Halaman

Senin, 01 April 2013

contoh latar belakang skripsi PKn

A.    Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mencatumkan bahwa tugas utama guru atau pendidik adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan terhadap anak didik dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan,  membina pribadi dan anak didik loyal terhadap ideologi negara Undang-Undang Dasar, kebudayaan bangsa dan selalu menyesuaikan kemampuannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dengan Undang-Undang.
Melalui pendekatan-pendekatan di atas Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian dari program Adaptif di ajarkan kepada peserta didik dimana program ini berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial dan lingkungan kerja serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu cabang ilmu dari sekian banyak ilmu memang memiliki banyak peranan dan ikut mewarnai kehidupan sehari-hari mulai dari kehidupan bermasyarakat, kehidupan sosial dan agama.
Selain itu sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai persepsi tersendiri didalam kehidupan masyarakat terutama dalam lingkungan pendidikan sebagai objek pembelajaran pada diri masing-masing individu dalam kehidupan sehari-hari. Kesan yang ada dilingkungan masyarakat ini menimbulkan dampak yang sangat besar sehingga melahirkan sikap atau pandangan pada diri siswa.
Pembelajaran PKn sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk peserta didik yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan  dihadapi.
Selama ini proses pembelajaran  PKn di kelas VII  kebanyakan masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan peserta didik duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal, sehingga proses pembelajaran menjadi monoton dan kurang menarik perhatian peserta didik. Kondisi seperti itu tidak akan  meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami mata pelajaran PKn. Akibatnya nilai akhir yang dicapai peserta didik tidak seperti yang diharapkan. Di kelas VII selama ini peserta didiknya masih kurang aktif dalam hal bertanya dan menjawab, peserta didik yang yang aktif hanya sekitar 55 %, dan peserta didik yang mempunyai kemampuan menjawab sekitar 40%.   Pada pelaksanaan ujian Blok, hasil yang dicapai peserta didik kelas VII  sangat jauh dari memuaskan, dimana hanya mendapat daya serap kurang dari 60% atau nilai rata-rata kelas kurang dari 5, berdasarkan analisis situasi/latar belakang di atas maka penulis berkeinginan untuk memperbaiki/mengadakan inovasi pembelajaran.
Memperhatikan permasalahan di atas, sudah selayaknya dalam  pengajaran PKn dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran yang  terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing peserta didik, maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman peserta didik melalui interaktif belajar.
Interaktif belajar merupakan suatu pendekatan pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan, khususnya dalam  keterampiln interpersonal peserta didik. Diharapkan melalui interaktif belajar dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn. Serta semangat kebersamaan  dan saling membantu dalam menguasai materi PKn. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pemahaman  yang Optimal terhadap mata pelajaran PKn.
Dengan merefleksi bersama antar guru teridentifikasi akar permasalahan yang diduga menjadi penyebab masalah tersebut, yaitu penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan guru PKn masih konvensional, dominasi guru dalam kelas dominan (teacher  centered strategi). PKn yang tidak bermuatan nilai-nilai praktis tetapi hanya bersifat politis atau alat indoktrinasi untuk kepentingan kekuasaan pemerintah. Metode pembelajaran dalam Proses pembelajaran terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan one way method.
Guru PKn mengajar lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir, disamping masih menggunakan model konvensional yang monoton, aktivitas guru lebih dominan daripada peserta didik, akibatnya guru seringkali mengabaikan proses pembinaan tatanan nilai, sikap, dan tindakan; sehingga mata pelajaran PKn tidak dianggap sebagai mata pelajaran pembinaan warga negara yang menekankan pada kesadaran akan hak dan kewajiban tetapi lebih cenderung menjadi mata pelajaran yang jenuh dan membosankan.
Untuk menghadapi kritik masyarakat tersebut di atas, suatu model pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai alternatif, yaitu meningkatkan interaktif belajar, yang diharapkan mampu melibatkan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik, serta secara fisik dan mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga peserta didik memiliki suatu kebebasan berpikir, berpendapat, aktif dan kreatif.
Belajar menurut Oemar Hamalik, adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”  . Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Jadi, belajar adalah sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.
Dari uraian tentang belajar di atas, penulis berpendapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar dan interaksi dengan lingkungannya baik berupa pribadi, fakta, dsb. Jadi penulis berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Oemar Hamalik ,  mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan Visual. Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.
2.Kegiatan-kegiatan Lisan. Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi
3.Kegiatan-kegiatan Mendengarkan. Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan Menulis. Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan Menggambar. Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
6.Kegiatan-kegiatan Metrik. Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, dan menyelenggarakan permainan
7. Kegiatan-kegiatan Mental. Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan Emosional. Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian aktivitas tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan peserta didik. Peserta didik yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran PKn tidak mungkin tercapai tanpa adanya aktifitas peserta didik apalagi dalam pembelajaran PKn antara lain tujuannya adalah untuk menjadikan manusia kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Hal lain yang juga sangat penting pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik adalah motivasi. Menurut Oemar Hamalik, motivasi adalah perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan . Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Motivasi Intrinsik, adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta didik. Motivasi ini disebut motivasi murni karena timbul dari diri peserta didik sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi, mengembangkan sikap untuk berhasil, dll.
2. Motivasi Ekstrinsik, adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya ijazah, tingkatan hadiah, medali, dll. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat peserta didik. Oleh sebab itu motivasi perlu dibangkitkan oleh guru, sehingga peserta didik mau dan ingin belajar.
Dalam proses pembelajaran, motivasi belajar merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar. Motivasi terdapat pada kemauan peserta didik, karena kemauan merupakan kebutuhan, keinginan, dorongan dan gerak hati  dalam diri peserta didik, atau merupakan kekuatan yang mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan, oleh karena itu motivasi merupakan tenaga pendorong yang menggerakan peserta didik untuk mau belajar.
Pada hakekatnya setiap peserta didik memiliki motivasi, tetapi motivasi itu berbeda-beda antara satu dengan yang  lain, artinya ada yang memiliki motivasi tinggi dan ada yang memiliki motivasi rendah. Oleh karenanya motivasi tergantung pada kekuatan kemauannya pada diri peserta didik, karena kemauan merupakan kebutuhan, keinginan, dorongan gerak hati  dalam diri individu oleh karena itu motivasi peserta didik merupakan tenaga pendorong yang menggerakan peserta didik untuk belajar.
Menurut Muhibbin syah , Motivasi  dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,  diantaranya adalah:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik.
2.  Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan disekitar peserta didik, seperti di rumah, di madrasah  atau  di masyarakat.
3.  Faktor pendekatan belajar  (approach to learning), yaitu: strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk kegiatan materi-materi pelajaran.
Anak akan merasa aman secara psikologis apabila, pendidik maupun orang tua dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu.
Dalam memberikan pendidikan, seorang pendidik  menciptakan suasana dimana anak tidak merasa selalu 'dinilai'. Karena setiap memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri. Walaupun pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi belajar di sekolah, tetapi paling tidak harus diusahakan agar penilaian tidak bersifat atau mempunyai dampak mengancam.
Bagi pendidik dituntut dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku anak, dan dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang anak. Dalam suasana ini anak merasa aman untuk mengungkapkan kreativitasnya. Anak akan merasakan kebebasan psikologis apabila pendidik memberi kesempatan padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya. Sebagai makhluk sosial, mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam tindakan yang merugikan orang lain atau merugikan lingkungan tidakalah dibenarkan. Hidup dalam masyarakat menuntut seseorang untuk mengikuti aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa motivasi belajar dikalangan peserta didik sangat ditentukan bagaimana peranan proses pembelajaran PKn di sekolah. Untuk mengetahui lebih jauh hubungan tersebut, maka penulis menyusun skripsi melalui penelitian dengan judul: “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Interkasi Belajar pada Peserta didik Kelas VII SMP Mandiri Pagedangan Tangerang”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar