipun orang-orang seperti guru, wartawan,
dan seniman juga melakukan hal-hal yang serupa dengan penelitian kualitatif
(seperti melakukan wawancara, mengobservasi, mengkreasi sesuatu, menulis, dan
sebagainya), tetapi peneliti-peneliti kualitatif melakukannya dalam kerangka disciplined inquiry dan dengan tujuan
yang berbeda. Sebagai kegiatan disciplined
inquiry, terdapat persyaratan standar yang harus dipenuhinya yang dalam
penelitian kualitatif setidak-tidaknya harus memenuhi persyaratan kredibilitas,
transfermabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.
7. Dapatkah
penelitian kualitatif dan kuantitatif digunakan bersama-sama dalam suatu
penelitian?
Meskipun
data kuantitatif dan data kualitatif jelas dapat digunakan bersama-sama, dan
beberapa peneliti menggunakan rancangan/prosedur pengumpulan data secara
kuantitatif dan kualitatif, sangat disarankan supaya peneliti pemula tidak
menggabungkannya secara bersama dalam satu kegiatan/projek penelitian. Dan,
yang lebih penting lagi, mengingat paradigma metodologinya sangat berbeda satu
dengan yang lain, rasanya mustahil ia bisa menyatukannya secara sempurna dalam
“satu rumah”. Salah satunya akan kurang memadai terperhatikan persyaratan
standarnya atau bahkan kedua-duanya.
8. Bagaimanakah
perbedaan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif?
Pertanyaan
tersebut telah cukup banyak dijawab para ahli dengan mengkontraskan satu dengan
yang lain. Mulai dari asumsi-asumsinya hingga kepersoalan-persoalan teknis
kemetodean dalam penelitian. Untuk membedakan kedua jenis penelitian ini akan
dibahas pada sub bab tersendiri.
C. Rancangan
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Penelitian kualitatif mempunyai paradigma dan
ciri-ciri kemetodean tersendiri yang berbeda dengan penelitian kuantitatif.
Karenanya, sosok rancangannya juga mempunyai perbedaan diantara keduanya.
Dalam hubungan ini, sebagaimana dinyatakan
Lincoln dan Guba, rancangan penelitian kuantitatif lazimnya menuntut kejelasan
tentang tujuh hal berikut:
1) Pernyataan
masalah beserta mengapa masalah tersebut penting diteliti dan apa tujuan yang
dingin dicapai dengan meniliti masalah tersebut.
2) Pernyataan
landasan/tinjauan teori yang akan digunakan untuk menuntun operasionalisasi
suatu penelitian.
3) Pernyataan
tentang prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian, termasuk di
dalamnya prosedur pengambilan sampel, instrumentasi, dan analisis data.
4) Penggambaran
tentang jadwal waktu pelaksanaan penelitian, termasuk bagi masing-masing tahap
yang perlu dilalui.
5) Penggambaran
tentang petugas-petugas yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian, termasuk
siapa dan akan melakukan pekerjaan yang mana.
6) Penggambaran
tentang besar anggaran yang diperlukan, termasuk rincian alokasi penggunaan
yang direncanakan.
7) Hasil
akhir yang diharapkan dari suatu penelitian.
Pada
penelitian kuantitatif ketujuh hal tadi
lazimnya bias, dan malah seharusnya dapat dipastikan dari awal, yaitu ketika
merancang suatu penelitian. Lazimnya, diharapkan hal itu tertuang secara
eksplisit dan spesifik di dalam setiap usulan/rancangan penelitian kuantitatif.
Ini wajar dan bisa dimengerti karena penelitian kuantitatif bersifat deduktif-verifikatif, etik a priori, dan
berlangsung linear.
Lain
sekali halnya dengan penelitian kualitatif yang induktif konseptual, emic post priori, dan prosesnya
berbentuk siklus. Karenanya, ketujuh elemen yang disebutkan tadi (yang biasanya
diharapkan terbatasi sebelumnya secara jelas dan pasti dalam rancangan
penelitian kuantitatif) umumnya sukar (dan bahkan tidak mungkin) dibatasi
sebelumnya pada usulan/rancangan penelitian kualitatif. Sebab, rancangan
penelitian kualitatif menuntut pengembangan sewaktu penelitian itu sendiri
tengah berlangsung. Ia terbuka untuk berubah, dan karena itu harus luwes
mengikuti tuntutan perkembangan masalah dilapangan.
Mengapa
ketujuh unsur tadi disebut sukar dan bahkan tidak mungkin ditentukan atau
dibatasi sebelumnya di dalam usulan/rancangan penelitian kualitatif.
1.
Fokus/Pokok Masalah Penelitian
Setiap
peneliti terlebih dahulu tentunya mengetahui “apa” yang akan ditelitinya,
termasuk juga peneliti kualitatif. Mengenai “apa” yang dimasalahkan itu, pada
penelitian kuantitatif telah sedemikian jelas dan terbatasi sebelumnya sebab
penelitiannya berangkat dari pandangan bahwa ia telah mengetahui tentang apa
yang belum diketahuinya (knows what he or
she does not know). Sedangkan, para peneliti kualitatif lebih cenderung
bertolak dari pandangan ”tidak mengetahui tentang apa yang tak diketahuinya” (does not know what he or she does not know).
Karenanya, penelitian kualitatif ditingkat awal biasanya hanya menyatakan fokus
atau pokok masalah yang kadarnya masih cukup umum. Fokusnya yang lebih
spesifik/selektif akan berkembang di saat proses/ berlangsungnya penelitian itu
sendiri.
Dalam
mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus. Spradley (1980)
menyatakan bahwa A fokused refer to a
single cultural domain or a few related domains. Maksudnya adalah bahwa
fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari
situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal
lebih di dasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari
situasi sosial (lapangan). Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk
memahami secara lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial, tetapi juga ada
keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi sosial yang
diteliti. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah
peneliti melakukan grand tour observation
dan grand tour question atau yang
disebut dengan penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan
memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang
situasi sosial. Untuk dapat memaham secara lebih luas dan mendalam, maka
diperlukan pemilihan fokus penelitian.
Spradley
(1980) mengemukakan empat alternatif untuk mendapatkan fokus yaitu:
1) Menetapkan
fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
2) Menetapkan
fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain.
3) Menetapkan
fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.
4) Menetapkan
fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada.
2. Landasan
Teori
Pada penelitian kualitatif fokus/masalah penelitian
diharapkan berkembang sesuai dengan kenyataan di lapangan, mementingkan
perspektif emic, dan bergerak dari
fakta/informasi/peristiwa menuju ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi (apakah
konsep ataukah teori) serta bukan sebaliknya, dari teori atau konsep ke
data/informasi. Karenanya, secara konseptual-paradigmatis, peneliti kualitatif
malah justru harus mampu membebaskan dirinya dari “tawanan” suatu teori; ini
bukan berarti mengabaikan perlunya pemahaman akan teori yang sudah ada sebab
teori itu juga mempunyai kegunaan tertentu, khususnya di tahap-tahap akhir
suatu penelitian kualitatif (pada saat harus membahas atau mendiskusikan hasil
penelitian).
Cooper
and Schindler (2003) mengemukakan bahwa, a
theory is a set of systematically
interrelated concepts, definition, and proposition that are advanced to explain
and predict phenomena (fact). Teori adalah seperangkat konsep,
definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Selanjutnya
Sitirahayu Haditono (2009) menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti
yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan
meramalkan gejala yang ada.
Mark
(1963), dalam (Sitirahayu Haditono, 2009), membedakan adanya tiga macam teori.
Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian
dapat dibedakan antara lain:
1) Teori
yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2) Teori
yang induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positivistis ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3) Teori
yang fungsional: di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan
tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai
berikut.
1) Teori
menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini
biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan
antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg (tidak berubah/teratur) dan
dapat diramal sebelumnya.
2) Suatu
teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok
hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang
mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu
konsep yang teoritis (induktif).
3) Suatu
teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di
sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang
teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum
dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang
umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui jalan yang
sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan
suatu teori.
3.
Sampel Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal
konsep “keterwakilan” contoh/sampel dalam rangka generalisasi yang berlaku bagi
populasi. Yang dikenal adalah keluasan dan pencakupan rentangan informasi.
Karenanya, soal jumlah dan asumsi randomisasi dalam pengambilan sampel bukan
menjadi kepedulian penelitian kualitatif. Yang menjadi kepedulian adalah luas
dan mencakupnya rentangan informasi yang diperlukan sesuai dengan elemen-elemen
fokus/masalah penelitian. Karenanya, sampel akan berkembang atau bergerak
mengikuti karakteristik elemen-elemen yang ditemukan di lapangan sehingga tidak
dapat dipastikan sebelumnya. Hanya sampel awal yang dapat disebutkan
sebelumnya, yang darinya akan menyebar sesuai dengan keperluan menuntaskan
pemburuan data/informasi tentang segenap elemen yang ingin diketahui.
4.
Instrumentasi
Dalam
penelitian kualitatif, instrumen yang dipergunakan bukanlah “alat ukur” yang
disusun atas dasar definisi operasional varibel-variabel, sebagaimana yang
lazim dalam penelitian kuantitatif. Sebab, secara paragdimatis memang ia tidak
memakai logika deduktif-verifikatif;
logika yang dipakai justru sebaliknya, yaitu “manusia peneliti-nya” itu
sendiri. Kapasitas jiwa raganya dalam mengamati, bertanya, melacak, dan
mengabstraksi merupakan alat atau instrumen penting yang tiada duanya. Artinya,
masalah instrumentasi memang tak dapat “ditagih” dalam rancangan penelitian
kualitatif; yang dapat ditagih adalah kemampuan/kualifikasi penelitiannya.
5. Analisa Data
Secara umum, analisis data dalam penelitian
kualitatif bergerak secara induktif, yaitu dari data/fakta menuju ketingkat
abstraksi yang lebih tinggi, termasuk juga melakukan sintesis dan mengembangkan
teori (bila diperlukan, dan datanya menunjang). Artinya, analisis data pada
penelitian kualitatif lebih bersifat open
ended dan harus disesuaikan dengan data/informasi di lapangan sehingga
prosedur analisisnya sukar untuk dispesifikkan sedari awal.
6.
Jadwal, Pembiayaan, dan Produk akhir
Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang
telah disebutkan di atas, maka jadwal, pembiayaan, dan produk akhirnya juga
sukar dapat di “reka” secara lebih pasti dari awal. Ini menunjukkan bahwa
kriteria yang biasanya dipakai dalam menilai rancangan penelitian kuantitatif
tidak dapat dipergunakan dalam menilai usaha/rancangan penelitian kualitatif.
Jika demikian halnya, tentu timbul pertanyaan:
apakah penelitian kualitatif memerlukan rancangan; bila diperlukan bagaimana
sosok rancangannya.
Penelitian
kualitatif sebagai suatu disciplined inquiri, bukanlah kegiatan
acak-acakan yang tidak berstruktur. Ia merupakan kegiatan berstruktur,
berencana, dan berstrategi yang dapat dan seharusnya ditelisik (dicari)
semenjak awal. Oleh sebab itu, adanya rancangan merupakan suatu keharusan juga.
Bagaimanakah
rancangan penelitian kualitatif tersebut?
Bog dan
dan Biklen mengibaratkan rancangan penelitian kualitatif dengan rencana
seseorang yang hendak mengisi hari liburnya kesuatu objek wisata tertentu. Dia
hanya menyatakan kearah mana atau daerah tujuan wisata mana ia akan berpergian,
dan dengan menyebutkan bahwa apa yang akan dikunjunginya bergantung pada
keadaan disana nantinya. Ia tidak berpretensi bahwa keadaan di daerah objek
wisata itu telah dipahaminya benar-benar sehingga ia tidak dapat merinci secara
spesifik objek-objek yang bakal dikunjunginya. Ia juga tak dapat merinci jenis
strategi yang perlu dipakai dalam menuju sasaran-sasaran kunjungan di daerah
objek wisata.
Sejalan
dengan itu, Michael mengatakan bahwa banyak peneliti etnografi hanya memaparkan
sekitar setengah halaman mengenai metode penelitian dalam usulan/rancangan
penelitian mereka. Biasanya dinyatakan bahwa mereka akan menggunakan observasi
partisipatif, wawancara mendalam yang tak berstruktur, dan melakukan pencatatan
data secara tertentu. Sedangkan, Richard L. Daft menyebutkan bahwa pada
penelitian kualitatif, rancangannya menyerupai puisi bukan menyerupai novel (design research as a Poem, not as a Novel).
Walaupun
demikian, baik Bogdan dan Biklen maupun Michael juga mengakui bahwa terdapat
juga penelitian-penelitian kualitatif yang oleh penelitinya telah direncanakan
secara lebih rinci dalam usulan/rancangan penelitiannya, baik berkenaan dengan
aspek permasalahan maupun prosedur/metode penelitiannya. Juga terdapat
penelitian-penelitian yang sejak awalnya sudah lebih “terpancang”. Bisa lebih
terpancang atau tidaknya sesuatu penelitian yang bersifat kualitatif banyak
bergantung pada kadar pengetahuan pendahuluan penelitiannya tentang subjek dan
latar penelitian yang hendak distudinya. Ia juga bergantung seberapa banyak
kadar analisis induktif-kualitatif dan proses rotasi/siklus dipedulikan sebagai
“garis pegangan”.
D. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian
Kuantitatif
Kedua pendekatan penelitian ini berbeda.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Perspektif Teori
Perbedaan
antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif disamping perbedaan
metodologis juga perbedaan pada perspektif teori.
Penelitian
kuantitatif adalah penganut aliran positivisme, yang perhatiannya ditujukan
pada fakta-fakta tersebut. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penganut
aliran fenomenologis, yang menitik beratkan kegiatan penelitian ilmiahnya
dengan jalan penguraian (describing)
dan pemahaman (understanding)
terhadap gelaja-gelaja sosial yang diamatinya. Pemahaman bukan saja dari sudut
pandang peneliti (researcher’s
perspective) tetapi yang lebih penting lagi adalah pemahaman terhadap
gelaja dan fakta yang diamati berdasarkan sudut pandang subjek yang diteliti.
2.
Pendekatan
Didalam
pendekatan penelitian kuantitatif, peneliti: (1) mengidentifikasi
variabel-variabel masukan dan keluaran yang menjadi pusat perhatiannya; (2)
mengeleminir atau mengontrol variabel-variabel; (3) memilih subyek dengan
secara random; (4) treatment; dan (5)
membandingkan pengaruh treatment
dengan menggunakan batas kesesatan tertentu. Jika pengontrolan variabel tidak
mungkin dilakukan meskipun di laboraturium maka pengontrolan dilakukan dengan
mengadakan manipulasi statistik.
Pendekatan
penelitian kualitatif dilakukan oleh para peneliti dengan cara yang berbeda.
Peneliti kualitatif memulai kerjanya dengan memahami gejala-gejala yang menjadi
pusat perhatiannya. Dengan jalan menceburkan dirinya (melakukan participant observation) ke dalam medan
dengan pikiran seterbuka mungkin, serta membiarkan inpresi timbul. Selanjutnya
peneliti mengadakan ceck dan receck dari satu sumber dibandingkan
dengan sumber lain sampai peneliti merasa puas dan yakin bahwa informasi yang
dikumpulkan itu benar.
3.
Tujuan
Penelitian kuantitatif memusatkan perhatian
pada variabel-variabel serta hubungan antara variabel satu dengan variabel
lainnya. Tujuannya adalah mengadakan verifikasi yaitu mengetes teori-teori
dengan perantara hipotesis dengan menggunakan teknik statistik.
Penelitian kualitatif bertujuan menemukan
ciri-ciri sifat dan fenomena-fenomena yang termasuk dalam selanjutnya peneliti
mencari hubungan antara fenomena dengan jalan membandingkan perbedaan/
persamaan sifat dari berbagai gejala yang ditemukan. Kemudian peneliti
menggolong-golongkan gejala yang mempunyai sifat-sifat yang sama dan membuat
“generalisasi” sampai membentuk sebuah teori. Penemuan teori seperti itu dalam
penelitian kualitatif disebut “grounded
theory”.
4.
Sikap
Peneliti
kuantitatif adalah reductionist; sebenarnya reduksi dilakukan sebelum
pengumpulan data lapangan dilakukan melalui proses pembatasan terhadap
variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Oleh sebab itu peneliti
kuantitatif memasuki lapangan dengan sejumlah hipotesis dan sejumlah research questions. Sehingga dengan
demikian peneliti kuantitatif hanya mencari atau mengumpulkan informasi/data
yang diperlukan untuk menjawab research
questions dan membuktikan hipotesis-hipotesis yang telah diformulasikan
sebelumnya.
Sebaliknya
peneliti kualitatif adalah penganut ekspansionisme
dan mengumpulkan data/informasi selengkap-lengkapnya sehingga memungkinkan bagi
peneliti kualitatif bersifat kompleks serta memahami fenomena-fenomena tersebut.
5.
Desain
Desain untuk penelitian kuantitaif adalah preordained atau ditentukan terlebih
dahulu dan tidak dapat diadakan perubahan pada saat penelitian lapangan
berlangsung. Jika perubahan desain dilakukan selama penelitian berjalan maka
akan berakibat sangat fatal. Sebab hal ini akan berarti mengacaukan hubungan
antara variabel-variabel yang telah dirumuskan sebelumnya. Lebih-lebih jika
hubungan-hubungan antara variabel tersebut telah dirumuskan menjadi hipotesis-hipotesis
dan apalagi jika alat ukur serta instrumen pengumpulan data telah dikembangkan
dan disusun searah dengan rumusan hipotesis yang akan dibuktikan.
Dengan demikian, disamping “preordained” maka desain penelitian
kuantitatifjuga bersifat “fixed”. Sebaliknya,
desain penelitian kualitatif bersifat lentur atau “eclectic”, sehingga tidak perlu terlalu lengkap, karena sifatnya
yang “eclectic” maka pada saat
penelitian lapangan sedang berjalan dapat berubah sejalan dengan diketemukannya
fenomena-fenomena baru di lapangan. Bahkan desain penelitian kualitatif dapat
berkembang disesuaikan dengan kebutuhan. Jadi, di samping “eclectic”, desain penelitian kualitatif juga bersifat “emergent”.
6. Hakikat
Realitas
Sebagaimana
paradigma yang dianut oleh peneliti kualitatif, yaitu positivisme, maka
peneliti kualitatif memandang bahwa realita itu bersifat tunggal dan fragmental
sehingga dapat dipisah-pisah menjadi variabel-variabel (independent dan dependent)
serta dapat diteliti secara terpisah-pisah. Dasar ini pula yang digunakan oleh
peneliti kuantitatif sebagai alasan mengapa variabel-variabel yang tidak
diperlukan dapat dipisahkan atau dikontrol.
Sebaliknya
peneliti kualitatif sebagai penganut paradigma fenomenologisme, beranggapan
bahwa realita itu selalu berubah dipengaruhi oleh waktu, tempat, dan situasi.
Disamping itu peneliti kualitatif percaya bahwa realita itu bersifat ganda,
sehingga hanya dapat diteliti secara keseluruhan (holostik) dan tidak dapat dipisah-pisahkan secara parsial.
7. Gaya
Penelitian
kuantitatif menerapkan gaya intervensi dengan jalan mengatur atau memanipulasi
situasi dan kondisi sesuai dengan desain/rancangan peneliti yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain peneliti kuantitatif memanipulasi kondisi variabel-variabel
bebas dan tergantung yang diingini untuk observasi.
Sedangkan
gaya dasar penelitian kualitatif adalah seleksi. Peneliti kualitatif tidak
pernah mengatur situasi dan kondisi, tetapi menggunakan situasi dan kondisi
yang ada dengan sebaik-baiknya. Peneliti tidak memanipulasi variabel, tetapi
berusaha mengamati seluruh gejala di lapangan secara alami, dan selanjutnya
memilih (menyeleksi) fenomena-fenomena penting yang dianggap ada kaitannya
dengan tujuan penelitian yang sedang dikerjakan. Dengan gaya demikian peneliti
kualitatif akan dapat menemukan semua fenomena yang diperlukan sehingga dapat
memahami gejala dengan pengertian yang bulat. Karena itu tidaklah mengherankan
apabila penelitian kualitatif memakai waktu yang lama. Memang buat peneliti
kualitatif waktu merupakan konsekuensi yang tidak dapat ditawar-tawar agar
peneliti kualitatif benar-benar dapat mendeskripsikan dengan jelas serta dapat
memahami secara sempurna suatu fenomena sosial dalam situasi dan kondisi yang
benar-benar alami atau naturalistic
setting.
8. Kontrol
Kondisi
Peneliti
kuantitatif, terutama dalam melakukan penelitian lapangan, selalu berusaha
untuk dapat mengontrol kondisi lapangan seperti laboraturium, sedangkan
peneliti kualitatif tidak menghendaki kontrol terhadap kondisi lapangan
sehingga dapat diketahui gejala-gejala muncul serta wajar di dalam dunia yang
sebenarnya.
9. Ruang
Lingkup
Peneliti
kuantitatif hanya memusatkan kajiannya pada sejumlah variabel yang terbatas
asal memenuhi model yang telah dirancang sebelumnya (moleculer). Sedang peneliti kualitatif lebih cenderung
mengakomodasi semua fenomena sosial yang tampak yang dianggap relevan. Dengan
proses seleksi penelitian kualitatif akan menyisihkan fenomena-fenomena yang
tidak relevan, dengan kata lain, peneliti kualitatif hanya menggunakan sebagian
kecil fenomena sosial disesuaikan dengan tuntutan desain. Peneliti kualitatif
tidak membatasi terlebih dahulu fenomena-fenomena sosial yang diamati (moler).
10. Treatment/Perlakuan
Treatment
merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian eksperimen. Setiap treatmen dalam setiap eksperimen harus
stabil, tidak berubah-ubah. Jika tidak demikian tidak mungkin peneliti
kuantitatif dapat menentukan pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Untuk penelitian kualitatif konsep treatment tidak berlaku. Sehingga
peneliti kualitatif tidak berharap adanya stabilitas, hal ini disebabkan karena
peneliti kualitatif menyadari bahwa perubahan yang terus menerus merupakan
esensi dari situasi kehidupan secara alami.
11. Hubungan
Antara Peneliti dan yang di Teliti
Peneliti kuantitatif beranggapan bahwa antara
peneliti dan responden yang diteliti merupakan dualisme dan independen antara
satu dengan lainnya. Sedangkan peneliti kualitatif beranggapan bahwa antara
peneliti dan informan yang diteliti adalah berinteraksi dan saling
interdependensi.
12. Metode
Peneliti kuantitatif mengejar obyektivitas
metode pengumpulan datanya dengan menggunakan “inter-obyectiveagreement”, artinya untuk mengetahui obyektivitas
dengan cara meminta persetujuan antara dua pengamat atau lebih yang sama-sama
berkualitas. Sedangkan peneliti kualitatif, karena lebih mengutamakan
menggunakan “human instrument” maka
untuk mencapai obyektivitas lebih menekankan pada “confirmability”, yaitu kesesuaian antara beberapa sumber informasi.
Tabel di bawah ini merupakan rangkuman tentang
perbedaan-perbedaan pokok antara penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif sebagaimana diuraikan di atas.
No |
Aspek
Pembeda |
Penelitian
Kuantitatif |
Penelitian
Kualitatif |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 |
Perspektif teori Pendekatan
Tujuan
Sikap Desain
Realitas
Gaya Kondisi
Ruang
lingkup Treatment Hubungan peneliti/diteliti
Metode
|
Positivisme
Eksperimental/Survay
Verifikasi
Reduksionis
Preordained/Fixed
Tunggal
Intervensi
Terkontrol
Molecular
Stable
Dualisme/Independent
Inter-Subyect- Agreement
|
Fenomenologisme
Naturalistik/Ethnografi
Penemuan
Ekspansionis
Eclectic/Emergent
Berganda
Seleksi
Bebas Molar Berubah
Berinteraksi,
Mempengaruhi
confirmability
|
Secara
lebih rinci perbedaan antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
Rincian Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
|
KUALITATIF |
KUANTITATIF
|
||
|
1. Fenomenologis
2. Menekankan
pada proses 3. Pendekatan
kualitatif 4. Observasi
alamiah tak terkontrol 5. Subyektif
6. Dekat
dengan data 7. Menyatu
dengan subyek penelitian 8. Orientasi
penemuan (invention, discovery) 9. Eksploratif
|
1. Positivis
2. Menekankan
pada produk 3. Pendekatan
kuantitatif 4. Pengukuran
menonjol/ terkontrol 5. Obyektif
6. Jauh
dari data 7. Tak
menyatu 8. Orientasi
pada (pembuktian) 9. Konfermatif-Inferensial
10. Hipotetik-induktif,
deduktif |
||
11. Ekspansionistis
12. Deskriptif
13. Induktif 14. Data:
valid, nyata, kaya, mendalam, tak dapat diulang 15. Hasil:
tak dapat digeneralisasikan 16. Berasumsikan
realitas 17. Holistic (moler) 18. Natural setting 19. Human as instrument 20. Purposive sampling 21. Informant 22. Struktur sebagai “ritual constraint” 23. Desain/proposal
lentur terbuka 24. Bentuk
laporan model studi kasus, hidup, dan tak besifat teknis 25. Interpretasi
idiografik 26. Kriteria
bagi kebenaran data: a Kredibilitas
b Transfermablitas
c Dependabilitas
d Confirmabilitas 27. Internal
sampling 28. Dalam
pengumpulan data memperhatikan time
sampling dan snow-ball sampling |
10. Data:
andal, mantap dapat diulang 11. Hasil
dapat digeneralisasikan 12. Berasumsikan
realitas yang statis 13. Particularistic (molecular) 14. Non-natural setting 15. Non-human as instrument 16. Probabilistik
statistik 17. Responden
18. Tidak
perlu struktur baku 19. Desain
(proposal) rigit 20. Bentuk
laporan bersifat teknis 21. Nomotetis (hukum generalisasi) 22. Kriteria
yang digunakan: a Validitas
internal b Validitas
eksternal c Reliabilitas
d Objektivitas
24. External
sampling 25. Menggunakan
random sampling. |
|
||
Lincoln
dan Guba (1988) menyatakan bahwa beberapa ciri penelitian kualitatif (naturalistic inquiry) yang amat menonjol
perbedaannya dengan penelitian kuantitatif terletak pada paradigma yang
dianutnya. Sehubungan dengan itu ada lima aksioma penelitian kualitatif yang
berkaitan dengan (1) realitas; (2) hubungan antara peneliti dan obyek; (3)
generalisasi; (4) hubungan kausal; dan (5) peran nilai dalam penelitian.
1. Sifat
realitas
Berkenaan
dengan sifat dari suatu realitas, maka paradigma kualitatif (naturalistic) percaya bahwa “realities are multiple, constructed and
holistic”. Sedangkan paradigma kuantitatif menganggap bahwa “realities are single, tangible and
fragmentable”.
2. Hubungan
Peneliti dan Obyek
Dalam
kaitannya antara peneliti dan obyek yang diteliti maka paradigma naturalistik
beranggapan bahwa antara peneliti dan yang diteliti berinteraksi dan inseparable. Sedangkan paradigma
kuantitatif beranggapan bahwa antara peneliti dan yang diteliti adalah independent, a dualisme.
3. Generalisasi
Sehubungan dengan kemungkinan
penggeneralisasian hasil suatu penelitian, maka paradigma naturalistik
menganggap adanya kemungkinan generalisasi yang bersifat ideographic statements, sedangkan paradigma kuantitatif menganggap
bahwa “time-and contet-freegeneralizations”
(nomothetic statements) yakni adanya
generalisasi sesuai dengan hukum-hukum generalisasi.
4. Hubungan
Kausal
Dalam hal ini paradigma naturalistik menganggap
bahwa “all entities are in state of
mutual simultaneous shaping” sehingga amat sulit untuk membedakan sebab dan
akibat.
Sedangkan paradigma kuantitatif beranggapan
bahwa “there are real causes, temporally
precedent to or simultaneous with their effects”.
5. Peran
Nilai Dalam Penelitian
Sehubungan dengan ini, maka paradigma
naturalistik menganggap bahwa inqury is
value-bound, sedangkan paradigma kuantitatif menganggap bahwa “inquiry is value-free”
E. Istilah Hipotesis dan Variabel Dalam penelitian
Kualitatif
Ada
beberapa ahli penelitian yang menganggap bahwa penggunaan istilah hipotesis dan
variabel itu hanya ada di penelitian kuantitatif. Hal ini tentunya perlu
diklarifikasi pernyataan yang kurang benar tersebut, karena:
Pertama,
penggunaan hipotesis (perumusan hipotesis) diperkenankan dalam penelitian
kualitatif jika peneliti cenderung melakukan penelitian kualitatif yang
bersifat eksplanatif. Dalam hal ini, hipotesis harus jelas dan harus dikaitkan
dengan sejumlah variabel untuk memberikan eksplanasi hasil penelitian. Dengan
demikian, dalam penelitian eksplanatif, peneliti harus menyoroti banyak kasus (multy cases) dan menghubungkan antar
kasus-kasus tersebut.
Kedua, seperti
halnya penggunaan hipotesis, penggunaan variabel juga diperkenankan dalam
penelitian eksplanatif. Dalam penelitian eksplanatif, variabel yang tampak
menonjol dan memegang peranan penting (utama) dalam penelitian dan yang berguna
dalam analisis perlu didefinisikan peran dan fungsinya dalam kegiatan satu sama
lain.
Mengingat
penelitian kualitatif itu bersifat holistik, artinya, suatu masalah harus
dilihat dari berbagai variabel yang saling berkaitan dalam sistem secara
keseluruhan konteks, maka jumlah baik yang utama dan yang bukan utama perlu dijelaskan.
SOAL LATIHAN BAB X
1. Jelaskan karakteristik penilaian kualitatif?
2. Dalam karya Bogdan dan Biklen disebutkan ada
delapan pertanyaan yang biasa diajukan tentang penelitian kualitatif,
Coba
sebutkan dan jelaskan!
3. Penelitian kualitatif mempunyai paradigma dan
ciri-ciri metode tersendiri yang berbeda dengan penelitian kuantitatif.
Rancangannya juga mempunyai perbedaan diantara keduanya. Sebagaimana dinyatakan
Lincoln dan Guba, rancangan penelitian kuantitatif lazimnya menuntut kejelasan
tentang tujuh hal, Sebutkan
4. Jelaskan perbedaan penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif dalam perspektif teori
5. Jelaskan penggunaan istilah hipotesis dan
variabel dalam penelitian Kualitatif?
BAB XI
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
A.
Proses penelitian
Proses
penelitian akan sangat tergantung pada metode penelitian yang digunakan. Proses
penelitian antara metode kuantitatif dan kualitatif berbeda, dimana proses
penelitian kuantitatif bersifat linier, dan kualitatif bersifat serkuler.
Proses penelitian dengan metode kuantitatif ditunjukkan pada gambar berikut:
Penggunaan Aspek logika Untuk
Merumuskan Hipotesis |
Sumber Masalah 1.
Emiris 2.
Teoritis |
Konsep dan Teori yang relevan |
Pengajuan Hipotesis |
Praduga terhadap hubungan antar
variabel
|
Perumusan yang relevan |
Rumusan Masalah |
Metode/strategi Pendekatan penelitian |
Penemuan |
Menyusun instrument penelitian |
Kesimpulan |
Penggunaan Aspek Metodologi Untuk
Menguji Hipotesis yang Diajukan |
Pada
dasarnya penelitian itu adalah untuk mencari jawaban dari suatu masalah. Masalah merupakan penyimpangan
dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Penyimpangan
antara aturan dengan pelaksanaan, teori
dengan praktek, perencanaaan dengan pelaksanaan dsb. Penelitian kuantitatif
bertolak dari studi pendahuluan, dari obyek yang diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan yang betul-betul masalah.
Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja, oleh karena itu harus digali
melalui studi pendahuluan, melalui fakta-fakta empiris.
Setiap
penelitian selalu berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti
kuantitatif dan kualitatif berbeda. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang
dibawa oleh peneliti harus sudah jelas, sedangkan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
memasuki lapangan.
Setelah masalah diidentifikasikan, dan dibatasi, maka selanjunya
masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam
kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti
untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
maka peneliti menggunakan berbagai teori untuk menjawabnya. Jadi teori dalam
penelitian kuantitatif ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian
tersebut. Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut
dinamakan hipotesis, maka hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian.
Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah tersebut, selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris
berdasarkan data dari lapangan. Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Bila populasi terlalu luas, sedangkan peneliti memiliki keterbatasan
waktu, dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi tersebut. Bila peneliti bermaksud membuat generalisasi, maka
sampel yang diambil harus representatif, dengan teknik random sampling.
Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti
perlu menggunakan instrumen penelitian. Dalam ilmu-ilmu alam, teknik, dan
ilmu-ilmu empirik lainnya, instrumen penelitian seperti termometer untuk
mengukur suhu, timbangan untuk mengukur berat semuanya sudah ada, sehingga
tidak perlu membuat instrumen, Tetapi dalam penelitian sosial seperti
pendidikan, sering instrumen yang akan digunakan untuk meneliti belum ada,
sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan sendiri. Agar instrumen
dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan relibilitasnya.
Setelah
instrumen teruji validitas dan reliabilitasnya, maka dapat digunakan untuk
mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk
pengumpulan data dapat berbentuk test dan nontest. Untuk intrumen yang
berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai kuesioner, pedoman observasi dan
wawancara. Dengan demikian teknik pengumpulan data selain berupa test dalam
penelitian ini dapat berupa kuesioner, observasi dan wawancara.
Data
yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab
rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif
analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa
statistik deskriptif dan inferensial (induktif). Statistik inferensial dapat
berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan
statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang diambil secara
random.
Data
hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data
dapat mengunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik
batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan terhadap
hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interprestasi terhadap data-data
yang telah disajikan.
Setelah
hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan.
Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan
data yang telah terkumpul. Jadi kalau rumusan masalah ada tiga, maka
kesimpulannya juga ada tiga. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan
untuk memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan
saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan.
Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian. Jadi jangan
membuat saran yang tidak berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Apabila
hipotisis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek apakah ada kesalah
dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data atau permasalalah
yang diajukan.
Dalam
setiap penelitian, langkah yang paling mendasar adalah menentukan judul dan
pernyataan maksud penelitian. Judul penelitian (dapat dalam bentuk Skripsi atau
Tesis), dirumuskan dalam satu kalimat yang ringkas, komunikatif, dan afirmatif.
Judul harus mencerminkan dan konsisten dengan ruang lingkup penelitian, tujuan
penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian. Walaupun judul sudah
harus dibuat sejak proposal penelitian dibuat, namun pada akhirnya judul dapat
saja berubah sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa dengan para pembimbing
yang bersangkutan berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dan diolah.
Maksud penelitian skripsi atau Tesis,
dirumuskan secara ringkas, yakni untuk memenuhi salah satu syarat menempuh
ujian S1 atau S2. Pernyataan mengenai maksud ini ditulis baik dalam sampul luar
maupun sampul dalam.
B.
Sistematika Tahapan Penelitian
Dalam menyususn Skripsi atau Tesis, secara
sistematis tahapan-tahapan yang harus dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bab I
Pendahuluan
Bab I, tentang pendahuluan merupakan bagian
awal dari penelitian. Pendahuluan ini berisi: Latar belakang masalah dan
analisis masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
a. Latar Belakang Masalah
Latar
belakang umumnya terkait dengan keseharian atau ketertarikan, keingintahuan
sebagai salah satu syarat suatu ilmu yang berhubungan dengan: Kemampuan
berfikir, Kemauan berfikir dan Penalaran (Analisis dan logis).
Pembahasan dalam latar belakang masalah ini
bermaksud memberikan mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan penting
dilihat dari segi profesi penelitian, pengembangan ilmu dan kepentingan
pembangunan. Yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah adalah apa yang
membuat peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah tersebut tidak
diteliti. Dalam latar belakang masalah sebaiknya diungkapkan gejala-gejala
kesenjangan yang terdapat di lapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan
permasalahn. Adapun sebaiknya kalau diutarakan kerugian-kerugian apa yang bakal
diderita apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan
keuntunga-keuntungan apa yang dikiranya bakal diperoleh apabila masalah
tersebut diteliti.
Disamping itu, perlu pula diuraikan secara
jelas tentang kedudukan masalah yang hendak diteliti itu dalam wilayah bidang
studi yang ditekuni oleh peneliti itu. Untuk mampu merumuskan latar belakang
masalah secara runtut, jelas dan tajam, maka mahasiswa dituntut untuk mampu
membaca dan memaknakan gejala-gejala yang muncul dalam dunia pendidikan. Untuk
itu pengetahuan mahasiswa yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan
hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait merupakan syarat mutlak. Ini
merupakan alasan lain mengapa penelaahan terhadap jurnal-jurnal hasil
penelitian terdahulu yang terkait harus sejak awal dilakukan.
b.
Rumusan Masalah
Setiap
penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Walaupun
diakui bahwa, memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit
dalam proses penelitian. Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah
yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah
selesai. Oleh katena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan
yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan
penelitian akan segera dapat dilakukan.
Masalah
dapat diartikan sebagai penyimpangan
antara seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Masalah dapat
diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan
kenyatan, antara yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan
kompetisi.
Hubungan
antara ketepatan memilih masalah dan cara pemecahan ditunjukan pada table
berikut:
Ketepatan
masalah |
Ketepatan
cara pemecahan |
1.
Masalah benar 2.
Masalah benar 3.
Masalah salah 4.
Masalah salah |
Cara
Pemecahan benar Cara
pemecahan salah Cara
Pemecahan benar Cara
pemecahan salah |
Berdasarkan
tabel di atas, bila dilihat dari sudut pandang penelitian ilmiah, maka yang
paling baik adalah yang pertama, yaitu pemilihan masalah benar, dan
pemecahannya juga benar.
Supaya
peneliti dapat menggali masalah dengan baik, maka peneliti harus menguasai
teori melalui membaca berbagai referensi. Selanjutnya supaya masalah dapat
dijawab dengan baik, masalah tersebut dirumuskan secara spesifik, dan pada
umumnya dibuat dalam kalimat tanya (?).
Sebelum
merumuskan masalah, diawali dengan “Identifikasi
masalah” yang masih bersifat umum
artinya menentukan hal-hal yang dapat mempengaruhi masalah yang ada (yang dapat
mempengaruhi Variabel Y), sedang perumusan masalah sudah jelas hanya pada
masalah yang akan diteliti saja. Kemudian untuk mengungkapkan masalah, selalu
dengan menggunakan kalimat tanya (?) Contoh: seberapa besar …..? atau sejau
mana ….? Dan lain sebagainya
Merumuskan masalah merupakan pekerjaan yang sulit
bagi setiap peneliti. Hal yang dapat menolong mahasiswa keluar dari kesulitan
merumuskan judul dan masalah adalah pengetahuan yang luas dan terpadu mengenai
teori-teori dan hasil-hasil penelitian para pakar terdahulu dalam bidang-bidang
yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Dalam rumusan dan analisis
masalah sekaligus juga diidentifikasi variabel-variabel yang dalam penelitian
serta definisi operasionalnya. Untuk mempermudah, maka rumusan masalah dapat
dinyatakan dalam bentuk kalimat bertanya setelah didahului uraian tentang
masalah penelitian, variabel-variabel yang diteliti, dan kaitan antara satu
variabel dengan variabel lainya.
Fraenkel dan Wallen (1990) mengemukakan bahwa
masalah penelitian yang baik adalah:
1) Masalah
harus feasible, dalam
arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang
jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu.
2) Masalah
harus jelas, yaitu
semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.
3) Masalah
harus signifikan, dalam
arti jawaban atas masalah itu harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan
ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.
4) Masalah
bersifat etis, yaitu
tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai
keyakinan dan agama. Mungkin tidak etis melakukan penelitian yang berkaitan
dengan agama, suku, atau keyakinan adat istiadat dari kelompok masyarakat
tertentu.
Bentuk-bentuk
masalah penelitian
Bentuk-bentuk masalah penelitian ini
dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Hal ini
disebabkan oleh karena pada dasarnya hasil penelitian nanti digunakan untuk
menjelaskan fenomena berdasarkan data yang terkumpul. Berdasarkan hal tersebut,
maka bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam bentuk sebagai berikut:
1) Permasalahan deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah suatu
permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadan variabel
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri
sendiri/bebas). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan
variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan
variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan
penelitian diskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif
a) Seberapa baik kinerja Pegawai Negeri Sipil
b) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap
Perguruan Tinggi Negeri berbadan hukum?
c) Seberapa tinggi efektivitas kebijakan pemberlakuan
mobil dengan nomor ganjil genap di Jakarta?
d) Seberapa tinggi tingkat kepausan dan
apresiasi masyarakat terhadap pelayanan Pemerintah Daerah di bidang kesehatan?
2) Permasalahan komparatif
Permasalahan komparatif adalah suatu
permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu variabel
atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang
berbeda.
Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
a) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara
PNS, BUMN dan swasta? (satu variabel pada 3 sampel)
b) Adakah kesamaan cara promosi antara
perusahaan A dan B?
c) Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin
kerja antara pegawai swasta nasional dan perusahaan asing? (dua variabel, pada
dua sampel)
d) Adakah perbedaan kenyamanan naik kereta api
dan bus menurut berbagai kelompok masyarakat?
e) Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan
took yang berasal dari kota dan desa, gunung? (satu variabel pada 3 sampel).
f) Adakah perbedaan tingkat kepuasan masyarakat
di Kabupaten A dan B dalam hal pelayanan kesehatan?
3) Permasalahan asosiatif.
Permasalahan asosiatif adalah suatu permasalahan penelitian yang
bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan
yaitu:
a) Hubungan Simetris, adalah suatu hubungan
antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan
hubungan kausal maupun interaktif. Contoh rumusan masalahnya sebagaiberikut:
(1) Adakah hubungan antara banyaknya semut di
pohon dengan tingkat manisnya buah?
(2) Adakah hubungan antar warna rambut dengan
kemampuan memimpin?
(3) Adakah hubungan antara jumlah payung yang
terjual dengan jumlah kejahatan?
(4) Adakah hubungan antara banyaknya radio di
pedesaan dengan sepatu yang dibeli?
b) Hubungan kausal, adalah hubungan yang
besifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independent (variabel yang
mempengaruhi/ bebas) dan dependent (dipengaruhi/terikat).
Contoh:
(1) Adakah pengaruh system penggajian terhadap prestasi
kerja?
(2) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan
nasional terhadap perilaku masyarakat?
(3) Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor
terhadap efisiensi kerja karyawan?
(4) Seberapa besar pengaruh kurikulum, media
pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu
sekolah?
c) Hubungan interaktif/reciprocal/timbale
balik, adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana
variabel independent dan dependent.
Contoh:
(1) Hubungan antara motivasi dan prestasi.
Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi
mempengaruhi motivasi.
(2) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan.
Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat
meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
2. Bab II Kajian Pustaka/Kerangka Teoretis
a.
Landasan teoritis
Deskripsi
teori adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena atau
realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap
dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta maksud dan
tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam proses hubungan situasional, hubungan
kondisional, atau hubungan fungsional di antara hal-hal yang terekam dari
fenomena atau realitas tertentu. Dengan menyelam jauh ke dalam deskripsi teori,
akan diketahui kekuatan dan kelemahan suatu teori.
Dalam
suatu penelitian, deskripsi teori merupakan uraian sistematis tentang teori dan
hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah
teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya
permasalahan dan jumlah variabel yang diteliti.
Deskripsi
teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang
diteliti, melalui pendefisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari
berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat
digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang
diteliti atau didak.
Berikut
langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah:
1) Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan
jumlah variabelnya.
2) Mencari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia,
jurnal ilmia, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang
sebanyak-banyaknya yang relevan.
3) Lihatlah daftar isi setiap buku, dan pilih
topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti.
4) Cari definisi setiap variabel yang akan
diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan umber
yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan diadakan.
5) Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan
variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan
dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6) Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca
dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber
bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan
teori harus dicantumkan.
Dalam
tinjauan teori mengacu pada teori yang sudah ada yang bersifat rasional. Teori, karena pada dasarnya suatu
teori itu tidak ada yang khusus. Suatu
teori umumnya bersifat deduktif koherensi, artinya dapt dilihat ke lapangan,
sedangkan teori secara empiris bersifat
induktif dan korespondensi.
Syarat
suatu ilmu harus ilmiah, artinya
berdasarkan empiris (sesuai fakta) dan rasional.
Ada 3 kebenaran suatu ilmu yaitu:
1)
Induktif artinya ditarik dari khusus ke umum
2)
korespodensi artinya berhubungan
3)
pragmatis artinya ada manfaatnya
Koherensi/keterkaitan
yang secara deduktif (khusus ke umum), benar kalau terkait dengan teori. Gren
Teori (teori yang memayungi), yaitu teori yang sesuai dengan keahliannya
(Fakultas dan jurusan peneliti) misalnya jurusan: Pendidikan Agama Islam. Judul
dihubungkan dengan teori ini, variabel bisa ditarik kesini. Ditutup kalimat
dengan sub/bagian kecil, misalnya pendidikan Agama Islam.
Kajian pustaka sangat penting dalam suatu karya
ilmiah karena melalui kajian pustaka ditunjukkan “the state of the art”
dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang
ilmu yang diteliti. Fungsi lain dari kajian pustaka adalah sebagai landasan
teoritik dalam analisis temuan. Kajian pustaka harus memuat hal-hal berikut
ini:
a) Apakah teori-teori utama dan teori-teori
turunannya dalam bidang yang dikaji;
b) Apa yang telah dilakukan oleh orang lain
atau peneliti lain dalam bidang yang diteliti, bagaimana mereka melakukannya
(prosedur, subyek), dan temuanya;
c) Posisi teoretik penelitian yang berkenaan
dengan masalah yang diteliti.
Dalam melaporkan hasil kajiannya, peneliti
membandingkan, mengontraskan, meletakkan tempat kedudukan masing-masing. Dalam
masalah yang sedang diteliti, dan pada akhirnya menyatakan posisi/pendirian
penelitian disertai alasan-alasanya. Telaah teoretis dimaksudkan untuk
menampilkan “mengapa dan bagaimana” teori dan hasil penelitian para pakar
terdahulu itu dipergunakan oleh peneliti dalam penelitiannya, termasuk di
dalamnya merumuskan asumsi-asumsi penelitiannya.
Dalam prakteknya, judul Bab II disesuaikan
dengan masalahnya, tapi dapat juga diberi judul TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN
PUSTAKA, LANDASAN TEORI, atau KAJIAN
TEORI. Karena isinya telah tergambar dalam judul penelitian. Bila dikehendaki,
kajian pustaka dapat dituangkan dalam dua bab, masing-masing mengemukakan
tentang teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan, dan bab
lainnya menjelaskan secara rinci teori yang digunakan dalam penelitian ini.
1)
Tinjauan
pustaka adalah pengkajian kembali literatur-literatur yang relevan (review
of related literature) dengan penelitian yang sedang dikerjakan. Strata 1
(S1) menggunakan istilah tinjauan pustaka pada bab 2. Sedangkan pada tingkat
pascasarjana (S2-S3) menggunakan istilah kajian pustaka.
Istilah lain dari tinjauan pustaka yang sering
digunakan para peneliti adalah studi literatur. Studi literatur yang dibuat
dengan membaca banyak buku, majalan, artikel, jurnal penelitian dan sumber
lainnya akan mempermudah peneliti dalam merumuskan kerangka konsep penelitian.
Referensi lain menyebutkan istilah lain dari tinjauan pustaka adalah studi
kepustakaan yang mempunyai arti yang sama dengan yang telah dijelaskan di atas.
Tinjauan pustaka diperlukan untuk memberikan
pemantapan dan penegasan tentang ciri khas penelitian yang hendak dikerjakan.
Ciri khas penelitian ini akan tampak dengan melampirkan referensi yang
digunakan dalam daftar pustaka baik dari buku-buku ajar, artikel dan jurnal
penelitian sebelumnya. Suatu naskah penelitian yang berbobot harus terdiri dari
80% artikel/jurnal penelitian, dan sisanya dapat dari buku ajar yang relevan
dan sumber lain yang membahas masalah penelitian yang diteliti.
Jika peneliti menggunakan karya orang lain
tanpa menampilkan sumbernya, baik nama author (penulis/peneliti), tahun, judul,
tempat dan penerbit dan sebagainya yang dilapirkan dalam daftar pustaka, atau
nama dan tahun (Metode Harvard) pada naskah penelitian merupakan praktik
plagiat. Plagiarisme akan menjadikan seorang peneliti di tuntut secara hukum
dan mempunyai sejarah dalam hal akademik yang buruk, yang akan dipikul seumur
hidup.
Tinjauan pustaka dalam penelitian tidak hanya
membahas secara substansial variabel dependen maupun variabel independen yang
diteliti dari berbagai buku ajar/ texbook. Pada Tinjauan pustaka peneliti
secara mendalam menggali teori yang berhubungan dengan variabel yang diteliti,
kemudian melakukan investigasi dari penelitian sebelumnya yang relevan sehingga
memahami secara mendalam masalah dan faktor penyebab masalah penelitian yang
akan diteliti.
Penelitian yang terdahulu yang dapat dipaparkan
pada tinjauan pustaka antara lain hasil penelitian baik deskriptif maupun
analitik (kuantitatif/kualitatif). Selain itu yang perlu didalami adalah metoda
penelitian apakah sudah sesuai, dampak dari masalah peneltian tersebut baik
positif maupun negatif, sehingga dapat menjadi pedoman apakan hasil penelitian
tersebut dapat di aplikasikan di lingkungan / lokasi penelitian yang dipilih
oleh peneliti.
Tujuan utama membuat tinjauan pustaka adalah
menjadi dasar pijakan atau fondasi untuk memperoleh dan membangun landasan
teori, kerangka pikir, menentukan hipotesis penelitian, mengorganisasikan, dan
kemudian menggunakan variasi pustaka dalam bidangnnya.
2) Pengertian Teori. Teori dalam ilmu sosial
adalah penjelasan sistematis tentang hukum-hukum dan kenyataan-kenyataan yang
dapat diamati, yang berkaitan dengan aspek khusus dari kehidupan manusia.
Menurut Neuman 2003 (dalam Sugiyono, 2012) teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematis melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Jadi Teori dapat dimaknai sebagai serangkaian
asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial
secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
Kata teori sendiri memiliki arti yang
berbeda-beda pada setiap bidang pengetahuan, hal itu tergantung pada metodologi
dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara
fakta/fenomena yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta.
Suatu teori adalah suatu konseptualitas antara
asumsi, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena yang diperoleh
melalui proses sistematis, dan harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak maka
itu bukan teori. Teori semacam ini mempunyai dasar empiris, dimana harus
melalui proses eksperimen, penelitian atau observasi, sehingga teori dapat
dikatakan berhasil.
Menurut Mark 1963, dalam (Sugiyono, 2012)
membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan
dengan data empiris, teori ini antara lain:
a) Teori yang Deduktif: memberi keterangan yang
dimulai dari suatu perkiraan, atau pikiran spekulatis tertentu kearah data akan
diterangkan.
b) Teori Induktif: cara menerangkan adalah dari
data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini
dijumpai pada kaum behaviorist.
c) Teori fungsional: disini nampak suatu interaksi
pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi
pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang
merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis. Menurut (Sugiyono, 2012) fungsi teori secara umum adalah:
a) Menjelaskan
(explanation)
Misalnya, Mengapa air yang mendidih pada suhu
100°C bisa menguap, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan.
b) Meramalkan
(prediction)
Misalnya, bila air didihkan pada suhu 100°C
berapa besar penguapannya, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi
meramalkan/memperkirakan.
c) Pengendali
(control)
Misalnya, berapa jarak sambungan rel kereta api
yang paling sesuai dengan kondisi iklim
indonesia, sehingga kereta api jalannya tidak terganggu, dapat dijawab dengan
teori yang berfugsi mengendalikan.
Kegunaan Teori dalam Penelitian
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena
itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam sebuah penelitian teori yang
digunakan harus sudah jelas karena fungsi teori dalam sebuah penelitian menurut
(Sugiyono, 2012) adalah sebagai berikut:
1) Teori
digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk
variabel yang akan diteliti.
2) Untuk
merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian
3) Memprediksi
dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang hendak diteliti.
Secara ringkas, menurut Borg dan Gall (1989),
dalam Latief (2012) menjelaskan setidaknya ada enam (6) alasan mengapa kajian
pustaka/ Teori harus dilakukan, sebagaimana uraian berikut:
1) Sangat
bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitian yang diajukan, sehingga
besar kemungkinan rumusan masalah yang sudah dibuat berubah setelah peneliti
membaca pustaka karena telah memiliki wawasan tentang tema yang diteliti lebih
luas daripada sebelumnya. Dengan demikian, rumusan masalah, terutama dalam
penelitian kualitatif, bersifat tentatif. Tidak sedikit penelitian gagal karena
masalah yang diteliti terlalu luas. Rumusan masalah yang spesifik dan dalam
lingkup yang kecil jauh lebih baik daripada yang luas dan umum. Umumnya,
rumusan masalah yang tidak jelas berakibat pada data yang diperoleh juga tidak
jelas, sehingga antara masalah yang
hendak dijawab dan data yang ada tidak sambung. Ujungnya kesimpulannya tidak berangkat
dari data, tetapi pendapat pribadi peneliti. Tentu ini tidak bisa dibenarkan.
Hal demikian bisa dihindari melalui kajian pustaka dengan serius.
2) Kajian
pustaka tidak saja untuk mempelajari apa yang telah dilakukan orang lain,
tetapi juga melihat apa yang terlewatkan dan belum dikaji oleh peneliti
sebelumnya.
3) Untuk
melihat bahwa pendekatan penelitian yang
kita lakukan steril dari pendekatan-pendekatan lain. Sebab, pada umumnya kajian
pustaka justru menyebabkan peneliti meniru pendekatan-pendekatan yang sudah
lama dipakai orang lain, sehingga tidak menghasilkan temuan yang berarti.
Mencoba pendekatan baru — walau mungkin salah — lebih baik daripada mengulang
hal yang sama berkali-kali walau benar. Pengulangan justru menunjukkan peneliti
tidak cukup melakukan pembacaan literatur secara memadai. Kesalahan metodologis
akan disusul dan dikoreksi oleh peneliti selanjutnya, sehingga menyebabkan ilmu
pengetahuan berkembang. Karena itu, dalam ilmu pengetahuan kesalahan bukan
sesuatu yang aib. Proses demikian oleh Polanyi disebut sebagai falsifikasi.
4) Memperoleh
pengetahuan (insights) mengenai metode, ukuran, subjek, dan pendekatan
yang dipakai orang lain dan bisa dipakai untuk memperbaiki rancangan penelitian
yang kita lakukan. Rancangan penelitian, lebih-lebih untuk penelitian
kualitatif, bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan terus diperbaiki agar
diperoleh metode yang tepat untuk memperoleh data dan menganalisisnya.
Kenyataan di lapangan ditemukan racangan penelitian kualitatif seragam dari
satu proyek penelitian ke yang lain. Padahal, walaupun berangkat dari paradigma
yang sama rancangan penelitian kualitatif bisa berbeda dari penelitian ke
penelitian lainnya, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus atau
fenomena tertentu.
5) Melalui
kajian pustaka, bisa diperoleh pengetahuan berupa rekomendasi atau saran-saran
bagi peneliti selanjutnya. Informasi ini tentu sangat penting karena
rekomendasi atau saran merupakan rangkuman pendapat peneliti setelah melakukan
penelitian. Usai penelitian, kita juga diharapkan bisa memberikan rekomendasi
atau saran bagi peneliti selanjutnya, sebagaimana kita telah mengambil manfaat
dari peneliti sebelumnya. Karena itu, rekomendasi atau saran yang baik bukan
sembarang saran, melainkan usulan yang secara spesifik bisa diteliti.
6) Untuk
mengetahui siapa saja yang pernah meneliti bidang yang sama dengan yang akan
kita lakukan. Orang yang sudah lebih dahulu meneliti bisa dijadikan teman
diskusi mengenai tema yang kita lakukan, termasuk membahas hal-hal yang menjadi
kekurangan atau kelemahan penelitian, sehingga kita bisa memperbaiki, karena
dia telah memperoleh pengalaman lebih dahulu.
b. Kerangka Berfikir.
Kerangka
berfikir merupakan konsep yang sudah ada atau yang sudah dipahami, sebagai
landasan dalam suatu penelitian. Kerangka berfikir, dasarnya tetap mengacu pada teori/pengalaman
hidup, yang berupa:
1)
Pengetahuan;
2)
Persepsi
3)
Kognisi.
c. Hipotesis
Hipotesis sebagai jawaban sementara, harus dilatar-belakangi
dengan pemahaman yang sudah ada baik pengetahuan sejak kuliah maupun dari
pendapat para ahli. Hipotesis merupakan jawaban sementara terahadap masalah
atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan
teori atau tinjauan pustaka dan masih harus diuji kebenarannya. Melalui
penelitian ilmiah, hipotesis akan dinyatakan ditolak atau diterima.
Hipotesis ini harus dibuat dalam setiap
penelitian yang bersifat analitis. Untuk penelitian yang bersifat diskriptif,
yang bermaksud mendeskrepsikan masalah yang diteliti, hipotesis tidak perlu
dibuat, oleh karena memang tidak ada tempatnya.
Hipotesis penelitian harus dirumuskan dalam
kalimat afirmatif. Hipotesis tidak boleh dirumuskan dalam kalimat bertanya,
kalimat menyeluruh, kalimat menyarankan, atau kalimat mengharapkan.
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya
sementara (berhipotesis), maka peneliti dapat membaca referensi teoritis yang
relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya
yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis). Jadi kalau jawaban
terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh
penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (factual),
maka jawaban itu disebut hipotesis.
3. Bab III Metode Penelitian
a. Tujuan Penelitian/Studi
Rumusan tujuan penelitian/studi ini menyajikan
hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Oleh karena itu
rumusan tujuan ini harus konsisten dengan rumusan masalah dan mencerminkan pula
proses penelitiannya. Rumusan tujuan penelitian tidak boleh sama dengan rumusan
maksud penelitian Skripsi atau Tesis yang ditulis pada halaman sampul luar dan
halaman sampul dalam.
Tujuan penelitian terdiri atas tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum menggambarkan
secara singkat dalam satu kallimat apa yang ingin dicapai melalui penelitian.
Tujuan khusus dirumuskan dalam bentuk butir-butir (misalnya, 1,2,3, dst) yang secara
spesifik mengacu kepada pertanyaan-pertanyaan penelitian.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan metode ilmiah yaitu
suatu proses penyelidikan yang melibatkan obyektivitas (dengan mengamati
situasi, fenomena berdasarkan bukti-bukti factual tanpa bias) dan penggunaan
data empiris secara sistematis. Memang metode ilmiah tidak selalu merupakan
cara penyelidikan yang harus dikerjakan. Hal ini sangat tergantung pada
keperluan, tetapi terutama digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Seorang
pedagang bakso tidak perlu menggunakan metode penelitian ilmiah untuk
meningkatkan angka penjualan atau belanja daging yang diperlukan untuk
seminggu. Sebaliknya seorang pimpinan sekolah atau seorang divisi pemasaran
suatu perusahaan mungkin perlu melakukan penelitian dengan metode ilmiah untuk
mempelajari karakteristik konsumen agar dapat menyusun strategi guna
meningkatkan mutu sekolah atau penjualan produk perusahaannya.
Secara umum, metode ilmiah meliputi beberapa
langkah antara lain: (1) pernyataan masalah (atau maksud penelitian); (2)
formulasi hipotesis yang akan diuji; (3) pengumpulan fakta yang diperoleh lewat
pengamatan atau eksperimentasi; (4) kompilasi dan penafsiran data yang
diperoleh, dan (5) pembuatan kesimpulan. Tentu saja lima langkah ini tidaklah
mutlak. Ada beberapa variasi langkah tergantung penulisan. Dalam penelitian
pendidikan, Barnes mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut: formulasi
masalah, pengumpulan informasi yang melatar-belakangi masalah, formulasi
hipotesis, pengembangan metodologi, analisis data, dan kesimpulan terkait denga
hipotesis. Sementara itu penulis lain mengajukan langkah pertama yang lebih
rinci yaitu: mengidentifikasi, membatasi, dan merumuskan permasalahan.
Terlepas dari variasi yang ada, bilamana suatu
rencana penelitian sudah diformulasikan, langkah berikutnya adalah menyususn
rancangan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang perlu direncanakan dan
dipikirkan antara lain: pendekatan apa yang akan digunakan terhadap
permasalahan? Metode apa yang akan digunakan? Strategi apa yang paling efektif
untuk dilaksanakan. Rancangan penelitian yang diputuskan bergantung pada maksud
penelitian, sifat permasalahan dan alternative yang cocok untuk
penyelidikannya. Sifat permasalahan memegang peran penting dalam menentukan
pendekatan yang cocok.
Berdasarkan ciri-ciri permasalahan yang
berbeda-beda, dikenal beberapa alternative rancangan yang diorganisasikan
kedalam sembilan katagori fungsional yaitu: (1) histories atau sejarah; (2)
diskriptif; (3); perkembangan; (4) kasus atau lapamngan; (5) korelasional; (6)
kausal komparatif; (7) eksperimen-murni; (8) eksperimen-kuasi; dan (9)
tindakan.
Untuk memberi gambanran lebih lanjut, berikut
ini sedikit penjelasan tentang beberapa rancangan penelitian yang bisas
digunakan dalam beberapa penelitian.
Metode
Penelitian Maksud
Survey Mempelajari
data dari sampel yang diambil dari suatu proposal untuk generalisasi.
Sejarah Merekonstruksikan
masa lalu secara obyektif dan akurat seringkali dalam hubungannya dengan dapat
dipertahankannya suatu hipotesis.
Deskriptif Mendeskripsi
secara sistematis suatu situasi atau bidang minat secara factual dan akurat.
Perkembangan Menyelidiki
pola dan urutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
Ex-posfakto Meneliti
peristiwa yang telah terjadi dan kemudian
(kausal komparatif) merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut.
Eksperimen Mencari
pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol
ketat.
Eksperimen-quasi Mengira-irakan kondisi eksperimen dalam suatu seting yang tidak
memungkinkan kontrol dan/atau manipulasi semua variabel yang relevan
Naturalistik Meneliti
kondisi obyek alamiah lewat pengumpulan data yang dilakukan secara induktif dan
hasilnya lebih ditekankan pada maksa dari pada generalisasi.
Kebijakan Meneliti
masalah-masalah sosial yang mendasar dan temuannya dapat direkomendasikan
kepada pembuat kebijakan.
Tindakan Mengembangkan
metode kerja, keterampilan baru atau pendekatan baru yang paling efisien
sehingga produktivitas meningkat.
Kasus dan lapangan Mempelajari secara intensif latar belakang, status kini dan
interaksi lingkungan unit sosial tertentu; perseorangan, kelompok institusi
atau komunitas.
Korelasi Menyelidiki
sejauh mana variasi dalam satu factor berkaitan dengan variasi dalam satu atau
lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.
Kedalam metode penelitian, dimasukkan teknik
pengumpulan data. Dalam hal ini, dapat disebut metode penelitian historis,
deskriptif, inferensial, atau eksperimental. Sedangkan dalam hal teknik
pengumpulan data dapat disebut teknik angket, wawancara, observasi
partisipatif, observasi non-partisipatif, atau test. Jika dipandang perlu dapat
pula dimasukan pendekatan sosiologis, pendekatan edukatif, dan sebagainya.
Kedalam bab ini juga dimasukan proses pengembangan instrumen penelitian, bila
ada instrumen yang secara khusus digunakan untuk mengumpulkan data.
Dalam Desain penelitian, yang bersifat
deskripsi korelasional dan regresi, peneliti menggambarkan (deskripsi) hubungan
(korelasi) antara berbagai variabel yang diteliti. Penelitian deskripsi
korelasional, dapat memberikan gambaran dan menemukan hubungan antara satu
variabel lain atau antara berbagai objek penelitian.
Desain penelitian deskripsi korelasional dapat
menguji hipotesis “korelasi variavel X1
dan X2 dengan variabel Y”. Pola hubungan/ pengaruh kedua variabel
yang akan diteliti digambarkan sebagaiman gambar berikut:
Model
Konstelasi Antara Variabel Penelitian
e |
X1 |
Y |
X2 |
Keterangan:
X1 = Variabel Bebas
pertama
X2 = Variabel Bebas
kedua
Y = Variabel Terikat
e =
Epsilon, faktor lain diluar X1 dan
X2 yang mempengaruhi Y,
akan tetapi tidak diteliti.
rYX1 =
Korelasi X1 terhadap Y
rYX2 =
Korelasi X2 terhadap Y
RYX1X2 =
Korelasi berganda X1 dan X2
secara bersama-sama terhadap Y
r X1X2 =
Korelasi X1 terhadap X2.
Penelitian ini dilakukan untuk
menguji:
1) Seberapa besar pengaruh/korelasi variabel bebas pertama terhadap variabel terikat di tempat tertentu
2) Seberapa besar pengaruh/korelasi variabel bebas kedua terhadap variabel terikat di tempat tertentu
3) Seberapa besar pengaruh/korelasi variabel bebas pertama dan kedua secara
bersama-sama terhadap variabel
terikat di tempat tertentu
4)
Seberapa besar
pengaruh/korelasi variabel bebas pertama
terhadap variabel bebas kedua di tempat tertentu
c.
Operasional Variabel
Variabel
penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis, variabel dapat didefinisikan
sebagai atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga
dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi,
berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan
atribut-atribut dari setiap orang. Dinamakan variabel karena ada variasinya.
Variabel juga dapat diartikan sebagai konstruk (constructs) atau sifat
yang akan dipelajari. Misalnya: tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan,
status sosial, jenis kelamin, golongan, gaji, produktivitas kerja dll.
Operasional dirumuskan untuk setiap variabel
sampai melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, yang
kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian berupa
pertanyaan/pernyataan dalam angket/koesioner yang diisi oleh responden.
Langkah-langkah membuat intrumen penelitien
(Angket)
1)
Membuat Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat
diamati dan dibuktikan
Misalnya Variabel bebas sebagai variabel yang dapat mempengaruhi atau
penyebab munculnya variabel terkait dalam contoh penelitian ini adalah pola
asuh orang tua.
Definisi operasional pola asuh orang tua adalah cara yang digunakan
oleh ayah dan ibu dalam mendidik dan membesarkan anaknya untuk membantu proses
pertumbuhannya sehingga sesuai dengan norma yang ada.
Kemudian variabel terkait yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas dalam contoh penelitian ini
adalah akhlak peserta didik.
Definisi operasional akhlak peserta didik adalah sifat yang melekat
pada jiwa peserta didik sehingga timbul suatu perbuatan dengan mudah tanpa perlu
pemikiran yang lama.
Adapun dimensi dari
masing-masing variabel yaitu pola asuh orang tua dan akhlak peserta didik,
antara lain:
a)
Pola Asuh Orang Tua (Variabel X)
(1) Otoriter
i. Suka menghukum secara fisik.
ii. Mengharuskan anak mengukuti kemauan orang tua.
iii. Berbicara kasar kepada anak.
iv. Emosional.
v. Mancampuri urusan anak.
(2)
Demokratis
i. Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.
ii. Memberi penjelasan tentang damapak perbuatan yang baik dan buruk.
iii. Memahami anak dengan baik.
iv. Berlaku adil.
v. Memperlakukan anak dengan lembut dan penuh kasih sayang.
(3) Permisif
i. Memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan keinginannya dan
melakukan sesuatu tanpa pengawasan.
ii. Memberikan pengawasan yang longgar.
iii. Cenderung tidak menegur atau mengingatkan jika anak salah.
iv. Menggunakan suap untuk menghindari perilaku tidak baik.
v. Memberikan pilihan anak menjadi prioritas.
(4) Rejecting
i. Waktunya banyak dihabiskan diluar rumah.
ii. Kurang memperhatikan perkembangan anak.
iii. Tidak memiliki waktu untuk memberikan bimbingan.
iv. Membiarkan anak bergaul bebas diluar.
v. Tidak memberi perhatian kepada anak dalam bentuk kasih sayang.
b) Akhlak Peserta Didik
(1) Rutinitas peserta didik sehari-hari
di sekolah.
i. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar.
ii. Menggunakan seragam lengkap sesuai dengan jadwal.
iii. Datang ke sekolah tepat waktu.
iv. Selalu hadir mengikuti pembelajaran.
(2) Akhlak terhadap pendidik.
i. Mengucapkan salam ketika bertemu dengan pendidik.
ii. Menyimak pendidik ketika menjelaskan pelajaran di kelas.
iii. Berbicara dengan bahasa yang halus kepada pendidik.
iv. Menaati perintah pendidik dalam kebaikan.
(3) Akhlak peserta didik terhadap orang tua
i. Berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa yang halus.
ii. Menaati apa yang diperintahkan oleh orang tua.
iii. Membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.
iv. Bersikap lemah lembut kepada orang tua.
(4) Akhlak peserta didik terhadap teman
i. Membantu teman ketika mengalami kesulitan.
ii. Menghindari perdebatan dan perkelahian dengan teman.
iii. Memaafkan kesalahan teman jika tidak sengaja melakukan kesalahan.
iv. Tidak berbicara kasar dengan teman.
(5) Akhlak peserta didik terhadap lingkungan
i. Membuang sampah di tempat sampah.
ii. Membersihkan kelas jika kelas kotor.
iii. Melaksanakan piket kelas.
iv. Bekerja bakti membersihkan lingkungan sekolah.
2)
Membuat Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrument
merupakan gambaran yang berisi spesifikasi instrument yang akan dibuat. Adapun
kisi-kisi instrumen dari kedua variabel adalah sebagai berikut:
Table Kisi-kisi
Instrumen Pola Asuh Orang Tua
Variabel
|
Dimensi |
Indikator |
Item Soal |
Jumlah |
||||
Pola Asuh Orang Tua |
Otoriter |
Suka menghukum secara fisik |
1,2 |
2 |
||||
Mengharuskan anak mengukuti kemauan orang tua |
3,4 |
2 |
||||||
Berbicara kasar
kepada anak |
5,6 |
2 |
||||||
Emosional |
7,8 |
2 |
||||||
Mancampuri urusan anak |
9,10 |
2 |
||||||
Demokratis
|
Mendorong anak
untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan |
11,12 |
2 |
|||||
Memberi penjelasan tentang dampak perbuatan
yang baik dan buruk |
13,14 |
2 |
||||||
Memahami anak dengan baik |
15,16 |
2 |
||||||
Berlaku adil |
17,18 |
2 |
||||||
|
|
Memperlakukan anak dengan lembut dan penuh kasih sayang |
19,20 |
2 |
||||
|
Permisif |
Memberi
kebebasan kepada anak untuk menyatakan keinginannya dan melakukan sesuatu
tanpa pengawasan |
21,22 |
2 |
||||
Memberikan pengawasan yang longgar |
23,24 |
2 |
||||||
Cenderung tidak
menegur atau mengingatkan jika anak salah |
25,26 |
2 |
||||||
Menggunakan suap
untuk menghindari perilaku tidak baik. |
27,28 |
2 |
||||||
Memberikan pilihan anak menjadi prioritas |
29,30 |
2 |
||||||
Rejecting |
Waktunya banyak
dihabiskan diluar rumah. |
31,32 |
2 |
|||||
|
|
Kurang memperhatikan perkembangan anak |
33,34 |
2 |
||||
Tidak memiliki waktu untuk memberikan bimbingan |
35,36 |
2 |
||||||
Membiarkan anak bergaul bebas diluar. |
37,38 |
2 |
||||||
Tidak memberi
perhatian kepada anak dalam bentuk kasih sayang. |
39,40 |
2 |
||||||
Jumlah |
|
40 |
||||||
Tabel Kisi-kisi Instrumen Akhlak
Peserta Didik
Variabel |
Sub Variabel |
Indikator |
Item Soal |
Jumlah |
Akhlak Terpuji Peserta Didik (Variabel Y) |
Rutinitas peserta didik sehari-hari di
sekolah |
Berdo’a sebelum dan sesudah belajar |
1,2 |
2 |
Menggunakan
seragam lengkap sesuai dengan jadwal. |
3,4 |
2 |
||
|
|
Datang ke sekolah tepat waktu. |
5,6 |
2 |
|
|
Selalu hadir mengikuti pembelajaran |
7,8 |
2 |
|
Akhlak
peserta didik terhadap
pendidik |
Mengucapkan
salam ketika bertemu dengan pendidik. |
9,10 |
2 |
Menyimak
pendidik ketika menjelaskan pelajaran di kelas. |
11,12 |
2 |
||
Berbicara dengan
bahasa yang halus kepada pendidik. |
13,14 |
2 |
||
Menaati perintah
pendidik dalam kebaikan. |
15,16 |
2 |
||
Akhlak
peserta didik terhadap
orang tua |
Berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa yang halus. |
17,18 |
2 |
|
Menaati apa yang
diperintahkan oleh orang tua. |
19,20 |
2 |
||
|
|
Membantu orang
tua mengerjakan pekerjaan rumah. |
21,22 |
2 |
Bersikap lemah lembut kepada orang tua. |
23,24 |
2 |
||
Akhlak Peserta
didik terhadap
teman |
Membantu teman
ketika mengalami kesulitan. |
25,26 |
2 |
|
Menghindari
perdebatan dan perkelahian dengan teman. |
27,28 |
2 |
||
Memaafkan kesalahan teman jika tidak sengaja
melakukan kesalahan. |
29,30 |
2 |
||
Tidak berbicara kasar dengan teman. |
31,32 |
2 |
||
Akhlak
peserta didik terhadap
lingkungan |
Membuang sampah di tempat sampah. |
33,34 |
2 |
|
Membersihkan
kelas jika kelas kotor. |
35,36 |
2 |
||
|
|
Melaksanakan piket kelas. |
37,38 |
2 |
Bekerja bakti membersihkan lingkungan sekolah. |
39,40 |
2 |
||
Jumlah |
|
40 |
3) Membuat Instrumen
Untuk mencapai suatu kesimpulan dalam penelitian
atau evaluasi, hal yang pertama kali harus ditetapkan adalah kritera yang dapat
digunakan untuk mendasari kesimpulan dan selanjutnya membuat pengukuran
terhadap kriteria tadi. Dalam kaitan ini proses pemilihan atau
pengembangan alat pengukuran dan metode yang sesuai untuk masalah yang
dievaluasi dikenal dengan istilah instrumentasi. Dengan proses semacam ini akan
diperoleh intrumen yang dalam penelitian dapat digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan data dan mengukur nilai variabel yang diteliti.
Berbagai pendekatan untuk masalah pengukuran telah
dikembangkan, tetapi ada pertanyaan yang mendasar antara lain:
1) apa dapat diandalkan (reliable)?- sebagai
instrumen pengukur apa tepat, tetap azas
dan stabil,
2) apa sahih (valid)?- sebagai instrument pengukur
apa benar-benar mengukur yang seharusnya dan apa…?
d. Sampel Penelitian dan Lokasi
Disamping menyebut lokasi dan sampel penelitian
pada bagian ini juga harus disebutkan alasan mengapa penelitian itu dilakukan
di tempat itu dan dengan subjek penelitian itu. Alasan ini akan menjadi kuat
apabila dikaitkan dengan rumusan masalah, latar belakang masalah, dan tujuan
penelitian, serta teknik analisis data.
Apabila
seluruh populasi diteliti seluruhnya berarti kebenaran yang sesungguhnya (true
score). Sedangkan alasan menentukan sampel karena populasi tidak mungkin
terjangkau seluruhnya, menggunakan uji statistic dan kebenarannya sebagai
perkiraan (estimate score).
Populasi
yang merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Misalnya ditentukan
Populasi penelitian adalah jumlah Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada SMAN A sejumlah sebanyak 137 Guru PNS.
Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiono, 2016), Karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Kemudian kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Jumlah sampel dapat menggunakan rumus dalam
Sugiyono (2005, 2016) berikut:
Dimana:
n = Sampel
N = Populasi
e = Nilai kritis
Jumlah populasi = 137 orang, apabila nilai kritis
(tingkat kesalahan) sebesar 5% dengan taraf kepercayaan 95%, maka jumlah sampel
ditentukan sebesar:
n =
137
1
+ 137 (5 %)2
137
1
+ 137 (0,0025)
137
1
+ 0,3425
= 102,048
dibulatkan menjadi 102
e. Teknik dan Alat
Pengumpulan Data
1) Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Bila
peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuanya, maka sampel yang diambil
harus representatif.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian diantaranya dapat menggunakan cara:
a) Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis disertai
alternatif jawabannya yang diberikan kepada responden.
b) Wawancara.
c) Observasi
d) Survey.
e) Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan cara
mempelajari dan menganalisis teori-teori yang relevan dengan masalah yang
dikaji.
f) Dan lain-lain.
Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis
untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik
statistik tertentu. Berdasarkan analisis ini apakah hipotesis yang diajukan
ditolak atau diterima atau apakah penmuan iu sesuai dengan hipotesis yang
diajukan atau tidak.
2) Alat
Pengumpulan Data
Angket yang digunakan dalam penelitian merujuk pada
skala model Linkert. Skala berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan objek
yang hendak diungkap. Penskoran atas koesioner skala model Linkert yang
digunakan dalam penelitian ini merujuk pada lima alternatif jawaban.
Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka
jawaban dalam angket diberi skor (angka) sebagai berikut:
1). Sangat Setuju (SS) skor : 5
2). Setuju (S) skor
: 4
3). Ragu-ragu (RR) skor
: 3
4). Kurang Setuju (KS) skor : 2
5). Tidak Setuju (TS) skor : 1
3) Analisis Data
a) Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan
analisis data adalah sebagai berikut:
(1) Mengumpulkan dan menyeleksi data yang telah
terkumpul
(2) Mengklasifikasi data
(3) Menskor data
(4) Mentabulasi data
(5) Menguji normalitas
data
(6) Melakukan uji statistik
(7) Mendeskripsikan
data (menganalisa data)
Semua data dari hasil penyebaran angket diberi
skor dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi dan regresi, yaitu dengan
korelasi sederhana untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan masing-masing
variabel X dan Y, regresi sederhana, untuk menentukan kecenderungan konstribusi
masing-masing variabel X terhadap Y, Untuk menggunakan analisis regresi,
terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu: 1) Sampel diambil
secara acak; 2) Variabel berhubungan secara linear; 3) Variabelnya
berdistribusi normal atau mendekati normal.
b) Pengujian persyaratan
analisis data, yaitu uji validitas, ujia reliabilitas dan uji normalitas dapat
menggunakan program SPSS. Misalnya Uji validitas dan reliabilitas pada
penelitian ini dilakukan dengan One Shot (sekali ukur). Untuk mengetahui
validitas butir pertanyaan tersebut harus membadingkan dengan r tabel. R tabel
pada α 0,05 dengan derajat bebas df = jumlah kasus-2, dalam buku: Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan
dengan SPSS, (Arif Pratisto, 2004). Sedangkan Uji normalitas dapat
menggunakan Nilai Skewness. Nilai Skewness digunakan untuk mengetahui bagaimana
distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva. Nilai
Skewness yang baik adalah mendekati 0 (nol). Jika kemiringan dilihat dari nilai
Skewness, nilai Skewness ini bersifat mutlak (+/-), sedangkan ketinggian kurva
dilihat dari nilai kurtosis. Nilai kurtosis tidak berpengaruh terhadap
penilaian distribusi normal, dalam buku: Strategi
Jitu memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, (Bhuono Agung
Nugroho, 2005).
Validitas, salah satunya validitas logis =
disusun berdasarkan dimensi dan indicator berdasarkan teori yang valaid
Untuk
menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode/ strategi/ pendekatan/
desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan ideal untuk memilih metode itu
adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki.
Sedangkan pertimbangan praktis, adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan
yang lain. Dalam penelitian kuantitatif, metode penelitian yang dapat digunakan
adalah metode survey, Ex Post Facto, eksperimen, evaluasi, action research, policy research
(selain metode naturalistic dan sejarah).
f. Rancangan Uji Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Ho
ρ : Tidak terdapat …… terhadap/dengan
……
Ha
ρ : Terdapat …….. terhadap/dengan
…….
Hipotesis yang diajukan dalam melakukan pengujian
koefisien sederhana dan koefisien regresi sederhana adalah:
Ho: ρ = 0
(koefisien korelasi sederhana tidak
sinifikan).
Ha: ρ ≠ 0
(koefisien korelasi sederhana
signifikan).
Kriteria
pengujian hipotesis sebagai beriku:
Jika
nilai t-test < dari nilai t-tabel,
maka Ho diterima
Jika
nilai t-test > dari nilai t-tabel,
maka Ha diterima.
Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan
derajad kebebasan = n-2 pada level of
significance (a) sebesar
5 % (tingkat kesalahan 5 % atao 0.05) atau tarafd keyakinan 95 % atau
0.95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu variabel lebih dari 5 % berarti variabel
tersebut tidak signifikan.
4. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasannya
Pada dasarnya Bab IV memuat dua hal utama yaitu
pengolahan (analisis) data untuk
menghasilakn temuan dan pembahasan (analisis) temuan. Pengolahan data menjadi
temuan dapat dilakukan menurut prosedur penelitian kuantitatif tetapi dapat
juga dilakukan melalui judul penelitian kualitatif. Uji hipotesis dilakukan
sebagai bagian dalam analisis data. Prosedur pengolahan data mana yang dipilih
harus sesuai dengan desain penelitian yang dinyatakan dalam Bab III.
Bagian pembahasan (analisis) temuan
mendiskusikan temuan tersebut dengan menggunakan dasar teoritik yang telah
dibahas dalam bab II. Pembahasan ini akan memperlihatkan konsekuensi temuan
terhadap teori, jika hipotesis = nol ditolak atau hipotesis ≠ 0 diterima, jika
penelitian tersebut bersifak kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif hal yang
sama dapat terjadi walaupun bukan dalam terminologi penolakan atau penerimaan
hipotesis, tetapi akan merupakan bahasan yang sangat kaya terkait dengan teori
yang digunakan dalam bab II.
5. Bab V Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu
periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Walaupun
langkah penelitian kuantitatif tersebut bersifat linier. Tetapi tidak berarti
penelitian berakhir di situ. Proses penelitian kuantitatif itu dapat juga
dilakukan secara berulang-ulang seperti pada proses penelitian kualitatif,
pengulangan dalam penelitian kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan
konsistensi (reliabilitas) data penelitian dan membuktikan penelitian yang
telah ada.
Dalam Bab V disajikan penafsiran/pemaknaan
peneliti berupa kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah
diperolehnya. Dalam menuliskan kesimpulan dapat ditempuh salah satu cara dari
dua cara berikut: (a). dengan cara butir demi butir, atau (b) dengan cara esei
padat.
Implikasi atau rekomendasi yang ditulis setelah
kesimpulan dapat ditunjukkan kepada para pembuat kebijakan, kepada para
pengguna hasil penelitian yang bersangkutan dan kepada peneliti berikutnya yang
berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.
6. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis
(buku, artikel, jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lainnya dari
internet) atau tercetak (misalnya
Compact disk, video, film atau kaset) yang pernah dikutip atau digunakan
dalam penelitian karya tulis ilmiah semua sumber tertulis atau tercetak yang
tercantum dalam uraian harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Di pihak lain,
sumber-sumber yang tidak pernah dipergunakan dalam penelitian karya tulis
ilmiah tersebut atau tidak dikutip, tidak perlu dicantumkan dalam daftar
pustaka, walaupun pernah dibaca oleh peneliti.
Cara menulis daftar pustaka berurutan secara
alfabetis tanpa nomor urut. Sumber tertulis/tercetak yang memakan tempat lebih
dari satu baris, ditulis dengan jarak antar-baris satu spasi; sedangkan jarak
antara sumber-sumber tertulis yang saling berurutan adalah dua spasi. Cara
Penelitian Daftar Pustaka secara khusus dijelaskan pada bagian Teknik
Penelitian.
7. Lampiran-Lampiran
Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang
pernah digunakan dalam penelitian dan penelitian hasil-hasilnya menjadi satu
karya tulis ilmiah. Setiap lampiran diberi nomor urut sesuai dengan urutan
penggunaanya. Disamping diberi nomor urut lampiran ini juga diberi Judul
Lampiran. Nomor urut lampiran akan memudahkan pembaca untuk mengaitkannya
dengan bab terkait. Apabila nomor urut lampiran tersebut terdiri atas dua angka
Arab dengan selang satu tanda penghubung dimana angka depan menyatakan nomor
urut bab yang bersangkutan dan angka belakang menyatakan nomor urut lampiran.
Misalnya 1.2 artinya lampiran 2 dari Bab I.
8. Riwayat Hidup
Riwayat
hidup dibuat secara padat dan hanya menyampaikan hal-hal yang relevan dengan
kegiatan ilmiah, tidak semua informasi tentang yang bersangkutan. Cakupannya
adalah: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, riwayat pendidikan, riwayat
pekerjaan dan jabatan (bila telah bekerja), prestasi-prestasi yang pernah
dicapai, dan karya ilmiah/publikasi yang telah dihasilkan atau diterbitkan.
Riwayat hidup dapat dibuat dengan gaya butir per butir dan dapat pula dibuat
dengan gaya esei padat. Dalam skripsi gaya kedua lebih tepat daripada gaya
pertama.
SOAL LATIHAN BAB XI
1. Mengapa Proses penelitian akan sangat
tergantung pada metode penelitian yang digunakan? Jelaskan!
2. Setiap penelitian selalu berangkat
dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti kuantitatif dan kualitatif
berbeda. Jelaskan apa perbedaan masalah yang dibawa dalam peneliti kuantitatif
dan kualitatif?
3. Kajian pustaka sangat penting dalam suatu karya
ilmiah karena melalui kajian pustaka ditunjukkan bagian/aktivitas dalam
penelitian yang memaparkan hasil penelitian yang terkini dari teori yang sedang
dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti.
Coba
jelaskan secara cinci fungsi dan kegunaan dari kajian pustaka dalam penelitian
kuantitatif?
BAB XII
PENYUSUNAN PROPOSAL
A. Penelitian
Kuantitatif
Sebagai pedoman bagi mahasiswa yang akan memilih
metode penelitian kuantitatif bagi rancangan penelitiannya, maka dibutuhkan kesepakatan
atau kesamaan persepsi tentang ciri-ciri penelitian kuantitatif sebagai
berikut:
1. Paradigma penelitian kuantitatif adalah positivisme, bahwa dunia
kehidupan sosial dapat diteliti berdasarkan prinsip-prinsip hukum sebab akibat
seperti hukum alam yang berlaku pada kehidupan sehari-hari. Paradigma merupakan
kerangka pandang (framework) yang berfungsi sebagai petunjuk atau peta
bagi komunitas ilmuwan (scientific) dalam menentukan jawaban atau
memecahkan masalah atau isu-isu penting serta dalam rangka memberikan
penjelasan-penjelasan definisi dan teori-teori. Secara ringkas paradigma
merupakan suatu cara pandang terhadap realitas dunia kehidupan. Paradigma
penelitian menentukan tidak hanya pendekatan atau metode-metode penelitian yang
akan digunakan akan tetapi menentukan tujuan-tujuan penelitiannya, serta
peran-peran peniliti didalamnya.
2. Pendekatan positivisme,
memandang bahwa ontologi realitas dapat dipecah-pecah, dapat dipelajari secara
independen, dieliminasi dari objek yang lain, dan dapat dikontrol. Tinjauan
dari unsur epistemologi, tujuan penelitiannya yaitu untuk menyusun bangunan
ilmu nomothetik, yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum berdasarkan
hasil generalisasi. Tinjauan dari unsur aksiologi, positivisme menuntut agar
peneliti itu bebas nilai yang mengusahakan objektivitas agar dapat ditampilakan
prediksi atau hukum keberlakuannya bebas waktu dan tempat.
3. Asumsi penelitian kuantitatif
bahwa fakta-fakta dari objek riset memiliki realitas objektif dan
variabel-variabel dapat diidentifikasi dan hubungan-hubungannya dapat
diukur.
4. Alasan atau tujuan melakukan
penelitian adalah untuk mendapatkan deskripsi penjelasan-penjelasan kausal,
mendapatkan generalisasi hasil, dan memprediksi suatu peristiwa berdasarkan sejumlah variabel prediktor.
5. Proses pendekatan
penelitiannya adalah: (a) permasalahan penelitian, (b) deduksi teori, (c) hipotesis, (d) disain penelitian, (e)
rancangan pengukuran konsep-konsep dengan instrumen-instrumen pengumpulan data,
(f) penentuan populasi dan sampel, (g) uji coba instrumen, (h) pengumpulan
data, (i) mengolah dan menganalisa data, (j) menarik kesimpulan dan menentukan
temuan-temuan hasil penelitian, (k) penulisan hasil penelitian.
Penyusunan Proposal
Berdasarkan
ciri-ciri tersebut diatas maka proposal penelitian kuantitatif mencakup isi
yang menguraikan unsur-unsur sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Identifikasi Masalah
C.
Pembatasan Masalah
D.
Perumusan Masalah
E.
Kegunaan Penelitian
F.
Sistematika Penulisan
BAB II KERANGKA
TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Grand theory sesuai dengan Prodi masing-masing
B. Teori yang membahas Variabel Terikat (Dependent Variable)
C. Teori yang membahas Variabel Bebas (Independent Variable)
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
E.
Kerangka Pemikiran
F.
Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Metode Penelitian
D. Populasi dan Sampel
E.
Teknik Pengumpulan Data
Mencakup penjelasan
variabel-variabel yang diteliti:
1.
Definisi Operasional variabel
2.
Kisi-kisi Instrumen
F. Teknik Analisa Data
G. Hipotesis Statistik
Daftar Pustaka
B. Penelitian
Kualitatif
1. Pengertian
Tujuan penelitian yang akan tercapai dengan
baik adalah, kalau digunakan manajemen penelitian yang profesional. Manajemen
yang profesional adalah manajemen yang cerdas, yaitu manajemen yang mampu
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen secara konsisten dan berkesinambungan
dalam mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan secara
efisien. Manajemen yang cerdas adalah manajemen yang bekerjanya berdasarkan
keilmuan. Selanjutnya fungsi manajemen secara umum adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling), atau perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian. Sumber daya yang dikelola adalah 7 M, yaitu Man (orang), Money (uang), Materials
(bahan-bahan), Methods (metode), Machines (alat-alat),Minute (waktu), dan Market (pasar).
Penelitian yang baik, juga memerlukan manajemen
yang profesional, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Efektif menunjukkan derajat pencapaian tujuan, sedangkan efisien
menunjukkan optimis penggunaan sumber daya. Jadi penelitian yang efektif adalah
penelitian yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan pada gradasi yang tinggi
sedangkan penelitian yang efisien adalah penelitian yang paling sedikit
menggunakan sumber daya (7 M).
Tahap
awal dari manajemen penelitian adalah membuat perencanaan penelitian, sering
yang disebut dengan proposal penelitian. Jadi proposal penelitian adalah
merupakan perencanaan penelitian, yang berisikan langkah-langkah sistematis dan
rasional yang ditetapkan oleh peneliti sehingga dapat digunakan sebagai panduan
dalam melaksanakan, dan mengendalikan penelitian.
Setiap
penelitian, baik penelitian yang menggunakan metode kuantitatif, maupun
kualitatif perlu direncanakan dalam bentuk proposal penelitian. Dengan membuat
proposal ini berarti peneliti telah melaksanakan salah satu fungsi manajemen
penelitian yaitu membuat perencanaan. Karena terdapat perbedaan mendasar antara
metode kuantitatif dan kualitatif, maka proposal antara metode kuantitatif dan
kualitatif adalah terletak pada aksioma, proses penelitian, dan karakteristik
kedua metode tersebut.
Dalam
penelitian kuantitatif, karena permasalahan yang di teliti sudah jelas,
realitas dianggap tunggal, tetap, teramati, pola fakir deduktf, maka proposal
kuantitatif sebagai “blue print” yang
harus digunakan sebagai pedoman baku untuk mengadalkan dan mengendalikan
penelitian. Sedangkan dalam metode kualitatif yang dinamis, berpandangan bahwa,
realitas dipandang suatu holistic,
kompleks, penuh makna, dan pola fikir induktif, sehingga permasalahan belum
jelas, maka proposal penelitian kualitatif yang dibuat masih bersifat sementara
dan akan berkembang setelah peneliti memasuki ojek penelitian/situasi sosial
oleh kerana itu proposal penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan seperti
seseorang yang akan merencanakan piknik. Yang direncanakan dalam piknik adalah
baru tempat-tempat yang akan dikunjungi, dan apa yang ingin diketahui lebih
dalam dari tempat tersebut, akan tergantung pada situasi setelah seseoarng berada
di tempat piknik tersebut. Hal ini berarti proposal penelitian kualitatif
berisi garis-garis besar rencana yang mungkin akan dilakukan. Jadi perbedaan
utama proposal antara proposal yang menggunakan metode penelitian kuantitatif
dan kualitatif adalah terletak pada, yang kuantitatif proposalnya spesifik dan
sudah baku, dan yang kualitatif masih bersifat umum dan sementara.
2. Lingkungan Penelitian Kualitatif
Sebelum peneliti membuat proposal penelitian
dengan metode kualitatif, maka terlebih dulu harus diketahui lingkup penelitian
kualitatif. Lingkup ini berkenaan dengan permasalahan yang cocok diteliti
dengan metode kualitatif serta scope konteks sosial yang diteliti.
Pada Bab
sebelumnya telah dikemukakan tentang kapan sebaiknya metode kualitatif digunakan.
Dikemukakan bahwa metode kualitatif cocok digunakan untuk meneliti hal-hal
sebagai berikut.
a. Bila
masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau malah masih gelap.
Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena peneliti
kualitatif akan langsung masuk ke objek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah
akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti akan
melakukan ekplorasi terhadap suatu objek. Ibarat orang akan mencari sumber
minyak, tambang emas dan lain-lain.
b. Bila
ingin memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa
dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan
tindakan orang sering mempunayi makna tertentu. Sebagai contoh, orang menangis,
tertawa, cemberut, mengedipkan mata, memiliki makna tertentu. Sering terjadi,
menurut penelitian kuantitatif benar, tetapi justru menjadi tanda tanya menurut
penelitian kualitatif. Sebagai contoh ada 99 orang menyatakan bahwa A adalah
pencuri, sedangkan satu orang tidak. Mungkin yang satu orang ini yang benar,
menurut penelitian kuantitatif, cinta suami kepada istri dapat diukur dari
banyaknya sehari dicium. Menurut penelitian kualitatif, semakin banyak suami
mencium istri, maka malah menjadi tanda tanya, jangan-jangan hanya pura-pura.
Data untuk mencari makna dari setiap pembuatan tersebut hanya cocok diteliti
dengan metode kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam, observasi berperan
serta, dan dokumentasi.
c. Untuk
memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diuarai
kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut
berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut. Dengan
demikian akan dapat ditemukan pola-pola hubungan yang jelas.
d. Memahami
perasaan orang. Perasaan orang sulit dimengerti kalau tidak diteliti dengan
metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan
obserfasi berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang
tersebut.
e. Untuk
mengembangkan teori. Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk
mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapangan.
Teori yang demikian dibangun melalui grounded
research. Dengan metode kualitatif peneliti pada tahap awalnya melakukan
penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga
dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Hipotesis tersebut
selanjutnya diverifikasi dengan pengumpulan data yang mendalam. Bila hipotesis
terbukti, maka akan menjadi tesis atau teori.
f. Untuk
memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya.
Dengan metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara
triangulasi/gabungan (karena dengan teknik pengumpulan data tertentu belum
dapat ditemukan apa yang dituju, maka ganti teknik lain) maka kepastian data
akan lebih terjamin. Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh
diuji krebilitasnya, dan penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka
kepastian data akan dapat diperoleh. Ibarat mencari siapa yang menjadi
provokator, maka sebelum ditemukan siapa provokator yang dimaksud maka
penelitian belum dinyatakan belum selesai.
g. Meneliti
sejarah perkembangan. Sejarah perkembangan kehidupan seseorang tokoh atau
masyarakat akan dapat dilacak melalui metode kualitatif. Dengan menggunakan
data dokumentasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau orang yang dipandang
tahu, maka sejarah perkembangan seseorang. Misalnya akan meneliti sejarah
perkembanhan kehidupan rajaraja di jawa, sejarah perkembangan masyarakat
tertentu sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang etos kerjanya
tinggi atau rendah. Penelitian perkembangan ini juga bisa dilakukan di bidang
pertanian, bidang teknik seperti meneliti kinerja mobil dan sejenisnya, dengan
melakukan pengamatan secara terus menerus yang dibantu kamera terhadap proses
tumbuh dan berkembangnya bunga tertentu atau mesin mobil tertentu.
Penelitian kualitatif dilakukan pada situasi
sosial tertentu dari situasi sosial yang tunggal, sampai masyarakat yang
kompleks. Situasi sosial ditunjukkan pada gambar dan scope penelitian,
digambarkan seperti gambar berikut.
Place/tempat
|
|
|
|
|
|
|
|
Sosial |
Situation |
|
Actor/orang Activity/aktivitas
Gambar 9.1: Situasi sosial (social situation)
Inti
dari situasi sosial adalah: orang-orang (actor),
yang melakukan aktifitas (aktifity)
pada tempat/lokasi (place)
tertentu.
SCOPE RESEARCH |
SOSIAL UNITS STUDIES |
Macro Micro |
Complex
Society (masyarakat
yang kompleks) |
Multiple
communities
(beberapa kelompok masyarakat) |
|
A
Single community study
(sekelompok masyarakat) |
|
Multiple
social institutions
(beberapa lembaga sosial) |
|
A Single
social institution (satu
lembaga sosial) |
|
Multiple
social situation
(beberapa situasi sosial) |
|
Single
social situation (satu
situasi sosial) |
Gambar
9.2: Scope penelitian kualitatif
3. Kompenen dan Sistematika Proposal
Kompenen
dan sistematika dalam proposal penelitian kualitatif, tidak berbeda dengan
penelitian kuantitatif. Seperti telah dikemukakan yang berbeda adalah bahwa,
semua komponen dalam proposal penelitian kuantitatif sudah merupakan hal yang
baku, sedangkan dalam proposal penelitian kualitatif bersifat sementara, dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Setelah dilapangan mungkin
masalah, fokus, teori, teknik pengumpulan data, analisis data, bahkan judul
penelitian bisa berubah. Komponen dalam proposal penelitian tersebut secara
garis besarnya terdiri atas, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian,
jadwal penelitian. Komponen dalam proposal tersebut dapat disusun kedalam
bentuk sistematika proposal sebagai berikut:
Penyusunan
Proposal Penelitian Kualitatif
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Manfaat Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Teori tentang
Faktor atau Konsep yang mungkin terlibat dalam penelitian yang menjadi acuan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Latar Penelitian (setting)
D. Metode Penelitian
E. Fokus Penelitian
F. Pertanyaan Peneliti (Research
Quations)
G. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data
H. Analisa Data
I. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data (Triangulasi Data) yang
dilakukan
b.
Pendahuluan
Dalam
pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
1) Latar Balakang Masalah
Walaupun
penelitian kualitatif, masalah ini bersifat sementara, namun perlu dikemukakan
dalam proposal penelitian. Masalah merupakan penyimpangan antara yang
diharapkan dengan yang terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktek,
penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, penyimpangan antara tujuan
dengan hasil yang dicapai, dan penyimpangan antara pengalaman masa lampau dan
yang terjadi. Setiap masalah pasti ada yang melatar belakangi. Mobil diparkir
ditengah jalan akan menjadi masalah karena jalan dipakai untuk lalu lintas,
tetapi apabila jalan tersebut sudah merupakan jalan yang mati/tidak dipakai
maka tidak akan menjadi masalah. Kualitas pelayanan yang rendah akan menjadi
masalah, karena pemerintah bertugas melayani masyarakat. Mobil mogok menjadi masalah
karena mobil direncanakan untuk berpergian, sewaktu mengikuti kuliah bisa
tidur, menjadi masalah karena yang diharapkan sewaktu kuliah tidak tidur,
sebaliknya tidak bisa tidur akan menjadi masalah kalau sudah waktunya
direncanakan untuk tidur. Dalam latar
belakang masalah ini perlu dikemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi
selanjutnya dikaitkan dengan peraturan/kebijakan, perencanaan. Tujuan, teori,
pengalaman, sehingga terlihat kesenjangan yang merupakan masalah. Masalah ini
perlu dikemukakan dalam bentuk data. Misalnya kegagalan transmigrasi menjadi
masalah, maka perlu ditunjukkan berapa orang yang gagal dari tahun ke tahun.
Kualitas pelayanan yang rendah menjadi masalah, maka perlu ditunjukkan perilaku
yang tidak simpatik yang melayani, dan keluhan atau pengaduan dari pihak yang
dilayani. Masalah yang dikemukakan dalam bentuk data, bisa diperoleh dari studi
pendahuluan, dokumentasi laporan penelitian, atau pernyataan orang-orang yang
dianggap kredibel dalam media baik media cetak maupun elektronika. Penelitian
juga tidak harus berangkat dari masalah, tetapi dari potensi. Potensi tersebut
dapat berkembang menjadi masalah karena potensi tersebut tidak dapat
didayagunakan. Sebagai contoh, pada tempat tertentu terdapat sumber minyak,
tetapi karena kita tidak dapat mengeksploitasinya, maka sumber minyak itu bisa
menjadi masalah.
Setelah
masalah yang dikemukakan belum dapat diatasi, dan mungkin ada potensi yang
belum dapat didayagunakan, maka perlu dilakukan penelitian. Jadi dalam latar
belakang masalah ini intinya berisi tentang jawaban atas pertanyaan, mengapa
perlu dilakukan penelitian.
2) Fokus Penelitian
Kalau
dalam penelitian kuantitatif, fokus penelitian ini merupakan batasan masalah.
Karena adanya keterbatasan, baik tenaga, dana, dan waktu, dan supaya hasil
penelitian lebih terfokus, maka penelitian tidak akan melakukan penelitian
terhadap keseluruhan yang ada pada objek atau situasi sosial tertentu, tetapi
perlu menentukan fokus. Dalam penelitian tentang pelayanan rumah sakit
misalnya, maka peneliti akan memfokuskan pada prosedur pelayanan, kualitas
pelayanan yang diberi oleh dokter, perawat, petugas makanan, keamanan dan
lingkungan. Dalam penelitian pendidikan misalnya peneliti akan memfokuskan pada
interaksi guru dan murid di kelas. Dalam penelitian tentang sumberdaya manusia,
peneliti dapat memfokuskan pada sistem penggajian dan kinerja pegawai.
Pada
penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan,
pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang yang dipandang
ahli. Fokus dalam penelitian ini juga masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti dilapangan.
3) Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus
penelitian tersebut, selanjutnya dibuat rumusan masalahnya, rumusan masalah
merupakan pertanyaan penelitian, yang jawabannya dicari melalui penelitian.
Rumusan masalah ini merupakan panduan awal bagi peneliti untuk penjelajahan
pada objek yang diteliti. Namun bila rumusan masalah ini tidak sesuai dengan
kondisi objek penelitian, maka peneliti perlu mengganti rumusan masalah
penelitiannya.
Rumusan masalah dalam penelitan kualitatif
tidak berkenan dengan variabel penelitian, yang bersifat spesifik, tetapi lebih
makro dan berkaitan dengan kemungkinan apa yang terjadi pada objek/situasi
sosial penelitian tersebut. Berikut ini dicontoh rumusan masalah penelitian
kualitatif, bidang manajemen.
a) Apakah
pemahaman orang-orang yang ada dalam organisasi itu tentang arti dan strategis
maupun makna manajemen? (masalah deskriptif)
b) Bagaimanakah
iklim kerja atau suasana kerja pada organisasi tersebut? (masalah deskriptif).
c) Bagaimanakah
pola perencanaan yang digunakan dalam organisasi itu,baik perencanaan
taktil/tahunan? (masalah deskriptif)
d) Bagaimanakah
model penempatan orang-orang untuk menduduki posisi dalam organisasi itu?
(masalah deskriptif)
e) Bagaimanakah
model koordinasi, kepemimpinan, dan supurvisi yang dijalankan dalam organisasai
itu? (masalah asosiatif)
f) Bagaimanakah
pola penyusanan anggaran pendapatan dan belanja organisasi itu? (masalah
asosiatif)
g) Bagaimanakah
pola pengawasan dan pengendalian yang dilakukan dalam organisasi tersebut?
(masalah deskriptif)
h) Apakah
kinerja organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain yang sejenis?
(masalah komparatif)
4) Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat.
Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis, dan praktis. Untuk penelitian
kualitatif, manfaat penelitian lebih bersifat teoritis, yaitu untuk
pengembangan ilmu, namun juga tidak menolak manfaat praktisnya untuk memecahkan
masalah. Bila penelitian kualitatif dapat menemukan teori, maka akan berguna
untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan suatu gejala.
c.
Studi Kepustakaan
Studi
kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan refensi lain yang terkait
dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang
diteliti.
Terdapat
tiga kriteria terhadap teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian,
yaitu relefansi, kemutakhiran, dan keaslian. Relevansi berarti teori yang
dikemukakan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Kalau yang diteliti
masalah kepemimpinan, maka teori yang dikemukakan berkenaan dengan
kepemimpinan, bukan teori sikap atau motivasi. Kemutakhiran berarti terkait
dengan kebaruan teori atau referensi yang digunakan. Pada umumnya referensi
yang lebih dari lima tahun diterbitkan dianggap kurang mutakhir. Pengunaan
jurnal atau internet sebagai referensi untuk mengemukakan landasan teori lebih
diutamakan. Keaslian terkait dengan keaslian sumber, maksudnya supaya peneliti
menggunakan sumber aslinya dalam mengemukakan teori. Jangan sampai peneliti
mengutip dari kutipan orang lain, dan sebaiknya dicari sumber aslinya.
Beberapa
teori yang dikemukakan dalam proposal akan sangat tergantung pada fokus penelitian
yang ditetapkan oleh peneliti. Makin banyak fokus penelitian yang ditetapkan
maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan.
Dengan dikemukakan landasan teori dan
nilai-nilai budaya yang ada pada konteks sosial yang diteliti, maka hal ini
merupakan indikator bagi peneliti, apakah peneliti memiliki wawasan yang luas
atau tidak terhadap situasi sosial yang diteliti. Validasi awal bagi peneliti
kualitatif adalah seberapa jauh kemampuan peneliti mendeskripsikan teori-teori
yang terkait dengan bidang dan konteks sosial yang diteliti.
Dalam landasan teori ini perlu dikemukakan
definisi setiap fokus yang akan diteliti, ruang lingkup keluasan serta
kedalamannya. Dalam definisi perlu dikemukakan definisidefinisi yang sejalan
maupun yang tidak sejalan. Jadi dikontraskan, dengan demikian maka landasan
teori yang dikemukakan semakin kuat.
Dalam penelitian kualitatif, teori yang
dikemukakan bersifat sementara, dan akan berkembang atau berubah setelah
peneliti berada di lapangan. Selanjutnya dalam landasan teori tidak perlu
dibuat kerangka berfikir sebagai dasar untuk perumusan hipotesis, karena dalam
penelitian kualitatif tidak akan menguji hipotesis, tetapi justru menemukan
hipotesis.
d.
Metode Penelitian
Komponen dalam metode penelitian kualitatif
adalah: alasan menggunakan metode kualitatif, tempat penelitian, instrumen
penelitian, sampel sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan rencana pengujian keabsahan data.
1)
Tujuan Penelitian
Secara
umum tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan
pengetahuan. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menemukan. Menemukan berarti sebelumnya belum pernah ada atau belum diketahui.
Dengan metode kualitatif, maka peneliti dapat menemukan pemahaman terhadap
situasi sosial yang diteliti, hipotesis, pola
hubungan yang akhirnya dapat dikembangkan menjadi teori.
Tujuan penelitian dalam proposal penelitian
kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti
berada dilapangan. Dalam proposal tujuan penelitian terkait dengan rumusan
masalah, yaitu untuk mengetahui segala sesuatu setelah rumusan masalah itu
terjawab melalui pengumpulan data.
Dengan demikian kalau rumusan masalahnya adalah
“Bagai manakah pemahaman orang-orang yang ada dalam organisasi itu tentang arti
dan makna manajemen”, maka tujuan penelitia adalah untuk mengetahiu pemahaman
orang-orang yang ada dalam organisasi itu tentang arti dan makna manajemen.
2) Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam hal ini perlu dikemukakan tempat dimana situasi sosial tersebut
akan diteliti. Misalnya di sekolah, di perusahaan, di lembaga pemerintahdi
jalan, di rumah dan lain-lain.
3) Alasan Menggunakan Metode
Kualitatif
Dalam
hal ini perlu dikemukakan, mengapa metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif. Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena,
permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga
tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode
penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner, pedoman
wawancara. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara
mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.
4)
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen utama adalah peneliti sendiri atau anggota tim peneliti. Untuk itu
perlu dikemukakan siapa yang akan menjadi instrumen penelitian, atau mungkin
setelah permasalahannyadan fokus jelas peneliti akan menggunakan instrumen.
Instrumen yang akan digunakan perlu dikemukakan pada bagian ini.
5)
Sampel Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data
dipilih secara purposive dan bersifat
snowball sampling. Penentuan sampel
sumber data, pada proposal masih bersifat sementara, dan akan berkembang
kemudian setelah peneliti di lapangan. Sampel sumber data pada tahap awal
memasuki lapangan di pilih orang yang memiliki power dan memiliki otoritas pada
situasi sosial atau obyek yang diteliti, sehingga mampu “membukakan pintu”
kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data.
Sanafiah Fasial (2010) dengan mengutip pendapat
Spradley mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan
suatu situasi sosial yang di dalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain
lainnya.
Selanjutnya
dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya
yang memenuhi kriteria sebagai berikut.
a) Mereka
yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga
sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
b) Mereka
yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang
tengah diteliti.
c) Mereka
yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
d) Mereka
yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri.
e) Mereka
yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih
menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Siapa
yang dijadikan sampel sumber data, dan berapa jumlahnya dapat diketahui setelah
penelitian selesai. Jadi tidak dapat disiapkan sejak awal atau dalam proposal.
6)
Teknik Pengumpulan Data
Pada
bagian ini dikemukakan bahwa, dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan
data yang utama adalah participant, wawancara
mendalam, observasi, studi
dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau
triangulasi. Perlu dikemukakan kalau teknik pengumpulan datanya dengan
observasi, maka perlu dikemukakan apa yang diobservasi, kalau wawancara, kepada
siapa akan melakuka wawancara.
7)
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis
data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Tahapan dalam
penelitian kualitatif adalah tahap memasuki lapangan dengan grand tour dan minitour question, analisis datanya dengan analisisdomain. Tahap ke
dua adalah menentukan fokus, teknik pengumpulan data dengan minitour question, analisis data
dilakukan dengan analisistaksonomi. Selanjutnya pada tahap selection,
pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan struktural, analisis data dengan
analisis komponensial. Setelah analisis komponensial, dan tema budaya.
Jadi analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display,
dan verification. Sedangkan menurut
Spradley dilakukan secara berurutan melalui proses analisis domain, taksonomi,
komponensial, dan tema budaya.
8)
Rencana Pengujian Keabsahan Data
Dalam
proposal perlu dikemukakan keabsahan data yang akan dilakukan. Uji keabsahan
data meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji dependabilitas
(reliabilitas) data, transferabilitas (validitas eksternal/generalisasi), dan
uji krebilitas rencana uji data. Uji kredibilitas dilakukan dengan:
perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, member check, dan analisis kasus negatif.
SOAL LATIHAN BAB XII
1. Tahap awal dari manajemen penelitian adalah
membuat perencanaan penelitian, sering yang disebut dengan proposal penelitian.
Jadi proposal penelitian adalah merupakan perencanaan penelitian, yang
berisikan langkah-langkah sistematis dan rasional yang ditetapkan oleh peneliti
sehingga dapat digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan, dan mengendalikan
penelitian.
Jelaskan langkah-langkah sistematis dan
rasional dalam membuat Proposal Penelitian?
2. Buatlah Proposal Penelitian yang relevan dengan
keahlian Anda!
DAFTAR PUSTAKA
Antonius. 2004. Petunjuk Praktis Menyusun Karya Tulis Ilmiah.
Bandung: CV.YRAMA WIDYA
Arifin, E.Zaenal.
2003. Dasar-dasar Penelitian Karya Ilmiah.
Jakarta: Grasindo
Arikunto,
Sukarsini. 2012. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman
Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Faisal, Sanapiah.
2010. Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3.
Hadi Sutrisno. 2010.
Metodologi Penelitian Ilmiah. Bahan Penataran Metodologi Penelitian IKIP
Surabaya.
Hadi, Sutrisno.
2007. Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM.
Hitchcock, G. &
Hughes D. 2002. Research and The Teacher: Qualitative Introduction to School-Based
Research. London: Routledge.
Husaini Usman,
Purnomo. 2001. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : PT Bumi Aksaran
I Ketut Swarjana.
2015. Metodelogi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jogyakarta: Andy
Offset
Indrawan, R. dan
Yaniawati, P. 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Refika Aditama.
Bandung.
Jaedun, Amat, 2011,
Metode Penelitian Eksperimental, UNY, Makalah, Yogyakarta.
Jhon W Creswell.
2010. Research Desain Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogjakarta : Pustaka Pelajar
John W. Best. 2007.
Research in Education. Third Edition. Indiana: Prentice Hall.
Krathwohl, David R.
2003. Methods of Educational and Social Science. Research. New York:
Longman.
Kurniawan, A.W.
& Puspitaningtyas, Z. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. 1st ed.
Yogyakarta: Pandiva Buku.
Lincoln, Yovana S;
Guba, Egon. 2008. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publication.
Margono.2004. Metodologi
Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2008. Metode
naturalistic Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nazir, Moh. 2009. Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nugroho, Bhuono
Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode
Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Patton, Quinn
Michael. 2000. Qualitative Evaluation Methods. London: Sage Publication.
Pratisto, Arif.
2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah
Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo).
Priyono. 2008. Metode
Penelitian Kuantitatif. T. Chandra, ed. Sidoarjo: Zifatama Publishing.
Saputra, A. 2013. Metode
Penelitian Kuantitatif. Palembang: STIKES Mitra Adiguna Palembang.
Siyoto, S. &
Sodik, M.A. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. 1st ed. Ayup, ed.
Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
Spradley, James.
2000. Participant Observation. Holt. Rinehart and Winston.
Staiback, Susan,
Staiback Wiliam. 2008. Understanding & Conducting Qualitative Research.
Kendall/Hunt Publishing Company Dubuque Iowa.
Sugiyono. 2006. Statistik
Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata,
N.Sy. 2007. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Rosda.
Sukmadinata, Nana
Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryana. 2010. Buku
Ajar Perkuliahan Metodologi penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sutinah. 2007. Metodologi
Kuantitatif Dalam Penelitian. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, 1(2): 16–26.
Umar, Husein.
2004. Metodologi Penelitian, Jakarta:
Raja Grafindo Persada,
Usman, Husaini.
2004. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.
Zainuddin,
Muhamad, 2014, Metode Penelitian Kefarmasian Dan Kesehatan, Airlangga
University Press (AUP), Surabaya
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Dr.Sutarto, M.Si.,MM. dilahirkan di Gunungkidul, 12 Nopember 1966. Anak ke-enam Bapak Wiryorejo (Alm.) dan Ibu
Lagiyem, dari delapan bersaudara. Dikaruniai anak bernama: Ammar Fadhil
Muthohhari, S.Pd.I., M.Si.; Revi Mubtadiyah Dzafitra, S. Kes; Fatih Fauziah
Widayati, S.H.; Nadira Kirana Sutarto; Nabila Kirani Sutarto; Naila Zakiya
Sutarto dan Muflih Ali Sutarto. Tempat tinggal di Jl. Raya Dago-Kabasiran
Parungpanjang, Bogor, Jawa Barat.
Riwayat pendidikan:
Lulus SDN Candi Baru II Karangmojo, SMP
Negeri I Semin Gunungkidul, SMA Negeri II Wonosari Gunungkidul, IKIP Jakarta
Jurusan Matematika, S-1 Administrasi Negara STISIP Pusaka Nusantara Jakarta, S1
Kependidikan Islam STAI Al-Qudwah, S-2 Ilmu Administrasi Pendidikan UNIS
Tangerang, S-2 Manajemen Pendidikan IMNI dan S-3 Ilmu Pendidikan Universitas Islam
Nusantara (UNINUS) Bandung.
Karir sebagai guru
dimulai tahun 1987-1994 di SMA Bhakti Putra Jakarta Selatan, tahun 1989-1991 di
SMP Negeri 207 Jakarta Barat, tahun 1989-1991 di SMP Bina Kusuma Jakarta
Selatan, tahun 1990-2000 di SMP-SMK DPN 86 Jakarta Selatan, tahun 1992-1995 Wakil Kepala
MTs Ruhul Islam Jakarta Selatan, tahun 2000-2002 Wakil Kepala MA Ainurrohmah
Serpong, tahun 2002-2004 Wakil Kepala SMA Al-Mubarak Tangerang, tahun 2004-2009
Wakil Kepala MTs Soebono Mantofani, Tahun 2009-2012 Kepala MTs Soebono
Mantofani Ciputat, tahun 2013-2014 Kepala SMK Nida El-Adabi Bogor dan tahun
2017-2018 Kepala SMP Islam Imam Syafi’i Parungpanjang Bogor.
Karir sebagai Dosen
di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nida El-Adabi Bogor sejak tahun 2003,
tugas yang pernah diemban antara lain sebagai Kepala Litbang sejak tahun
2004-2007, menjabat Wakil Ketua II Bidang Administrasi tahun 2007-2008, Wakil
Ketua I Bidang Akademik dari tahun 2010-2014 dan tahun 2019 sampai sekarang.
Tahun 2009-2013 Dosen di STKIP Arrahmaniyyah Depok, Tahun 2014-2015 Dosen di
UMT (Universitas Muhammadiyyah Tangerang) Prodi Matematika. Menjabat sebagai
Ketua STISIP Trimasda Cilegon tahun 2015-2017. Tahun 2019-2021 Dosen Pascasarjana (S-2) INAIS
Bogor. Tahun 2022 menjabat sebagai Direktur Pascasarjana STAI Nida El-Adabi
Bogor.
Karya yang pernah
diterbitkan berupa Silabus dan Program Pembelajaran Tahunan Sekolah Dasar Mata
pelajaran Matematika Kelas 1 s/d 6 (Bumi
Aksara, 2005). dan Artikel: Ammar Makruf
Nahi Munkar (Majalah As-Syifa), Dampak
Pendidikan Sekuer Dalam Realitas Sosial (Majalah Progress), Hubungan
Iman dan Amal Shaleh Dalam Mentaati Kebenaran (Majalah Progress), Mengatasi
Kemiskinan dengan Masyarakat Bertauhid (Majalah As-Syifa), Dakwah Rasulullah
Dalam Membangun Jamaah (Majalah As-Syifa), Islam sebagai Mayoritas tidak
berarti semena-mena (Majalah As-Syifa).
Buku yang pernah
diterbitkan: Bimbingan Praktis dalam Penelitian Tindakan Kelas ISBN
978-602-17690-0-3, Kurikulum dan Pembelajaran dalam Implementasi pada Kurikulum
2013 ISBN 978-602-17690-1-0, Pendidikan Humanistik dalam Perspektif Al-Qur’an
ISBN 978-623-90318-4-8, Implementasi Model Pembelajaran pada Kurikulum 2013
ISBN 978-623-90318-5-5, Kecerdasan Kreatif Dalam Al-Qur’an ISBN
978-623-92323-1-3, Pendidikan Kewirausahan dan Kemandirian Anak ISBN
978-623-92323-2-0, Modernisasi Pendidikan Islam ISBN 978-623-92323-8-2, Model Pendidikan
Behavioristik dalam Islam ISBN 978-623-92323-7-5, Mengembangkan Kecerdasan
Kreativitas anak dalam Al-Qur’an ISBN 978-623-7461-45-6, Etika Bisnis dalam
Islam ISBN 978-623-7461-71-5 serta menyelesaikan buku berjudul: “Metodologi
Penelitian” ini.